Lihat ke Halaman Asli

(II)Auto Biografi: Ambisi

Diperbarui: 9 Mei 2019   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Hidup ini bagai tanah; apa yang kau tanam adalah apa yang akan kau tuai. Tinggal kita yang akan merawat tanah itu agar menghasilkan bunga yang baik."

 

 "Masa anak cantiknya Papa juara 2? Ayo belajar lagi biar jadi juara 1. Itu baru anaknya Papa." Begitulah ayah saya memotivasi saya dalam belajar. Secara pribadi, saya selalu dipacu oleh orang tua saya untuk terus belajar. Hasilnya adalah kemampuan yang cukup mumpuni dalam membaca, menulis, berhitung saat usia saya menginjak tahun ke 3 dan juga predikat 2 besar setiap semester di jenjang sekolah berikutnya. 

Tetapi, sayangnya, dukungan ini membuat saya mejadi seseorang yang score oriented dan tidak terbiasa untuk gagal. Pada awalnya, kegagalan sendiri menurut saya berarti jatuh dan tidak bisa bangkit lagi, penurunan kualitas diri, dan ketidakpantasan disebut pemenang yang ditandai dengan nilai pelajaran yang tidak sesuai dengan target saya. 

Untuk melawan 'kutukan' itulah saya punya ambisi; ambisi untuk mempertahankan, ambisi untuk meraih, ambisi untuk menjadi yang terbaik. Namun, pada akhirnya Try Out UN yang saya lalui dapat menciptakan kesan baru terhadap arti kegagalan.

Pagi itu, diumumkan jika pelaksanaan Try Out UN akan segera dilaksanakan menjelang 5 bulan pelaksanaan ujian nasional. Ya, tentu saya sudah mematok target yang harus saya raih. Saya mematok posisi 10 teratas sebagai target saya. Saya pun berusaha untuk menjamin bahwa target itu terpenuhi. Saya tidak mau 'kutukan' itu datang dan merusak seluruh mimpi besar saya.

 Sampai saat pelaksanaan Try Out UN 1, semuanya berjalan dengan lancar. Pukul 7:30 pagi ujian dimulai. Saya mulai mengerjakan soal tersebut satu per satu hingga menyelesaikannya 2 jam kemudian. Rasanya lega sekali. Berkat persiapan yang telah saya lakukan, saya merasa cukup mampu dalam mengerjakan soal Try Out UN pertama ini. 

Meskipun beberapa pertanyaan sedikit menyulitkan, saya tetap optimis bahwa saya akan mencapai target saya. Namun, sangat disayangkan, pada saat hasil ujian tersebut diumumkan, kenyataan berkata lain. Alih-alih berada di posisi 10 teratas, sebaliknya, saya mendapati nama saya pada posisi ke 26. Hal ini membuat saya kecewa. Saya mulai mempertanyakan kemampuan dan kualitas diri saya.

Satu bulan berikutnya, Try Out 2 dilaksanakan.   Saya masih tidak mau menyerah kepada ujian ini. Saya telah menambah persiapan saya untuk menghadapi TO kali ini. "10 teratas, tetap, 10 teratas" begitu saya bergumam saat pengawas ujian membagikan soal. Tidak jauh berbeda dari ujian sebelumnya. 

Saya tetap optimis bahwa saya akan meraih target saya pada ujian kali ini. Namun, lagi-lagi, mungkin Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepada saya. Peringkat 24 adalah hasilnya. Saya telah menganggap diri saya gagal.

Tidak terhitung waktu berlalu, tibalah saat dimana Try Out 3 akan dilaksanakan. Berada di ruang ujian yang sama, saya merasa tidak ingin mengerjakan lembaran-lembaran soal ini lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline