Lihat ke Halaman Asli

Makan-Makan yang Tak Bikin Senang

Diperbarui: 13 Juni 2024   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Foto oleh Aphiwat chuangchoem: https://www.pexels.com/id-id/foto/tengkorak-patah-di-samping-apel-dan-sendok-347208/

Memang benar kata orang-orang, KKN itu banyak kejadian ajaibnya.

Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku selama KKN di tahun 2019 lalu. Pengalaman ini bukanlah pengalaman yang menyenangkan, apa lagi untuk temanku, sebut saja namanya Aan.

Aan bukanlah teman yang aku kenal dengan dekat sebelum KKN, namun ketika kelompok KKN keluar kami mau tak mau harus mengenal satu sama lain lebih jauh. Aan sendiri bukanlah tipe yang sulit di dekati, ia bahkan termasuk laki-laki easy going dan disukai oleh rekan-rekan yang lain karena selalu tanggap dan cepat dalam bekerja.

Namun masalah terjadi ketika kami sampai di lokasi KKN, tepatnya sebuah desa di daerah Jawa Barat.

Desa itu tergolong desa yang tertinggal. Letaknya di kaki gunung, sumber air mereka mengandalkan mata air di gunung tersebut. Di sana pun Listrik hanya akan menyala sampai senja, membuat kami harus memasang lentera untuk memperjelas penglihatan ketika malam datang.

Kehidupan masyarakat masih sangat kental dengan tradisi leluhur. Di beberapa kali kesempatan aku bahkan bisa melihat sesajen yang diletakkan di ujung jalan menuju gunung. Katanya sesajen itu diberikan agar para penduduk yang sebagian besar menggantungkan hidup mereka dari gunung tersebut bisa pulang dengan selamat setelah pendakian.

Aku sedikit banyak terkejut. Di antara majunya kota-kota seperti Bandung dan sekitarnya, ada daerah terpencil lain yang sama sekali tak terjamah.

Kala itu tim KKN kami terbagi menjadi dua. Yang perempuan menginap di rumah Pak Kades, sementara kami yang laki-laki menginap di sebuah bangunan yang katanya dulu merupakan bekas tempat bertemunya para sesepuh desa.

Bangunan itu hanya tak memiliki banyak ruangan, hingga untuk mandi kami harus menumpang di kamar mandi umum, sementara untuk makanan kami akan ikut masak di rumah Pak Kades. Jadi tak heran kalau setiap sore aku atau kawan lelakiku yang lain akan menenteng dua termos ke rumah Pak Kades, itu semua hanya agar kami merasa aman jikalau lapar menyerang tengah malam.

Kembali ke Aan, di hari pertama kami langsung operasi bersih di bangunan yang akan kami tinggali tersebut. Dibantu dengan teman-teman perempuan kami mulai menyapu area sekitar. Aan saat itu diminta Nita, rekan perempuan kami, untuk mengambil air di musala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline