D. Definisi teori belajar sibernetik
Sibernetik adalah adaptasi dari istilah “Cybernetic”, yang merujuk pada sistem kontrol dan komunikasi yang menggunakan umpan balik. Asal usul kata “cybernetic” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pilot” atau pengendali. Awalnya, istilah ini diperkenalkan oleh Louis Couffignal pada tahun 1958 dan kemudian berkembang menjadi bidang ilmu yang terkait dengan pengendalian komputer. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Norbert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), untuk merujuk pada kecerdasan buatan. Penggunaan istilah ini menyoroti bagaimana umpan balik memfasilitasi proses komunikasi.
Teori sibernetik memberikan respons terhadap perkembangan pesat dalam teknologi dan informasi. Transformasi teknologi dan informasi telah mengubah pandangan masyarakat terhadap cara mereka menerima informasi. Dalam konteks belajar menurut teori sibernetik, penekanan diberikan pada bagaimana informasi diproses, yang menyiratkan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh sistem informasi dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini menekankan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi melalui penyerapan informasi, tetapi juga melalui interaksi kompleks antara individu dengan lingkungan informasi yang terus berubah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan untuk mengelola, menganalisis, dan mensintesis informasi menjadi esensial dalam memfasilitasi proses belajar yang efektif di era transformasi teknologi dan informasi ini.
Menurut pandangan teori sibernetik merupakan konsep terkini dalam ranah teori belajar yang telah dikenal pada teori sebelumnya. Konsep ini terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu informasi. Menurut pandangan ini, pembelajaran dianggap sebagai proses pengolahan informasi. Terdapat kesamaan antara teori ini dengan teori kognitif yang menekankan pada proses. Meskipun proses memegang peran penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama adalah sistem informasi yang diproses karena informasi menjadi penentu dari proses tersebut. Hal ini juga diungkapkan menurut Sani, bahwa teori sibernetik dapat dianggap sebagai konsep teori yang relatif baru ketika dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah ada, seperti teori belajar behavioristik, konstruktivistik, humanistik, dan kognitif. Dalam konteks pembelajaran, teori sibernetik menyoroti pentingnya sistem informasi yang diproses dalam proses pembelajaran. Meskipun mengakui peran penting proses dalam pemahaman, teori ini menekankan bahwa informasi menjadi penentu utama dari proses tersebut. Hal ini menegaskan bahwa dalam memahami pembelajaran, kita perlu memperhatikan tidak hanya proses mental, tetapi juga bagaimana informasi diproses dan digunakan oleh individu dalam konteks pembelajaran.
Teori pembelajaran sibernetik memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas metode pembelajaran mana pun yang mempertimbangkan faktor kognitif dalam prosesnya. Dengan memperhitungkan faktor-faktor kognitif seperti pemahaman, penyimpanan, dan pemrosesan informasi, teori pembelajaran sibernetik dapat membantu pengajar merancang strategi yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian, penerapan prinsip-prinsip sibernetik dalam pendidikan dapat membuka pintu untuk peningkatan signifikan dalam efektivitas metode pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan pada semua definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teori sibernetik merupakan teori belajar konsep terkini yang menganggap pembelajaran sebagai proses pengolahan informasi. Berbeda dengan teori-teori sebelumnya, sibernetik menekankan peran sistem informasi sebagai objek pembelajaran yang menentukan proses belajar. Dalam perspektif ini, fokus utama adalah pada struktur informasi yang memengaruhi proses belajar, sehingga tidak ada metode belajar yang bersifat universal karena setiap situasi dipengaruhi oleh sistem informasi yang unik. Dengan demikian, teori sibernetik memperkaya pandangan kita terhadap proses belajar dengan mempertimbangkan dinamika sistem informasi dalam konteks pembelajaran.
E. Tujuan belajar menurut aliran belajar sibernetik
Teori pembelajaran sibernetik bertujuan untuk mendukung siswa dalam mencapai tujuan belajar mereka dengan menggunakan elemen-elemen pemikiran (kognitif) melalui proses pengolahan informasi. Ini akan menghasilkan pembentukan memori pada siswa, yang kemudian akan menjadi representasi pemahaman dalam konteks pembelajaran. Teori pembelajaran sibernetik memberikan penekanan pada peran aktif siswa dalam memproses informasi, mengaitkan pengetahuan baru dengan yang sudah ada dalam memori mereka. Dengan demikian, melalui proses ini, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran dan dapat menerapkannya dalam konteks belajar yang berbeda.
Tujuan dari teori pembelajaran Sibernetik adalah untuk memahami dan memanfaatkan teknologi informasi secara efektif dalam proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi, tujuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengolahan informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, sehingga menciptakan pembelajaran yang lebih efisien dan terintegrasi. Selain itu, tujuan teori Sibernetik juga dapat mencakup pengembangan kemampuan dalam memahami dan mengelola informasi untuk mencapai kemajuan pendidikan yang holistik dalam konteks masyarakat masa depan, yang ditandai dengan Society 5.0. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam mengelola, menilai, dan menggunakan informasi secara efektif, sehingga mendukung pertumbuhan komprehensif siswa dalam menghadapi tantangan kompleks yang dihadapi dalam era yang akan datang.
Teori pembelajaran sibernetik menempatkan penekanan pada proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan akurat. Fokus dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima informasi serta memberikan keleluasaan kepada guru dalam proses pembelajaran. Kemunculan teori ini sejalan dengan permintaan global akan pendidikan yang berbasis teknologi informasi untuk memudahkan akses terhadap informasi dan mengatasi kendala yang mungkin timbul saat guru tidak dapat berada di kelas. Teori ini menempatkan penekanan pada penggunaan sistem informasi sebagai alat pembelajaran bagi murid. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran dan memperkuat ingatan siswa melalui pemanfaatan sistem informasi.
Teori pembelajaran sibernetik mengedepankan penggunaan elemen-elemen kognitif dan teknologi informasi dalam proses pembelajaran. Dengan fokus pada pengolahan informasi dan pembentukan memori siswa, teori ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran serta memperkuat pemahaman siswa melalui pemanfaatan sistem informasi. Dalam konteks permintaan global akan pendidikan yang berbasis teknologi, teori ini menawarkan solusi untuk memudahkan akses terhadap informasi dan mengatasi kendala yang mungkin muncul saat guru tidak tersedia. Dengan demikian, teori pembelajaran sibernetik menempatkan pentingnya penggunaan sistem informasi sebagai alat pembelajaran yang mendukung siswa dalam mencapai tujuan belajar mereka.
F. Kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik
Penerapan konsep pembelajaran sibernetik dalam pengaturan proses pembelajaran digital oleh mahasiswa bisa disajikan dengan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kelebihan
Kelebihan sibernetika dapat dipahami melalui sejumlah penjelasan yang disampaikan oleh para pakar, yang mencakup:
a) Teori ini menyoroti pentingnya tahapan-tahapan dalam proses berpikir seseorang, karena pada dasarnya belajar melibatkan perjalanan yang melalui berbagai tahapan yang khusus.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar akan menjadi pengetahuan umum, dan siswa akan lebih mempertahankan informasi yang telah diperoleh karena mereka lebih aktif dalam pembelajaran.
c) Hasil akhir dari teori pembelajaran ini mencakup transformasi yang tercermin dalam perubahan paradigma, sikap, serta pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperluas oleh siswa dengan usaha sendiri.
2. Kekurangan
Salah satu kekurangan dalam menerapkan teori belajar sibernetik adalah kurangnya fokus pada hasil pembelajaran secara langsung, sehingga menyulitkan dalam implementasinya. Terlebih lagi, bagi peserta didik yang belum mahir dalam teknologi, teori ini bisa menjadi sulit untuk diterapkan.
Selain itu, kekurangan lain dalam menerapkan teori belajar sibernetik adalah ketergantungan yang tinggi pada infrastruktur teknologi yang canggih. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi sekolah atau peserta didik yang memiliki akses terbatas terhadap teknologi. Dalam konteks ini, peran pendidik untuk memfasilitasi pemahaman konsep dan penerapan teknologi menjadi krusial dalam menjembatani kesenjangan yang mungkin timbul.
Berdasarkan penerapan konsep pembelajaran sibernetik dalam pengaturan proses pembelajaran digital oleh mahasiswa, kelebihannya meliputi penekanan pada tahapan-tahapan dalam proses berpikir individu, peningkatan retensi pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran, serta transformasi yang luas dalam paradigma, sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Namun, kekurangan terletak pada kurangnya fokus langsung pada hasil pembelajaran dan kemungkinan kesulitan implementasi, terutama bagi peserta didik yang kurang mahir dalam teknologi. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan penggunaan teori ini, diperlukan pendekatan yang mempertimbangkan tantangan teknologi serta upaya untuk memastikan bahwa pembelajaran berfokus pada pencapaian hasil yang konkret.
G. Prinsip-prinsip belajar menurut aliran sibernetik
Ada dasarnya teori sibernatik adalah teori belajar. Hal ini dikarenakan prinsipnya yang melakukan tindakan ini adalah peninjau. Banyak prinsip-prinsip teori sibernetik yang diungkapkan oleh joy murray, ada beberapa aspek penting perlu diperhatikan diantaranya:
• Semua berperan sebagai pengamat
• Sebagai pengamat, kita sering kali terikat oleh paradigma yang ada dan sulit untuk melihat dari perspektif luar.
• Melalui perspektif sejarah kehidupan, kita menyadari bahwa pengamatan yang kita lakukan tidak dapat disamakan dengan yang dilakukan orang lain karena keterbatasan kita dalam memiliki hanya satu tubuh atau pikiran, serta sejarah hidup yang menjadi objek pengamatan.
• Sebagai pengamat, kita mengamati berbagai perbedaan dan mengidentifikasi variasi dalam sistem atau lingkungan. Setiap pengamat memiliki pendekatan yang unik dalam menafsirkan perbedaan-perbedaan tersebut, dengan fokus pada subtleties yang membedakan satu sama lain. Dengan memperhatikan perbedaan tersebut, kita dapat merancang gambaran dunia yang kaya dengan keragaman, dimana gangguan dan variasi menjadi sumber informasi yang berharga bagi kita.
• Informasi tidak hanya terpatri dalam pengamat, sistem, atau lingkungan, tetapi timbul melalui interaksi dinamis antara pengamat dan sistem atau lingkungan tersebut.
• Melalui interaksi yang berkelanjutan dan respon yang diterima, persepsi kita tentang dunia terus berubah sementara kita juga turut berubah olehnya, terlepas dari apakah kita memiliki niat untuk berubah atau tidak.
• Perubahan ini disebut sebagai proses belajar.
• Belajar muncul sebagai respons atas keperluan kita untuk mempertahankan eksistensi dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam hal sosial, ekonomi, budaya, maupun fisik, memungkinkan kita untuk terus berkembang dan bertahan.
• Belajar dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, yang tergantung pada latar belakang hidup kita yang unik, dan kemungkinan hasilnya akan bervariasi antara individu.
• Kita semua berperan sebagai penonton yang memperhatikan dalam suatu struktur. Mohon bantuanmu untuk merombak kalimat tersebut dengan gaya yang hampir serupa namun menggunakan kata-kata yang berbeda serta disusun dengan rapi.
Menurut prinsip-prinsip yang disajikan oleh Joy Murray, sibernetik membutuhkan observasi yang mengarah pada perubahan atau pembentukan perilaku (seperti kognitif, emosional, dan psikomotorik) sesuai dengan apa yang diamati dan sejauh mana individu menginterpretasikan pengetahuannya terhadap objek observasi tersebut. Observasi yang terfokus pada perubahan atau pembentukan perilaku mencerminkan esensi dari interaksi antara individu dengan objek observasi mereka. Hal ini menegaskan pentingnya pemahaman individu terhadap pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan tersebut, baik secara kognitif, emosional, maupun psikomotorik. Dengan demikian, sibemetik mendorong pengamatan yang tidak hanya pasif, tetapi juga aktif dalam proses interpretasi dan penerapan pengetahuan untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan dalam perilaku individu.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Joy Murray, teori sibernatik menyoroti pentingnya observasi dalam membentuk atau mengubah perilaku individu sesuai dengan apa yang diamati. Dalam konteks ini, observasi tidak hanya sekadar memperhatikan, tetapi juga melibatkan interpretasi yang mendalam terhadap objek yang diamati. Proses ini menegaskan bahwa belajar adalah hasil dari interaksi dinamis antara pengamat dan lingkungan, yang mengarah pada pertumbuhan dan adaptasi individu dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal individu, tetapi juga oleh lingkungan eksternal yang unik bagi setiap individu. Dengan demikian, teori sibernatik memberikan landasan untuk memahami bagaimana kita sebagai individu terus berkembang dan bertahan dalam menghadapi perubahan dan variasi dalam kehidupan.
H. Pembelajaran menurut Lev N Landa
Landa memandang dirinya sebagai seorang psikolog yang mengikuti aliran sibernetika. Menurut pandangannya, terdapat dua jenis pemikiran yang berbeda, yakni:
1. Proses berpikir algoritmik adalah proses mental yang berlangsung secara terarah, terfokus, dan terstruktur menuju pencapaian tujuan tertentu, seperti saat melakukan panggilan telepon, mengoperasikan mesin mobil, dan aktivitas lainnya.
2. Berpikir heuristik melibatkan pendekatan divergen yang mengarah pada beberapa tujuan sekaligus. Misalnya, dalam pemilihan atribut geometri atau penemuan berbagai cara untuk memecahkan masalah dan lain-lain.
Proses berpikir algoritmik merupakan proses sistematis dan terarah yang bergerak menuju tujuan tertentu secara langkah demi langkah. Sebagai contoh, dalam mengoperasikan mobil, setiap langkah dilakukan secara berurutan. Di sisi lain, proses berpikir heuristik melibatkan pendekatan yang lebih eksploratif, menuju beberapa tujuan sekaligus. Sebagai contoh, memahami konsep dengan berbagai interpretasi atau arti ganda. Pendekatan heuristik mendorong peserta didik untuk mempertimbangkan beragam jawaban dan tujuan alternatif, seperti dalam problem solving. Proses berpikir algoritmik dan heuristik memainkan peran yang penting dalam pembelajaran dan pemecahan masalah. Sementara proses berpikir algoritmik menawarkan kerangka kerja yang terstruktur dan langkah-langkah yang jelas menuju tujuan tertentu, pendekatan heuristik memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan pemikiran yang kreatif dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dan solusi. Keduanya saling melengkapi dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan pemikiran kritis peserta didik.
Disisi yang sama diungkapkan menurut hamid, Bahwa Pemikiran Landa sebagai tokoh dalam teori sibernetik tetap mengakui bahwa proses belajar terfokus pada pengolahan sistem informasi dari materi yang akan dipelajari. Menurutnya, seorang guru yang efektif adalah yang memahami secara mendalam materi yang diajarkan, memahami beragam cara berpikir dari para siswa, dan mampu menyelaraskan informasi materi dengan pemahaman siswa. Landa membagi proses berpikir menjadi dua jenis: pertama, proses berpikir algoritmik, yang bersifat linear dan konvergen menuju satu tujuan tertentu, kedua, cara berpikir heuristik, yang bersifat divergen dan mengarah pada beberapa tujuan sekaligus. Baginya, proses belajar dapat berlangsung efektif jika karakteristik materi yang dipelajari atau masalah yang diselesaikan sudah jelas. Pendekatan yang terstruktur, berurutan, dan linier sesuai untuk satu hal, sementara pendekatan yang lebih terbuka memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir secara kreatif dan eksploratif. Selain itu, dalam perspektif Landa, penting bagi guru untuk memperhatikan konteks belajar siswa serta memilih metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kebutuhan siswa. Dengan memadukan pemahaman mendalam akan materi, sensitivitas terhadap variasi cara berpikir siswa, dan fleksibilitas dalam pendekatan pengajaran, seorang guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang perkembangan pemikiran kritis dan kreatif siswa secara optimal.
Berdasarkan pandangan Landa dalam teori sibernetik, terdapat dua jenis proses berpikir, yaitu algoritmik dan heuristik. Proses berpikir algoritmik bersifat terarah dan terstruktur, menuju satu tujuan tertentu secara langkah demi langkah, mirip dengan operasi yang sistematis seperti mengoperasikan mobil. Di sisi lain, proses berpikir heuristik bersifat eksploratif, memungkinkan penjelajahan ke berbagai tujuan sekaligus, seperti dalam pemecahan masalah yang mengizinkan beragam jawaban dan tujuan alternatif. Menurut Landa, pendekatan yang terstruktur dan linear cocok untuk situasi yang jelas dan terarah, sementara pendekatan yang lebih terbuka memberi ruang bagi siswa untuk berpikir kreatif dan eksploratif. Kesimpulannya, pendekatan dalam proses belajar dapat bervariasi tergantung pada karakteristik materi yang dipelajari atau masalah yang diselesaikan, dengan pendekatan yang terstruktur memungkinkan fokus pada satu tujuan sementara pendekatan yang lebih terbuka mendukung kreativitas dan eksplorasi.
I. Pembelajaran menurut Pask dan Scott
Pask dan Scott adalah ahli yang menganut pemikiran sibernetik, yang mengusulkan pendekatan serialis, yang sejalan dengan pendekatan algoritmik. Namun, perbedaan terletak pada cara berpikir menyeluruh (wholist), yang berbeda dari pendekatan heuristik. Berpikir menyeluruh adalah proses mental yang cenderung melompat ke gambaran utuh suatu sistem informasi, mirip dengan melihat sebuah lukisan dalam keseluruhan sebelum memerhatikan detail-detailnya secara terperinci. Pask dan Scott, sebagai penganut pemikiran sibernetik, mengusulkan pendekatan serialis yang berfokus pada proses algoritmik. Meskipun sejalan dengan pendekatan algoritmik, perbedaan kunci terletak pada penekanan mereka terhadap berpikir menyeluruh (wholist). Berbeda dengan pendekatan heuristik yang cenderung fokus pada detail-detail tertentu, berpikir menyeluruh menekankan proses mental yang melompat ke gambaran utuh suatu sistem informasi sebelum memerhatikan detail-detailnya secara terperinci, seperti melihat sebuah lukisan dalam keseluruhan sebelum meninjau elemen-elemen detailnya.
Prinsip dasar algoritma memainkan peran penting dalam pengembangan pemikiran serta pembelajaran metodologi logika dengan menghadirkan langkah-langkah konkret yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah. Keterampilan berpikir algoritma diperkuat dan ditingkatkan melalui berbagai sikap atau disposisi, yang merupakan aspek penting dalam literasi informatika dan digital. Oleh karena itu, dalam konteks penyelesaian masalah matematika, berpikir algoritma selalu mengikuti langkah-langkah umum yang membimbing menuju solusi.
Siswa yang menerapkan gaya berpikir algoritmik cenderung memulai dengan langkah-langkah sederhana sebelum melangkah ke langkah-langkah yang lebih kompleks secara sistematis. Penerapan praktik pemecahan masalah algoritmik dan penggunaan komputasi dalam konteks pendidikan dapat membantu mengintegrasikan teknologi komputasi dalam berbagai bidang pembelajaran. Meskipun terdapat banyak solusi dalam menyelesaikan masalah, individu yang menggunakan pendekatan algoritmik cenderung memilih satu solusi dari beberapa opsi yang tersedia.
Cara berpikir heuristik yang diajukan oleh Landa adalah pola berpikir yang divergen yang melibatkan beberapa aspek sekaligus. Siswa dengan pola berpikir tipe wholist cenderung memulai dari konsep umum sebelum menuju ke detail, sementara siswa dengan pola berpikir tipe serialis cenderung mengikuti proses algoritmik dengan langkah-langkah terperinci. Sebagai contoh, siswa tipe wholist dalam memahami definisi Al-Qur’an akan langsung mencari pandangan pakar mengenai definisi tersebut, sedangkan siswa tipe serialis akan mulai dari contoh konkret Al-Qur’an sebelum menghubungkannya dengan pandangan para pakar untuk mencapai kesimpulan.
Dari pemahaman tentang pendekatan pemikiran sibernetik yang diajukan oleh Pask dan Scott serta pendekatan heuristik yang digagas oleh Landa, kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat dua pendekatan utama dalam proses pemikiran: wholist dan serialis. Pendekatan wholist cenderung untuk melihat gambaran keseluruhan suatu sistem sebelum memerhatikan detail-detailnya, sedangkan pendekatan serialis lebih mengikuti langkah-langkah terperinci dalam proses algoritmik. Contoh konkret dalam memahami definisi Al-Qur’an memperlihatkan bagaimana siswa dengan pola berpikir wholist cenderung mencari pandangan pakar secara langsung, sementara siswa dengan pola berpikir serialis lebih condong untuk mulai dari contoh konkret sebelum menyimpulkan dengan bantuan pandangan pakar.
