Lihat ke Halaman Asli

Anggi Supriyadi

SMP Muhammadiyah Banguntapan

Politisi Lintas Spektrum Itu Bernama Anies Baswedan

Diperbarui: 2 September 2024   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penetapan nama calon kepala daerah dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Indonesia telah ditetapkan, namun perbincangan seputar tokoh yang maju dalam kontestasi tersebut banyak ramai diperbincangkan. Salah satu nama yang selalu menarik perhatian meski gagal maju dalam Pilkada 2024 adalah sosok Anies Rasyid Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta 2017 yang banyak menarik perhatian publik dengan manuver-manuver politiknya.

Munculnya Anies Baswedan di dunia politik sebagai figur politik baru terlihat sejak Pilkada DKI Jakarta 2017. Penampilannya di atas panggung dengan gayanya yang khas, berasal dari akademisi tulen, mampu menarik perhatian publik Jakarta untuk menjadikannya sebagai orang nomor satu. Namanya semakin santer diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia setelah dirinya maju sebagai calon presiden tahun 2024 yang diusung oleh Partai Nasdem bersama Muhaimin Iskandar, ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai wakilnya.

Kepribadian politik Anies yang khas ini bisa kita gambarkan sebagai "Politisi Lintas Spektrum", sebuah sebutan yang tampaknya pas untuk mencerminkan betapa dinamis dan kemampuannya dalam membangun hubungan dengan berbagai partai politik, termasuk hubungannya saat ini dengan PDI-P, yang dulu pernah menjadi lawan politiknya.

Hampir semua partai politik pernah berkoalisi dengan Anies Baswedan, bahkan info terbarukan yang membuat nafas kita terhenti sejenak, Anies tampak membangun kedekatannya dengan PDI-P di tengah isu Pilkada DKI Jakarta 2024. Ini menggambarkan wacana perpolitikan di Indonesia begitu dinamis dan cair dalam berbagai situasi dan kondisi.

PDI-P Pertimbangkan Langkah Anies

Kedekatan Anies dengan PDI-P, partai yang selama ini mendominasi panggung politik nasional, menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya fokus pada satu poros politik saja. Sebagai politisi, Anies tentu menyadari bahwa dalam politik, sekat-sekat ideologis mudah sekali untuk dinegosiasikan demi mencapai tujuan yang lebih besar.

Kedekatannya dengan PDI-P bisa dilihat sebagai langkah strategis baru untuk memperluas basis dukungan dan memantapkan posisinya dalam pertarungan politik yang semakin kompleks.

PDI-P dengan kekuatan politiknya yang besar, adalah pemain utama di panggung politik nasional. Bagi Anies, menjalin hubungan baik dengan semua partai bisa membuka peluang baru baginya dalam Pilkada 2024, terutama jika dukungan dari partai-partai yang sebelumnya berada di luar koalisinya bisa diraih.

Hal ini tentu akan semakin menegaskan kemampuan Anies dalam bermain di berbagai spektrum politik, mampu beradaptasi dengan dinamika politik yang ada, dan tidak terjebak dalam labirin politik yang kaku.

Namun, setiap partai politik tentu memiliki standard dan kalkulasi politik yang berbeda dan cenderung pragmatis. Dalam konstelasi Pilkada DKI Jakarta 2024 khususnya, partai-partai politik (terutama PDI-P) tidak akan mau ambil resiko dengan mengusung Anies yang tidak memiliki basis dukungan politik yang pasti. Seperti terlihat, untuk saat ini (Pilkada) Anies dibiarkan sendiri oleh partai-partai pendukungnya saat Pilkada 2017 maupun partai pengusungnya di Pilpres kemarin. Walhasil, PDI-P pun tidak mau ambil resiko dengan "memakai tenaga" mantan Gubernur Jakarta tersebut sebagai lawan tandingan Ridwan Kamil (RK) di kontestasi Pilkada DKI Jakarta kali ini.

Fleksibilitas Sebagai Kekuatan Anies

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline