Lihat ke Halaman Asli

Anggi Pratiwi

Mahasiswa Pendidikan masyarakat Universitas Sriwijaya

Tragedi Keluarga yang Bisa Dicegah: Refleksi Pribadi tentang Pentingnya Pendidikan Pranikah

Diperbarui: 30 September 2024   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa hari terakhir, saya merasa terguncang membaca berita tentang kasus pembunuhan anak oleh ibu kandungnya sendiri. Sebagai seorang yang belum menikah dan berencana membangun keluarga suatu hari nanti, kasus ini membuat saya berpikir keras tentang kompleksitas peran orang tua dan betapa pentingnya persiapan mental sebelum memasuki bahtera rumah tangga.

Saya membayangkan tekanan dan tantangan yang dihadapi oleh ibu tersebut. Apakah dia merasa terisolasi? Apakah dia berjuang dengan masalah kesehatan mental yang tidak terdiagnosis? Atau mungkin dia merasa kewalahan dengan tanggung jawab sebagai orang tua tanpa dukungan yang memadai? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat saya sadar bahwa menjadi orang tua bukanlah tugas yang bisa diambil dengan ringan.

Dari pengalaman mengamati keluarga di sekitar saya, saya melihat bahwa banyak pasangan yang memasuki pernikahan tanpa persiapan yang cukup tentang apa artinya menjadi orang tua. Mereka fokus pada persiapan pesta pernikahan, tapi sering melupakan persiapan untuk kehidupan setelahnya. Inilah mengapa saya percaya pendidikan keluarga sebelum berumah tangga sangatlah penting.

Pendidikan pranikah seharusnya tidak hanya mencakup aspek-aspek praktis seperti manajemen keuangan atau komunikasi dalam pernikahan. Ia juga harus meliputi pemahaman mendalam tentang:

1. Kesehatan mental dan cara mengelolanya dalam konteks keluarga.
2. Tantangan-tantangan umum dalam pengasuhan anak dan strategi mengatasinya.
3. Pentingnya membangun sistem dukungan, baik dari keluarga besar maupun komunitas.
4. Tanda-tanda stres berlebihan atau depresi pada orang tua, dan kapan harus mencari bantuan profesional.

Sebagai calon orang tua di masa depan, saya berkomitmen untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum memutuskan untuk menikah dan memiliki anak. Saya akan mencari kursus atau seminar tentang persiapan pernikahan dan pengasuhan anak. Saya juga akan berdiskusi dengan pasangan saya tentang harapan dan ketakutan kami terkait peran sebagai orang tua.

Saya percaya, jika setiap calon pasangan mengambil langkah-langkah persiapan seperti ini, kita bisa mengurangi risiko terjadinya tragedi seperti kasus pembunuhan anak oleh ibu kandung. Tentu saja, tidak ada jaminan bahwa persiapan akan menghilangkan semua masalah, tapi setidaknya kita akan lebih siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul.

Kepada pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, saya menghimbau agar pendidikan pranikah yang komprehensif dijadikan syarat wajib sebelum pasangan mendapatkan izin menikah. Program ini harus mencakup tidak hanya aspek agama dan hukum, tetapi juga psikologi, pengasuhan anak, dan kesehatan mental.

Bagi masyarakat luas, mari kita hilangkan stigma tentang mencari bantuan psikologis. Kita perlu menciptakan lingkungan yang mendukung di mana orang tua merasa aman untuk berbagi kesulitan mereka dan mencari bantuan tanpa takut dihakimi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline