Lihat ke Halaman Asli

ANGGUN CAHYANI UINJKT

Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Analisis Nilai Sosial dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis

Diperbarui: 14 Mei 2023   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Novel Jalan Tak Ada Ujung adalah sebuah novel karya seorang sastrawan terkenal yang lahir di Padang pada tanggal 7 Maret 1922 yang kita kenal dengan nama Mochtar Lubis. Novel tersebut ditulis pada tahun 1950 ketika memenangkan penghargaan atas liputannya tentang Perang Korea. 

Novel ini menyajikan situasi dan tatanan bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Peristiwa pada novel ini dinarasikan oleh para prajurit seperti semangat Hazil. Guru Isa yang lemah lembut dan tidak menyukai kekerasan dan istrinya yang merindukan cinta laki-laki. Perlawanan terhadap tentara Belanda yang hendak menjajah Indonesia, kehangatan cinta, semangat juang, ketakutan, penemuan jati diri di bawah siksaan dan kemenangan kolektif rakyat.

Awal cerita ini menandai pengenalan tokoh utama, yaitu kisah Guru Is yang menghadapi banyak cobaan dalam hidupnya. Kehidupan keluarga sederhananya dengan istrinya Fatimah dan Salim yang dia adopsi bersama Fatimah. Bertahan setelah serangan tentara NICA, sering kali beralih dari hari-hari sepi di desa menjadi kesedihan untuk menyelamatkan diri. Di Desa Sirih merupakan tempat tinggal Guru Isa. Pertemuan Revolusi Kemerdekaan dipimpin oleh Hazil yang merupakan seorang pemuda yang pemberani, cerdas, dan sangat bersemangat untuk membuat warga mengikuti tujuannya. 

Para penjaga muda memiliki senjata seperti parang dan tombak bambu dan mengira musuh akan menyerang kapan saja dan setiap bangsal bersumpah untuk mati dan berkorban hanya untuk kemerdekaan. Mereka biasanya bersembunyi hanya ketika tentara menggeledah rumah. Mereka hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Rencana yang mereka bicarakan, tetapi tidak mengambil tindakan nyata, tidak nyaman, yang akhirnya mendorong mereka untuk bertindak.

Dalam pertempuran, Guru Isa memiliki prinsipnya sendiri. Guru Isa adalah seorang pengecut dan tidak suka berkelahi. Fungsi ini berkaitan langsung dengan prinsip Guru Isa. Guru Isa memiliki penilaian sendiri terhadap kekerasan yaitu revolusi yang dianggap dekat dengan kekerasan. Guru Isa memiliki pandangan yang berbeda tentang revolusi, menurutnya cinta tanah air bukan merupakan kekerasan.

Karakter Guru Isa sesuai dengan prinsip-prinsip yang dia tetapkan dan tekankan dalam penilaiannya tentang kekerasan dari awal hingga akhir, bahkan dalam keadaan putus asa, situasi untuk campur tangan, tetapi dia tetap menolak kekerasan itu sendiri. Mochtar Lubis juga menggunakan sudut pandang orang ketiga, di mana pengarang menggunakan banyak nama atau kata ganti.

Latar waktu yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung ini diceritakan tentang perjuangan politik generasi muda dengan mempertahankan kemerdekaan yang telah berhasil diraihnya. Guru Isa ikut andil dalam mengikuti revolusi dan menjadi dari bagian BKR (Badan Keamanan Rakyat). BKR merupakan bada resmi yang telah di bentuk oleh pemerintah guna menjaga keamanan rakyat. Tidak hanya dalam membentuk suatu organisasi. Hazil, Guru Isa, dan juga Rahmat turut membuat suatu rencana lain yaitu menyelundupkan senjata ke luar kota. 

Mereka melakukan hal tersebut untuk persediaan di luar kota. Belanda pun mempunyai strategi politik yang membuat Perjanjian Linggarjati. Perjanjian ini untuk memecah suatu halangan yang timbul dari masyarakat. Meskipun Perjanjian Linggarjati telah disepakati oleh bersama, hal itu tidak meruntuhkan niat seorang Hazil untuk membebaskan bangsa Indonesia dari tangan Belanda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline