Lihat ke Halaman Asli

Brahmavidya dalam Membangun Sradha dan Bhakti

Diperbarui: 5 April 2023   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara etimologi kata Brahmavidya terdiri dari kata Brahma yang berarti Tuhan dan kata vidya yang berarti pengetahuan. Brahmavidya berarti pengetahuan tentang Tuhan. Brahmavidya sama artinya dengan theologi. Hal utama yang dibahas dalam Brahmavidya adalah konsepsi Ketuhanan dalam Agama Hindu, dengan segala aspeknya baik ciptaannya meliputi manusia maupun alam semesta.

Cara terbaik mempelajari Ketuhanan adalah mempelajari kitab sucinya. Sumber utama ajaran Agama Hindu adalah kitab suci Veda baik Veda sruti maupun Veda smerti. 

Sraddha mengandung makna yang sangat luas yakni keyakinan atau keimanan. Dari kata Sraddha itu lalu muncul kata sraddhalu, yang artinya kepercayaan, penuh keimanan, kerinduan dan keinginan terhadap sesuatu.

Keyakinan atau kepercayaan manusia itu harus dilandasi juga dengan bhakti, karena jika hanya sraddha saja tanpa adanya bhakti dan penyerahan diri sepenuhnya kepada tuhan itu, maka tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Ajaran Suci diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa merupakan pegangan hidup dan kehidupan umat manusia. Seseorang yang memiliki sraddha dan pegangan yang kuat, tidak akan khawatir dalam meniti kehidupan. Ajaran agama membimbing manusia bagaimana seharusnya hidup, bagaimana meniti hidup, apa tujuan hidup kita, bagaimana merealisasikannya, dan berbagai bimbingan yang mengarahkan umat manusia menuju kesempurnaan hidup.

Di dalam konsep Brahmavidya (teologi), pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa dapat dijumpai beraneka macam, seperti:

  • Animisme, yaitu percaya kepada makhluk halus dan roh nenek moyang. Contohnya percaya bahwa pada benda-benda tertentu seperti keris terdapat roh yang bersemayam. 
  • Dinamisme, yaitu percaya bahwa alam semesta ada kekuatan-kekuatan mistis yang dimiliki oleh benda-benda tertentu.  Contohnya percaya bahwa gunung memiliki kekuatan mistis. 
  • Politisme, yaitu percaya kepada banyak dewa-dewa penguasa. Contohnya percaya akan adanya Dewa Agni atau Dewa api. 
  • Monoteisme, yaitu percaya hanya kepada satu Tuhan. Contohnya hanya percaya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 
  • Henoteisme yaitu gabungan antara politeisme dan monoteisme. Jadi mereka percaya bahwa di alam semesta ini terdapat satu Dewa utama, dan tidak mengingkari keberadaan dewa-dewa lainnya. Contohnya dia percaya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tetapi dia juga akan keberadaan dewa-dewa seperti Dewa Agni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline