"Iqra iqra iqra!!!" Ucapan yang sudah tak asing lagi didengar bagi semua orang. Khususnya, bagi orang yang masih mengenyam pendidikan baik di dunia sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi, membaca menjadi hal yang sangat wajib dilakukan. Tetapi, bagi sebagian orang yang sangat mencintai membaca tentu sontak mengatakan bahwa membaca tak harus dilakukan ketika mengenyam pendidikan.
Tentu dasarnya adalah membaca bukan berati diarti sempitkan sebagai 'membaca buku pelajaran' tetapi membaca tulisan atau karya baik sebagai wawasan, pengetahuan, dan hiburan. Barang siapa banyak membaca pasti akan dapat menguasai dunia, begitulah singkatnya. Sehingga budaya membaca pun dapat menjadi jembatan seseorang agar mecapai kesuksesan.
Pada era sebelum globalisasi melanda dengan membawa serta teknologi lain yang masuk, membaca buku baik buku pelajaran atau karya tulis lainnya merupakan kegiatan yang tak hanya untuk mengisi waktu luang, tetapi dapat menjadi ajang untuk menambah wawasan, menambah informasi dan lain-lain.
Bahkan toko buku pun merajalela dan nge-hitz dizamannya, dilengkapi dengan banyaknya bermunculan literasi-literasi baru. Namun, budaya membaca buku tersebut nampaknya telah hilang ditelan arus globalisasi yang masuk. Globalisasi memang tak ayal membawa banyak sekali perubahan dalam hidup, dengan memudahkan kegiatan manusia. Akan tetapi, globalisasi juga dapat menggerus budaya membaca masyarakatnya.
Kegemaran membaca buku khususnya di Indonesia, mengalami keadaan yang sangat darurat. Dilansir dari detik.com, peringkat literasi bertajuk 'world,s Most Literate Nations' yang merupakan produk dari Central Connecticut State University(CSSU) pada tahun 2016 menyebutkan bahwa minat baca orang Indonesia terletak pada peringkat 60 dari 61 negara.
Tentu angka ini sangat mengejutkan, diantara ratusan juta warga negara Indonesia, jika dipresentasikan hanya 20% warga negara Indonesia yang gemar membaca. Rendahnya angka tersebut juga dibarengi dengan adanya pembaruan teknologi seperti sosial media yang menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia saat ini.
Dengan semakin derasnya arus globalisasi, memunculkan adanya teknologi baru dibidang informasi seperti adanya media massa berbasis online, dimana pada sebelum era teknologi baru sangat ramai media cetak. Selain media massa juga ditemukan adanya electronic book atau biasa dikenal dengan e-book. Kehadiran teknologi baru dibidang informasi dan komunikasi tersebut nampaknya memang bagi sebagian orang memanfaatkan, akan tetapi ada juga yang menghiraukan dan lebih memilih memainkan sosial media mereka. Padahal, banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dengan adanya e-book tersebut.
Kehadiran e-book sebagai evolusi dari buku cetak diharapkan dapat membawa manfaat bagi masyarakat, karena banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan. Dengan adanya e-book seseorang dapat mengakses suatu literasi atau karya tulis hanya dengan bermodal perangkat digital seperti komputer, handphone dan lainnya. Selain bermodalkan peringkat digital, seseorang juga dapat menggunakan e-book tanpa perlu membawa buku cetak kemana-mana. E-book juga dapat diakses dimana-mana kapanpun seseoang ingin membaca suatu literasi.
Manfaat e-book tak lain juga ramah lingkungan yang akan membawa dampak baik bagi keseimbangan hidup di bumi yaitu dengan tidak menebang pohon untuk bahan baku kertas seperti yang dilakukan pada media cetak. E-book juga memiliki kelebihan yang lain selain mudah dibawa, ramah lingkungan dan mudah diakses. Harga yang ditawarkan dengan adanya e-book juga jauh lebih murah daripada adanya buku cetak. Penggunaan e-book yang simple diharapkan juga dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan bijak oleh masyarakat modern saat ini.
Tak hanya literasi yang kini berbasis elektronik, namun keberadaan media informasi seperti koran, majalah juga telah beralih ke media massa online. Sama seperti halnya e-book, media online juga memberikan berbagai fitur yang memudahkan dan mudah untuk diakses. Tentu kabar yang beredar juga telah divalidasi kebenarannya. Dan juga semakin mudah dengan adanya sosial media yang juga telah meberikan banyak informasi, tak hanya di dalam negeri maupunn luar negeri.
Dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh adanya pembaruan teknologi dan informasi yang ada diharapkan kegemaran membaca yang dulunya menjadi trend juga dapat menjadi kegemaran lagi di Indonesia. Setelah peringkat minat baca di Indonesia pada tahun 2016 menjadi 2 terbawah, namun tak banyak yang berubah dari wajah minat baca di Indonesia. Pada tahun 2018 UNESCO menyebutkan, minat baca Indonesia masih sangat rendah. Ini tentu memprihatinkan, karena kerugian yang didapatkan tentu akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa Indonesia.