Lihat ke Halaman Asli

Anggraini Fadillah

student at riau islamic university | content writer | host podcast

Mengulik Mata Rantai Sepasang Manusia yang Memilih Childfree

Diperbarui: 28 Maret 2024   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena mengenai adanya childfree belakangan ini menjadi sorotan khalayak ramai. Pasalnya, hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasanya dipilih menjadi sebuah pilihan dalam rumah tangga apalagi memilih untuk childfree atau memilih untuk tidak memiliki anak, tentu akan menjadi bahan omongan banyak orang dan seolah-olah itu menjadi pilihan yang salah ketika sepasang manusia memilih untuk tidak memiliki anak.

Tentunya, konteks ketika sepasang manusia memilih untuk tidak memiliki anak pasti didasari dengan alasan-alasan tertentu yang barangkali sebenarnya kita sebagai orang luar dari rumah tangga orang lain, seharusnya tidak perlu terlalu mencampuri apapun yang menjadi pilihan dan tujuan dalam rumah tangga serta pernikahan orang lain. 

Karena, tentu ketika memutuskan untuk tidak memiliki anak, sepasang manusia ini pasti telah membuat keputusan dan kesepakatan antara satu sama lain untuk pada akhirnya berumah tangga dan menjalani kehidupan pernikahan tanpa adanya sosok anak-anak.

Nah, biasanya alasan-alasan dan keputusan sepasang manusia untuk tidak memiliki anak atau memilih untuk childfree seumur hidup itu karena adanya faktor-faktor yang memang keadaan, situasi dan kondisinya tidak memungkinkan untuk mereka dapat memiliki anak. 

Faktor itu bisa berasal dari ekonomi yang belum stabil, mental yang belum siap, kondisi kesehatan yang tidak mendukung dan bisa saja itu juga didasari dari traumatis terdahulu, ketika menjadi anak juga mendapati perlakuan sebagai korban dari kekerasan orang tua mereka sehingga itu juga menjadi dasar beberapa orang untuk tidak ingin punya anak karena takut terbawa perlakuan orang tua mereka dulu.

Sebenarnya, menurut perspektif saya sendiri, sah-sah saja punya pemikiran untuk tidak memiliki anak atau childfree karena tidak semua orang beranggapan bahwa anak itu adalah sebuah anugerah dan kebahagiaan karena tentu ini kembali lagi, mengenai perspektif orang lain bahwa tidak semua orang berpikir bahwa anak itu anugerah dan rezeki yang diberikan Tuhan kepada mereka.

Tanpa persiapan yang baik maka sama saja sebagai orang tua kamu telah menelantarkan anak sendiri. Jadi, alasan sepasang manusia untuk memilih childfree juga menghindari bahwa ada kekhawatiran dan ketakutan mereka terhadap ketidakmampuan menjadi orang tua yang layak dan pantas dalam memfasilitasi, mendidik dan merawat anak-anak hingga mereka dewasa.

Barangkali, ini juga yang menjadi beban moral sepasang manusia yang sebenarnya sangat ingin memiliki anak namun karena faktor-faktor yang telah saya sebutkan sebelumnya itu yang menjadi alasan terbesar kenapa sepasang manusia akhirnya lebih baik tidak memiliki anak daripada memiliki anak namun mereka menjadi orang tua yang tidak bisa mencukupi dan menghidupi anak mereka dengan layak dan pantas bagi anak.

Tentu hal ini akan menjadi sebuah pemikiran dan pilihan yang berseberangan dengan mayoritas banyak pasangan yang ketika berumah tangga sangat ingin memiliki anak namun kita tidak bisa menyalahkan sepasang manusia yang akhirnya memilih childfree atau tidak memiliki anak karena menurut saya pun, menjadi orang itu tidak segampang yang kita bayangkan artinya kita punya tanggung jawab penuh terhadap anak apalagi yang ingin memiliki anak adalah kita sebagai orang tua yang menginginkan anak lahir ke dunia ini.

Jadi, pada akhirnya bila persiapan kita untuk menjadi orang tua masihlah jauh dari kata layak dan pantas maka perlu untuk dipertimbangkan lagi atau menunda keinginan untuk punya anak karena jangan sampai dengan adanya tuntutan sosial, baik dari lingkungan eksternal ataupun internal yang terlalu lebih berambisi untuk kamu memiliki anak maka pilihannya ada di diri kamu dan pasanganmu, apabila memang belum bisa dan keadaannya memang belum memungkinkan untuk kamu punya anak maka pertimbangkanlah baik-baik untuk memiliki anak detik itu.

Tentu yang pada akhirnya kelimpungan dengan adanya anak adalah kamu dan pasanganmu bukan mereka-mereka yang menuntut kamu punya anak, toh mereka tidak akan membantu atau mereka juga tidak akan memfasilitasi anakmu sampai mereka dewasa artinya jangan sampai kamu di setir sama standar sosial orang-orang yang padahal diri sendiri saja belum punya kapasitas yang siap untuk menjadi orang tua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline