Brexit, atau pemungutan suara Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, merupakan hasil dari kombinasi keadaan yang berbelit-belit dan terkadang menimbulkan perdebatan. Mendapatkan kembali otoritas nasional atas peraturan dan kebijakan adalah salah satu pendorong utama.
Beberapa warga Inggris percaya bahwa kedaulatan negara mereka dibatasi oleh keikutsertaannya di Uni Eropa, terutama mereka yang mendukung kampanye Brexit. Mereka berusaha untuk mendapatkan kembali otoritas atas hal-hal seperti imigrasi, undang-undang perdagangan, dan undang-undang domestik.
Para pendukung Brexit sering mengutip alasan ekonomi dalam argumen mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa Inggris akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan yang lebih baik dengan negara-negara non-UE seperti AS dan negara-negara Persemakmuran jika Inggris keluar dari UE. Diperkirakan bahwa hal ini akan memberikan prospek baru bagi perekonomian Inggris dan memungkinkannya untuk bersaing secara mandiri di panggung internasional.
Di sisi lain, ada juga kekhawatiran yang signifikan tentang bagaimana Brexit akan mempengaruhi perekonomian. Banyak penentang Brexit percaya bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan berdampak buruk pada perekonomian, yang mungkin menyebabkan gangguan signifikan pada pasar keuangan, perdagangan, dan investasi. Kekhawatiran juga muncul mengenai dampaknya terhadap lapangan kerja, terutama di industri yang bergantung pada perdagangan luar negeri.
Oleh karena itu, ada ketidaksepakatan di antara publik Inggris tentang Brexit, dan pilihan itu tidak dibuat dengan mudah. Meskipun keluar dari Uni Eropa menawarkan peningkatan kedaulatan dalam banyak aspek, hal ini juga menimbulkan sejumlah kesulitan dan kekhawatiran ekonomi. Karena kerumitan dan implikasi yang luas dari keputusan politik ini, proses ini juga memicu perdebatan sengit di antara masyarakat dan anggota parlemen.
Namun, apakah hal yang terjadi antara Inggris dan Uni Eropa ini mempengaruhi bagaimana kondisi ekonomi dan moneter di Indonesia? Jawabannya tentu iya, meskipun tidak begitu besar. Namun, dapat dirasakan bagaimana Brexit ini telah menciptakan suatu ketidakpastian terhadap pasar keuangan Global.
Peristiwa Politik yang besar ini seringkali memicu volatilitas di pasar valuta asing, termasuk Rupiah. Banyak Investor asing yang akan menjauh dari risiko , serta menarik investasi mereka dari negara-negara berkembang dan mencari aset yang lebih aman selama terdapat masa yang tidak pasti, hal ini akan mengarah kepada penurunan nilai rupiah terhadap mata uang Dollar AS.
Selain itu adanya Brexit ini juga menimbulkan ketidakpastian terhadap perdagangan ekspor Indonesia. Dampak yang timbul akibat rusaknya perekonomian antara Inggris dan Eropa ini mengakibatkan perlambatan ekonomi yang akhirnya menurunkan permintaan barang dari negara-negara yang biasanya mengandalkan penjualan ekspor mereka ke negara-negara Eropa.
Selanjutnya, bagaimana dengan harga komoditas yang dimiliki di Indonesia juga ikut berpengaruh terhadap Brexit ini? Jadi Indonesia merupakan produsen dan eksportir berbagai komoditas, seperti minyak sawit, batu bara, dan produk pertanian.
Jika terjadi ketidakpastian pasar di Eropa tentunya akan membuat perilaku ekonomi negara berubah dan menunggu untuk waktu tepat bagi harga pasar stabil lagi.
Ketidakpastian ini juga merugikan Indonesia dengan bagaimana mereka nantinya menentukan harga dan nilai barang yang akan mereka jual ke pasar global.