J. Penerapan teori belajar sibernetik
Penggunaan teori-teori pembelajaran dan pendekatan dalam konteks pembelajaran merupakan suatu pendekatan sistematis yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar, penting bagi seorang pendidik untuk memahami dan menguasai beragam metode mengajar serta pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan. Kemampuan seorang guru dalam mengaplikasikan teori-teori pembelajaran dan pendekatan yang sesuai tidak hanya meningkatkan efektivitas pengajaran, tetapi juga memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang memotivasi dan memfasilitasi perkembangan optimal bagi setiap individu di dalam kelas. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang berbagai teori pembelajaran dan kemahiran dalam menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut merupakan kompetensi kunci yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
Dalam konteks pengajaran yang efektif, guru juga perlu memperhatikan diversitas dalam gaya belajar siswa serta menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan individual mereka. Dengan memanfaatkan beragam metode dan pendekatan pembelajaran, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih berarti dan mendalam bagi setiap siswa, sehingga memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai secara optimal dalam lingkungan kelas yang inklusif dan dinamis.
Posisi guru dalam pembelajaran sibernetik melibatkan perencanaan, persiapan, dan penyediaan stimulus yang relevan untuk mendorong pemahaman simbolik, seperti informasi verbal dan angka, serta stimulasi referensial dari objek dan peristiwa. Selain itu, guru juga bertugas untuk membimbing siswa dalam memahami informasi yang diberikan, mengelola proses pemahaman konsep, dan memberikan umpan balik yang diperlukan dari aktivitas pembelajaran. Guru perlu memperhatikan sembilan langkah pengajaran dalam menerapkan teori sibernetik, diantaranya:
1. Menerapkan strategi untuk memikat perhatian siswa;
2. Menyampaikan pengetahuan kepada para siswa mengenai maksud dari pembelajaran dan materi yang akan dibahas;
3. Mendorong siswa untuk memulai proses belajar dengan antusiasme dan motivasi yang tinggi;
4. Mengungkapkan materi pelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan;
5. Memberikan panduan kepada siswa dalam menjalankan kegiatan pembelajaran;
6. Memberikan dukungan pada perilaku pembelajaran siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka;
7. Memberikan feedback terhadap tindakan yang ditunjukkan oleh siswa.
8. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran;
9. Memberi kesempatan kepada murid untuk mengingat dan menerapkan apa yang mereka pelajari
Penerapan teori sibernetik dalam proses belajar mengajar, paling tidak mengikuti langkah-langkah antara lain:
1. Membuat penjabaran tujuan pembelajaran;
2. Menetapkan isi pelajaran yang akan diajarkan;
3. Menganalisis sistem informasi yang terdapat dalam materi tersebut;
4. Memilih metode pembelajaran yang tepat untuk sistem informasi, apakah itu melalui pendekatan algoritmik atau heuristik;
5. Menyusun informasi dalam struktur yang sesuai dengan sistem yang ada;
6. Mengajarkan materi kepada peserta didik dengan menggunakan urutan yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran.
Menurut Simundza, konsep pembelajaran sibernetik dalam teori dan praktik bisa dijalankan dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Mengartikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan menginspirasi siswa untuk mencapainya.
2. Mengelompokkan siswa ke dalam beberapa tim belajar dengan anggota 4-5 orang di setiap tim.
3. Menyampaikan teori dan latihan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Mendampingi tim belajar siswa dalam menyelesaikan LKS.
5. Mengarahkan siswa dalam menggunakan perangkat lunak pembelajaran untuk menjelajahi konsep materi secara menyeluruh.
6. Menganalisis hasil eksplorasi tersebut dan menggunakan hasilnya untuk membangun pemahaman konseptual.
7. Memberikan penghargaan kepada tim yang telah menyajikan hasil diskusi mereka.
Kemudian menurut Isnaini, mengatakan bahwa indikator kriteria bagi pengajar (guru) dapat dikategorikan sukses menerapkan teori belajar sibernetik, diantarnya yaitu:
a) Seorang pendidik harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai teori sibernetik sebelum mengaplikasikannya dalam praktik.
b) Keterampilan dalam menggunakan perkembangan teknologi dan informasi menjadi penting bagi seorang guru untuk mendukung penerapan teori sibernetik.
c) Seorang guru diharapkan mampu merancang stimulus yang mendorong respon berpikir dari siswa.
d) Pemahaman akan tahapan perkembangan belajar siswa dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahapan merupakan pengetahuan penting yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
e) Kemampuan memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa selama proses belajar menjadi hal yang esensial bagi seorang guru.
f) Pendidik harus memahami secara mendalam mekanisme perkembangan kerja berpikir kritis siswa.
g) Komunikasi yang jelas, inovatif, dan kreatif dalam menyampaikan informasi ilmiah sangat diperlukan agar siswa dapat memahami dan tertarik pada materi pelajaran.
h) Guru harus mampu melakukan penilaian terhadap kinerja siswa serta mengevaluasi proses dan hasil belajar.
i) Kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengatasi kelemahan dalam penerapan teori sibernetik merupakan hal yang penting bagi seorang pendidik.
Dalam menyusun pembelajaran, perlu dipertimbangkan keberadaan prasyarat belajar untuk mencapai suatu kemampuan, yakni apakah siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan. Terdapat prasyarat belajar esensial yang harus dipahami siswa, serta prasyarat belajar tambahan yang dapat mempermudah proses pembelajaran. Pada ranah pengembangan keterampilan motorik, langkah awalnya adalah mengajarkan prinsip-prinsip mengenai urutan yang harus diikuti dalam menunjukkan keterampilan yang dipelajari. Proses ini melibatkan latihan bertahap, dimulai dari mengajarkan bagian-bagian keterampilan secara terpisah, kemudian menggabungkannya menjadi kesatuan keterampilan yang utuh.
Berdasarkan penjelasan penerapan teori belajar diatas. Maka dalam pembelajaran sibernetik, peran guru sangat penting dalam merencanakan, mempersiapkan, dan menyajikan stimulus yang relevan untuk memfasilitasi pemahaman siswa terhadap informasi simbolik dan referensial. Guru juga bertanggung jawab dalam memandu dan memberikan umpan balik kepada siswa selama proses pembelajaran, serta mengevaluasi hasilnya. Terapannya melibatkan sembilan langkah, mulai dari menarik perhatian hingga memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Langkah-langkah ini mencakup penetapan tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang sesuai, dan penyesuaian materi dengan kurikulum. Penting juga untuk mempertimbangkan prasyarat belajar siswa dalam menyusun pembelajaran, baik prasyarat esensial maupun tambahan, serta memperhatikan proses pengembangan keterampilan motorik melalui latihan bertahap.
K. Implikasi penerapan teori belajar sibernetik
Berdasarkan analisis penerapan tersebut, terdapat implikasi yang signifikan baik secara teoritis maupun praktis, yakni memperkuat landasan teori belajar sibernetik. Walaupun relatif baru, teori ini terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi. Oleh karena itu, pengaruhnya terhadap pendekatan belajar sibernetik menjadi nyata ketika peserta pelatihan mampu mengelola, memonitor, dan merencanakan strategi terkait dengan informasi yang diperoleh. Aspek penting dalam teori ini adalah peran sistem informasi yang menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran. Selain itu, penerapan teori belajar sibernetik juga menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan teknologi. Dengan memahami konsep-konsep sistem informasi, peserta pelatihan dapat mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang di era digital saat ini. Dengan demikian, penerapan teori ini tidak hanya memperkuat landasan teoritis, tetapi juga memberikan dampak yang nyata dalam menghadapi dinamika pembelajaran di era kontemporer.
Ketika kita membahas pembelajaran, kita menyadari bahwa tidak ada pendekatan belajar yang sempurna untuk semua situasi. Cara seseorang mempelajari informasi bisa berbeda-beda; satu peserta dapat memahami materi pelatihan dengan satu metode, sementara yang lain mungkin membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Dari pembahasan diatas, ditemukan bahwa dalam teori sibernetik terdapat empat pola pikir yang berbeda: algoritmik, heuristik, wholist, dan serialis. Ini memungkinkan guru dan murid untuk mengadopsi metode berpikir yang sesuai dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis tentang penguatan landasan teori belajar sibernetik, yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, serta penekanan pada peran sistem informasi dalam pembelajaran, ditemukan bahwa tidak ada pendekatan belajar yang universal. Dalam teori sibernetik, teridentifikasi empat pola pikir yang berbeda, yang memungkinkan guru dan murid untuk mengadopsi metode yang sesuai dengan gaya belajar individu. Ini menyoroti pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam menyusun strategi pembelajaran yang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H