Lihat ke Halaman Asli

ANGGRAENI PITALOKA

Mahasiswa Psikologi

Menjaga Kesehatan Mental dengan Berpuasa? Mari Simak Dampaknya

Diperbarui: 26 Desember 2022   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puasa: changeyourenergy.com

Isu kesehatan mental saat ini

Kesehatan mental merupakan fokus bahasan dalam keilmuan Psikologi. Perkembangan peradaban membawa kita  menuju tanpa batas dan tidak memiliki ujung,  tak heran lagi jika fenomena isu mental semakin banyak dialami oleh berbagai kalangan. Sekiranya hanya sedikit manusia yang mempelajari bagaimana mengendalikan diri mereka. Ketika berada dalam suatu keadaan atau peristiwa yang penafsirannya belum terjelaskan, manusia seringkali mendapati kesulitan jika tanpa tuntunan lingkungan disekitarnya. Sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap permasalahan tersebut, namun demikian obat-obatan nyatanya memberikan efek samping ketergantungan terhadap yang membutuhkannya. Dapat kita ketahui saat ini, tekanan yang datang dari luar manusia makin menguat, sehingga manusia mau tidak mau dipaksa untuk mencari dalam diri mereka suatu kekuatan baru  guna menyingkirkan hambatan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang Psikiater bernama Dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ menjelaskan bahwa banyak faktor yang dapat mengurangi stress, hal tersebut termasuk puasa, Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Jiwa FKKMK UGM ini memaparkan, bahwa puasa berpengaruh langsung dalam meredakan stress (Universitas Gadjah Mada, 2020). Keadaan puasa memungkinkan untuk membuat jadwal makan yang teratur, hal tersebut mempengaruhi cara berfikir yang lebih tertata. Selama menjalani puasa di bulan Ramadan, manusia berfokus untuk membangun pengendalian diri, dan mempelajari kembali kebiasaan positif yang mengubah hidup.

Apa itu puasa?

Puasa merupakan rukun islam ketiga yang dijalankan oleh umat muslim yang telah baligh saat bulan Ramadan, umumnya puasa tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi makan dan minum saat sesudah sahur hingga waktu berbuka. Dalam kondisi tertentu seperti medis, hal ini dianggap sebagai puasa intermiten yang terdiri dari waktu pantang makanan dan minuman selama waktu tertentu. Puasa memiliki faktor potensial yang mempengaruhi perilaku dan nutrisi orang yang menjalankannya. Puasa sendiri telah dipraktekkan sejak zaman dahulu oleh orang-orang mancanegara.  Dilansir dari (Popbela.com, 2022) terdapat 5 agama yang menjalankan ibadah puasa selain agama islam, yaitu agama Kristen Katolik serta Protestan, Yahudi, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Agama-agama tersebut memiliki fokus ibadah untuk menahan nafsu, keadaan untuk memperoleh pengampunan yang besar dan mendekatkan diri dengan Tuhan. 

Nah, berikut merupakan manfaat menjalankan puasa

Puasa sendiri memiliki manfaat secara menyeluruh melalui literatur penelitian telah membuktikan dampak tersebut. Emosi positif membangun sistem imun pada tubuh manusia berguna untuk melawan berbagai penyakit maupun virus. Puasa Ramadan berpengaruh pada imun tubuh, penelitian membuktikan bahwa kadar IgA dan IgG merupakan antibodi pada tubuh manusia (Bahijri dalam Subrata, 2017). Hasil tersebut menyarankan ketika menjalankan puasa Ramadan dianjurkan untuk tetap mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk menunjang imun tubuh. Nampaknya puasa Ramadan pada ibu hamil memiliki pengaruh positif. Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa ibu hamil tidak disarankan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan, karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. 

Studi kohort membuktikan bahwa ibu hamil yang menjalankan puasa Ramadan tidak didapati pengaruh pada air ketuban bayi atau janin (Subrata, 2017). Pilihan untuk tetap menjalankan ibadah puasa perlu ditinjau lebih lanjut, dengan memperhatikan faktor kesehatan dan kesehatan ibu hamil. Manfaat puasa Ramadan telah dibuktikan melalui berbagai penelitian mengenai penyakit seperti sindrom metabolik diabetes melitus, ginjal, gangguan kolesterol, obesitas, metabolisme kortisol, ulkus peptikum dan kanker. Perubahan gaya hidup saat berpuasa mempengaruhi pada kadar gula dengan kontrol dan tetap mengonsumsi obat-obatan. 

Penelitian memaparkan bahwa puasa Ramadan menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL, menggunakan sampel 30 remaja muda dan sehat (Subrata, 2017). Penyakit tertentu perlu untuk dikonsultasikan pada dokter lebih lanjut, karena kondisi setiap orang tidak sama. Secara keseluruhan puasa memiliki peran dalam membentuk gaya hidup yang lebih sehat bagi individu yang menjalankan sesuai anjuran. Sehingga pada individu yang menjalankan dapat memaknai lebih lanjut keterkaitan puasa Ramadan pada kesehatan. Penulis telah menjelaskan pengaruh positif secara fisik dan mental puasa Ramadan.

Referensi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline