Lihat ke Halaman Asli

Anggi Aulia Sitompul

Berkarya melalui literasi

Baby Blues, Ketika Kebahagiaan Menjadi Ujian Mental bagi Ibu Baru

Diperbarui: 8 Desember 2024   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjadi seorang ibu adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Di satu sisi, bayi yang Anda tunggu-tunggu memenuhi ruang kebahagiaan dan harapan yang dinanti-nanti. Tetapi bagi banyak ibu, kegembiraan ini sering kali diikuti oleh gelombang perasaan tidak menyenangkan yang tak terduga. Penderitaan ini, yang sering terjadi setelah melahirkan, disebut "baby blues."

Apa itu Baby Blues?

Ibu baru biasanya sering merasakan baby blues, baby blues adalah keadaan emosional yang biasanya muncul beberapa hari hingga beberapa minggu setelah melahirkan. Perasaan sedih, khawatir, tidak sabar, atau kewalahan adalah ciri-ciri penyakit ini. Pada minggu-minggu awal setelah melahirkan. BKKBN mengungkapkan sekitar 57% ibu di indonesia mengalami baby blues. yang mengakibatkan Indonesia tercatat menjadi negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia. Meskipun terkesan normal, baby blues sering disalahartikan sebagai tanda kelemahan atau kurang dihargai 

Menurut artikel yang diterbitkan oleh halodoc, baby blues adalah kondisi yang umum terjadi pada ibu baru setelah melahirkan. perubahan hormon yang parah setelah melahirkan dan adaptasi menjadi ibu adalah penyebab baby blues. Hormon seperti estrogen dan progesteron menurun drastis saat tubuh ibu baru berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Energi dan suasana hati dipengaruhi oleh perubahan ini. Awal dari baby blues juga dipengaruhi oleh elemen lain, seperti kurang tidur, tuntutan merawat bayi, dan peran keibuan yang terus berkembang.

Gejala-gejala baby blues

Meskipun berbeda dari satu ibu ke ibu lainnya, berikut ini adalah tanda-tanda khas dari baby blues:

  • mudah menangis dan tanpa sebab yang jelas.
  • terlalu gugup atau khawatir tentang bayi.
  • kesulitan tidur, bahkan ketika bayi tertidur.
  • frustrasi atau mudah tersinggung.
  • merasa tidak nyaman dalam peran sebagai ibu.
  • kehilangan nafsu makan atau, sebaliknya, makan berlebihan.

Gejala-gejala ini sering berlangsung antara beberapa hari dan dua minggu. Mereka memiliki potensi untuk berkembang menjadi depresi pascapersalinan jika memburuk atau bertahan lebih lama.

Menghadapi dan Melewati Baby Blues

Meskipun mengatasi baby blues itu sulit, para ibu baru dapat mengambil manfaat dari strategi berikut ini:

  • Bicaralah dengan orang yang Anda cintai
  • Jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaan Anda kepada pasangan, keluarga, atau teman dekat. Untuk mengurangi beban, sangat penting untuk mendapatkan dukungan emosional.
  • Tidur yang Cukup
  • Salah satu penyebab utama stres pada ibu baru adalah kurang tidur. Meskipun hanya beberapa menit, cobalah untuk tidur ketika bayi tidur. Jangan ragu untuk meminta bantuan dari keluarga atau pasangan Anda untuk sementara waktu merawat bayi.
  • Jangan Pernah Takut untuk Meminta Bantuan
  • Meminta bantuan, apakah itu untuk mengasuh anak atau tugas-tugas rumah tangga, adalah hal yang wajar. Tekanan yang dialami mungkin akan berkurang dengan bantuan fisik.
  • Berikan Waktu untuk Diri Sendiri
  • Berusahalah untuk meluangkan waktu sejenak setiap hari untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai, seperti membaca, mandi, atau sekadar berjalan-jalan.
  • Bicaralah dengan Seorang Ahli
  • Temui dokter atau psikolog jika gejala baby blues Anda sangat membandel atau tidak kunjung sembuh dalam beberapa minggu. Mereka dapat menawarkan bantuan ahli yang Anda butuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline