Lihat ke Halaman Asli

Gotong Royong Menyelamatkan Kucing yang Terbawa Arus Sungai

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi, 25 Januari 2014, selepas berbelanja di Pasar Maharta, Pondok Maharta, Ciledug saya mendengar orang-orang berteriak-teriak di pinggir kali. Ternyata, ada seekor kucing yang tercebur dan terbawa arus. Di aliran kali yang merupakan anak Kali Angke ini, seekor kucing berusaha menepi dan menjangkau pinggiran beton. Namun, usahanya gagal. Terpeleset. Jatuh lagi. Seorang penjual daging (atau ikan?) mengambil timba. Dia berusaha memasukkan kucing ke dalam ember, lalu mengangkatnya. Namun, kucing panik. Reaksi spontan kucing justru melompat, kembali ke dalam sungai. Ia jelas tak sanggup melawan arus. Kucing itu terbawa serta. [caption id="" align="alignnone" width="453" caption="Kucing ini tidak berhasil "][/caption] Anak-anak bersepeda berteriak-teriak sambil berlari mengikuti kemana perginya kucing malang. Di kejauhan, tukang becak yang mangkal sudah mempersiapkan jala ikan untuk 'menyambut', kalau-kalau kucing malang itu terbawa sampai ujung jalan. Untunglah, ada gundukan tanah di pinggir kali, yang membuat kucing 'tak sengaja' terdampar. Ia tak lagi gelagapan kehabisan napas. Seseorang mengambil timba, tapi lagi-lagi kucing gagal diambil. Entah siapa yang berinisiatif, akhirnya ada yang mengambilkan tangga. [caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Datang, langsung membantu."][/caption] Karena dasar kali masih cukup dalam, tangga tak cukup panjang menjangkau daratan. Akhirnya, 2 orang memeganginya dari atas. Tangga pun terpasang, dengan harapan kucing punya inisiatif untuk naik secara mandiri. Tapi, kucing yang sudah lemah dan kedinginan itu bergeming. Tiba-tiba, seorang anak muda yang sedang bersepeda berhenti. Ia melongok ke bawah, lalu spontan turun. Sayang, lagi-lagi terjadi miskomunikasi. Kucing terancam, melompat lagi. Anak muda itu juga terpental, tercebur. Setelah berhasil menepi, Anak Muda berhasil mendekati kucing. Beberapa orang berteriak agar ia segera membawan kucing ke atas. Namun, kucing itu terlalu panik dan justru merasa terancam. Kucing jadi responsif pada penolongnya; mencakar. Dan, ternyata Si Penolong ini tidak tahu cara memegang kucing. Orang-orang yang berada di atas pun berteriak-teriak memberi 'tutorial'. "Elus-elus dulu. Biar dia percaya." "Pegang lehernya, jangan kepalanya." "Iya, angkat! Angkat!" "Memang begitu cara pegangnya. Dari leher. Jangan ragu. Ayo, angkat!" Selamat. Kucing selamat. Anak Muda naik ke atas dalam keadaan basah kuyup. [caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Berusaha menyemangati"][/caption] Saya menonton dengan perasaan haru. Para tukang becak, orang-orang lewat, anak-anak, semua orang yang tidak saling kenal itu bahu-membahu demi seekor kucing. Mungkin bagi orang lain ini hanyalah hal kecil. Namun, bagi saya, kejadian ini membuat saya tak henti berucap syukur dan haru. Ini bukan soal kucing. Tapi naluri kemanusiaan yang terpelihara...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline