Menyoal peran seorang Ibu yang sangat penting di tengah keluarga, mulai dari mengurus rumah dengan segudang pekerjaan, mengatur nutrisi keluarga sampai kepada hal yang remeh temeh. Seperti kejadian yang sering terjadi pada suami yaitu masuk angin dan pegal-pegal.
Tak dipungkiri peran suami dalam bekerja memenuhi semua tuntutan kebutuhan rumah tangga adalah berat. Mulai dari ayam berkokok sampai hari mulai gelap baru tiba di rumah. Belum lagi kalau macet melanda, bisa-bisa hampir tengah malam baru nongol di depan pintu. Setiap kejadian ini terjadi maka Ibu yang melankolis ini selalu merasa iba kepada pahlawan keluarga yang tidak kenal lelah mengais rezeki.
Setiba di rumah keluhan pertama suami adalah masuk angin, kemudian dilanjutkan dengan sakit kepala dan yang terakhir adalah badan pegal-pegal. Biasanya kalau sudah begini, suami minta dibelikan obat masuk angin dan pegal-pegal. Namun, hal ini tidak saya lakukan karena kalau sering mengkonsumsi obat maka akan berdampak buruk di kemudian hari.
Cara utama yang dilakukan Ibu cepat tanggap ini adalah memberikan segelas air jahe hangat. Di samping itu, mengusapkan balsem ke seluruh tubuh suami biar terasa hangat dan nyaman saat istirahat. Hal serupa saya lakukan saat masuk angin melanda dan biasanya memijat di sekitar pundak dan kepala.
Keesokan harinya, suami tetap merasakan masuk angin yang serupa, ternyata gas/angin yang ada di dalam tubuh harus segera mungkin dikeluarkan. Hal ini dilakukan agar badan menjadi 'enteng' dan tentunya lebih fit dalam melaksanakan aktivitas lainnya. Setelah tanya sana-sini, salah satu cara ampuh mengusir masuk angin adalah dengan cara kerokan.
Siapa yang tidak kenal pengobatan tradisional ini? Kerokan atau Kerikan sudah dikenal dan diwariskan secara turun menurun. Semula sihmemandang kerokan itu berbahaya. Mitos ini beredar di kalangan para Ibu yang enggan mengerok badan karena berdampak negatif seperti pembuluh darah pecah, mudah masuk angin lagi, sampai-sampai ada berita terganggunya saraf, lumpuh, dll.
Tapi sedari dulu orang tua saya kalau masuk angin pasti seluruh badan di kerok dan membuahkan hasil di mana badannya terasa nyaman, tidak mual lagi dan jauh dari kata pegal. Setelah membaca presentasi dari Prof.DR.dr Didik Gunawan Tamtomo, PAK, MM, Mkes menambahkan kepercayaan saya bahwa kerokan/kerikan itu aman.
"Kerokan/kerikan adalah suatu upaya pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan secara berulang-ulang benda tumpul pada kulit dengan pola tertentu sehingga terjadi bilur-bilur merah. Bisa digunakan uang logam benggol."
Kerennya bahwa kerokan ini tidak hanya digunakan di Indonesia akan tetapi China, Thailand bahkan Vietnam. Alat yang digunakan untuk mengerok pun bermacam-macam seperti tanduk kerbau, sendok porselen, batu giok. Kalau saya menggunakan pecahan uang logam Rp1000 yang lama. Karena ukurannya pas di tangan.
Kerokan sendiri merupakan pengobatan holistik yang mengusung 4M, yaitu:
- Mudah bisa dilakukan di mana dan oleh siapa saja.
- Murah karena alat dan bahan mudah di dapat.
- Mesra, ada kontak sentuhan kasih.
- Manjur, seperti pengalaman pribadi dan hasil mengerok suami maka sekarang jarang sekali mengalami masuk angin dan sakit kepala.
Bicara soal bahan yang mudah didapat, maka untuk mengerok saya biasanya menggunakan koin dan balsem. Balsem pun tidak sembarang balsem yang beredar di pasaran yang belum jelas kualitasnya. Salah satu balsem andalan dari orang tua dulu adalah Balsem Lang.