Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Garansi

Diperbarui: 30 Maret 2022   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[revised ver.] 

Terasa lidah kembali getir terikat sumpah di hilir pekat. Akar-akar suntuk mulai singgah dan merajam tulang belikat. Embus napas cemas yang pula membisu, menuli, merangkak mundur menuju palung simpang-siur. 

Sedangkan, kau tahu apa? 

Hari-hari hanya diberangus rayap waswas, malam-malam disorak pekik ayam nahas. Kemarin tepat di bawah nadi, ditemani asap cerutu dan gingsul kirimu, metafora bibir dan kepalaku tulus tentang janji. Namun, tulus hanya sekadar tulus, tak perlu berasumsi sesuatu yang tak bergaransi. Karena kau pun begitu.

-Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline