Lihat ke Halaman Asli

Anggreyan Agustin Sinaga

Stay hungry; stay foolish

Pertelevisian Negeriku

Diperbarui: 15 Desember 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudah beberapa hari saya tidak menonton televisi. Karena akhir-akhir ini saya malas menonton TV. Saya sudah pernah bilang sebelumnya, kalau hobby saya sebenarnya menonton. Tapi untuk TV nasional  kita, saya hanya menonton beberapa program yang menurut saya bagus.

Kemaren sore saya menonton TV dan mencari program yang enak untuk ditonton. Lalu disalah satu stasiun TV saya melihat Viki prasetio. Saya rasa, orang yang hobby menonton TV nasional khususnya beberapa acara akan tahu siapa sosok pria ini.

Begitu saya melihatnya, saya langsung ganti chanel untuk mencari program yang lebih baik. Saya tidak habis fikir kenapa dia bisa menghiasi layar kaca dengan peran seperti itu (sebenarnya masih banyak orang-orang di layar TV yang tidak seharusnya mereka ditempatkan disana. Hanya ‘merusak’). Kita tahu, setiap entertainer memiliki peran tersendiri yang harus dilakoni di depan kamera. Tidak semua peran yang mereka lakoni sama dengan karakter mereka sebenarnya.

Tapi untuk pria yang satu ini, saya tidak tahu apakah kepribadiannya seperti itu atau hanya sebatas kebutuhan di profesinya. Kalau itu hanya sebagai peran, kenapa pihak yang berwenang memberinya peran yang begitu konyol ? aneh, gak menarik sama sekali, dan sangat jauh dari kata mendidik.

Saya sama sekali tidak tahu masalah broadcasting, ataupun scenario mereka di balik layar. Tapi untuk pria ini, kenapa harus peran itu yang dia bawakan ? atau kalau memang tipikalnya persis seperti yang di layar, apakah tidak ada actor yang lebih berbobot dibanding dia ? saya rasa sangat banyak. Nah, kenapa bukan orang-orang yang berpotensi yang dimunculkan di depan layar ? kemana semua anak-anak bangsa yang lebih pantas berada di layar TV ? kenapa tidak memberi kesempatan kepada mereka.

Tv nasional yang jangkauannya sangat luas, seluruh Indonesia kebayangkan berapa juta pasang mata yang akan menyaksikan tiap aksi yang ditampilkan di layar. Apapun itu judul dari program, baik itu komedi, drama, talkshow, bukankah seharusnya semua itu dikemas se-apik mungkin sehingga patut di cerna dan memberikan impact yang positif bagi pemirsa?

Jika dari sudut pandang mereka yang di layar TV, itu adalah pekerjaan mereka untuk mencari nafkah. Tapi ya dilihat juga kali, apa mereka benar-benar memiliki potensi disitu ? dan bagi yang mempekerjakan, apakah tidak menimbang kualitas untuk mempekerjakan seseorang ?

Terus, program2 TV banyak sekali yang dibeli dari luar. Apalah itu semua, mulai dari drama turki, india dsb. Kenapa tidak mencoba mengcreate suatu program yang bermutu dari karya anak bangsa. Bukankah ini membuka peluang juga bagi orang2 yang berpotensi untuk berkarya. Mereka memiliki wadah untuk menyalurkan potensinya. Dari pada beli program luar, lebih baik mendukung bakat2 aktor/aktris tanah air. Toh keduanya sama2 mengeluarkan duit untuk menghasilkan keuntungan.

Plisss. Pertelevisian Indonesia agar memberi acara/program yang mendidik, program yang bisa dibanggakan di rumah sendiri dan akan lebih baik kalau sampai dari luar negeri pun turut memberi apresiasi.

Jangan melulu mencari rupiah tanpa mempedulikan konsumen/dampaknya. Tidak heran orang-orang yang berekonomi lumayan lebih suka berlangganan dengan chanel tv dari luar. Karena beranggapan, itu lebih layak dikonsumsi.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline