Lihat ke Halaman Asli

Anggraini Fadillah

student at riau islamic university | content writer | host podcast

Baby Blues pada Seorang Ibu

Diperbarui: 31 Maret 2024   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjadi seorang perempuan, tidaklah segampang yang orang lain bayangkan. Tuntutan demi tuntutan dibebankan kepada seorang perempuan tanpa banyak orang yang menanyakan dan peduli akan kondisinya. Apalagi ketika seorang perempuan telah menikah, biasanya pertanyaan selanjutnya adalah "kapan punya anaknya?" dan hingga proses akan menjadi seorang ibu pun akan ada fase-fase baru yang perlu diadaptasi dalam kehidupannya.

Termasuk bertambahnya tuntutan dan pertanyaan orang-orang mengenai ketika setelah melahirkan bertaruh nyawa "bagaimana anaknya, sehatkan?" sangking langkanya orang-orang mengapresiasi dengan pertanyaan atau dengan ucapan selamat yang menenangkan bahwa ini loh seorang ibunya yang mempertaruhkan nyawa demi anaknya lahir dengan baik namun hanya segelintir orang yang peduli akan kondisi seorang ibu pasca anaknya lahir.

Tentunya, hal ini terus bergulir pada adaptasi baru seorang ibu terhadap anaknya bahwa tidak dipungkiri tentu ada rasa kagum dan senang bahwa ia telah menjadi seorang ibu dan telah melahirkan anaknya yang akan ia lihat tumbuh kembangnya hingga dewasa.

Untuk pertama kalinya, tentu banyak seorang perempuan yang tidak siap akan kehadiran seorang anak di hidupnya. Bukan berarti, ia tidak menginginkan anaknya akan tetapi secara psikologis, apabila dari lingkungan terdekat tidak ada yang mensupport ia untuk tenang dan membantu seorang ibu dalam mengasuh dan merawat anaknya akan ada kemungkinan terbesar ibu dari anak tersebut terkena namanya baby blues.

Jadi, menurut sebuah tulisan artikel Halodoc yang ditinjau oleh Dr. Rizal Fadli, baby blues ini adalah sydrome atau kondisi psikologis yang muncul pada masa nifas sehingga itu dapat menyebabkan seorang ibu mengalami depresi dan kecemasan. Berdasarkan jurnal ilmiah dengan judul "How to Cope With Baby Blues: A Case Report dalam Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research terdapat sebesar 50-85% seorang ibu yang mengalami baby blues yakni setelah melahirkan.

Memang hal ini secara umum muncul ketika seorang ibu mengalami kondisi depresi antara di hari pertama sampai kelima dan itu dapat mereda dalam waktu 10 hari. Walaupun sebagian besar, seorang ibu dapat pulih dari kondisi ini secara alamiah tanpa adanya perawatan profesional namun ada juga beberapa ibu yang mengalami kondisi sydrome baby blues ini sangat parah dan cukup serius sehingga harus ditangani ke pihak profesional.

Kondisi yang dialami seorang ibu saat pasca melahirkan sebenarnya adalah kondisi yang normal namun apabila baby blues ini dianggap sepele dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan baik maka ini akan sangat menjadi berbahaya terutama pada kesehatan seorang Ibu dan bayinya. 

Baby blues ini ada kaitannya dengan perubahan emosional dan fisik yang terjadi dari seorang ibu yakni ketika ia melahirkan. Walaupun hal ini secara alamiah terjadi pasca seorang ibu melahirkan akan tetapi apabila perasaan sedih, marah, khawatir dan cemas serta jenis perasaan lainnya tidak diperhatikan maka besar kemungkinannya akan berdampak buruk terhadap kondisi psikologis ibu apabila tidak ditangani sebaik-baiknya (Halodoc, Dr. Rizal Fadli).

Tentunya hal ini menjadi penting ketika seorang ibu dalam kondisi mental dan fisik yang tidak stabil. Sehingga, seorang ibu sangat memerlukan support system terbaik dari orang sekitar yang membantu dirinya untuk yakin dan tenang dalam kondisi beradaptasi dengan fase-fase baru ketika ia menjadi seorang ibu.

Tentu, disini peran suami juga menjadi hal yang sangat penting artinya ketika isteri telah melahirkan anak yang itu tidaklah mudah, maka sebagai seorang suami kamu perlu untuk selalu memastikan isterimu dalam keadaan baik. Tentu hal yang harus kamu lakukan adalah membantu ia tenang suaoay mental dan fisiknya dapat terjaga ketika ia menghadapi fase dan proses menjadi seorang ibu.

Oleh karena itu, sebagai seorang suami yang baik, maka kamu perlu siap menjadi suami yang siaga ketika keadaan isterimu dalam kondisi yang memang belum stabil karena setiap perempuan akan mengalami ini dan itu normal namun apabila terjadi pembiaran dan kondisi istrimu juga tidak stabil secara fisik dan mental maka bantu ia untuk pelan-pelan pulih sehingga dalam hal ini sebagai suami kamu perlu untuk ikut serta dan terlibat dalam mengasuh anak secara bergantian supaya isterimu tidak kelelahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline