Lihat ke Halaman Asli

anggita saphira

Mahasiswa FIS UNJ

Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Kepedulian Masyarakat terhadap Pandemi Covid-19

Diperbarui: 16 November 2020   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masalah kesehatan kini menjadi sorotan publik di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan munculnya virus baru yang dimana tingkat penularan dan penyebarannya sangat cepat yang dinamakan virus corona/corona virus disease 19 (COVID-19).

Pada tanggal 30 Januari 2020 corona Virus Disease-19 ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia sebagai kedaruratan  kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMD). Lalu, pada tanggal 11Maret 2020, WHO menetapkan hal tersebut sebagai sebuah pandemi.

Arti kata pandemi ialah wabah yang menjangkit secara serentak dimana-mana, dengan cakupan geografi yang begitu luas. Sedangkan, pandemi sebagai pandemic Covid-19 yaitu suatu peristiwa penyebaran penyakit  korona virus 19 yang sampai bulan april 2020 berhasil menginfeksi masyarakat di 210 negara dunia.

Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah 2 kasus terjangkit dan dikonfirmasikan bahwa angka penebaran tersebut selalu meningkat setiap harinya.Kemudian secara global, Covid-19 berhasil menciptakan  4.170.424 kasus dengan 287.399 kasus kematian.

Covid-19 merupakan penyakit infesi yang disebabkan oleh corona virus jenis baru yang disebut Sars-Cov 2 (severe acute respiratory syndrome corona virus2). Virus ini memiliki besar sekitar 120-160 mm. Covid-19 lebih mudah menginfeksi hewan seperti kelelawar dan unta.

Pada manusia, apapila virus tersebut masuk ke dalam sitem pernafasan,maka akan berakibat merusak alveoli paru dan menyebabkan gagal nafas. Bagi kelompok masyarakat yang menderita penyakit pernafasan kronis, diabetes dan kanker, jika terkena Covid-19 , maka resikonya akan semakin tinggi.

Dalam melakukan penanganan ataupun pemeriksaan Covid-19, terdapat istilah PCR (Polymerase Chain Reaction ) yang dikenal sebagai swab tes. Adapun penatalaksanaan pasien terjangkit Covid-19 dengan cara memberikan terapi definitive(etiologi), pemberian obat-obat simtomatik sesuai gejala yang dirasakan dan terapi suportif untuk mendukung pengobatan lain serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Solusi utama untuk mencegah penularan penyakit ini adalah dengan cara memutus mata rantai penyebarannya melalui kegiatan isolasi khususnya isolasi mandiri, deteksi dini dan lakukan proteksi dasar.

Upaya memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid-19 memerlukan pengetahuan serta pengalaman yang baik dan luas yang harus dimiliki oleh seluruh masyarakat dunia khususnya Indonesia. Menurut Donsu, pengetahuan ialah domain terbaik dalam terbentuknya perilaku. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, faktor lingkungan dan faktor social budaya.

Pada kasus Covid-19 ini, pengetahuan serta kepedulian yang baik dan tepat dari  masyarakat sangatlah penting demi memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut. Hal yang telah disebutkan diatas dapat dikaitkan dengan perspektif atau teori sosiologi yang dikemukakan oleh seorang tokoh bernama Talcott Parsons yaitu Teori Fungsionalisme Struktural.

Teori Fungsionalisme Struktural mendianalogikan seperti anatomi tubuh manusia yang berarti masyarakat dapat terintegrasi atas dasar kesepatakan dari setiap anggotanya akan suatu nilai yang dapat mengatasi suatu perbedaan maupun hal yang bersifat tetap dalam masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline