[revised ver.]
Terasa lidah kembali getir terikat sumpah di hilir pekat. Akar-akar suntuk mulai singgah dan merajam tulang belikat. Embus napas cemas yang pula membisu, menuli, merangkak mundur menuju palung simpang-siur.
Sedangkan, kau tahu apa?
Hari-hari hanya diberangus rayap waswas, malam-malam disorak pekik ayam nahas. Kemarin tepat di bawah nadi, ditemani asap cerutu dan gingsul kirimu, metafora bibir dan kepalaku tulus tentang janji. Namun, tulus hanya sekadar tulus, tak perlu berasumsi sesuatu yang tak bergaransi. Karena kau pun begitu.
-Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H