Lihat ke Halaman Asli

novian anggio

Hanya manusia biasa, begini aja

Ia yang Melawan Arus Globalisasi

Diperbarui: 18 Oktober 2018   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Berlokasi di pinggiran jalan raya Dewi Sartika, Jakarta Timur, terlihat bangunan cukup tua dengan tembok dan cat yang sudah mengelupas, bangunan tersebut bertuliskan "DAROS SERVIS MESIN KETIK ".

Di depan bangunan tersebut Nampak seorang yang sudah tidak muda lagi duduk didepan pintu ditemani dengan berbagai jenis mesin ketik yang di jajarkan diatas meja tua.

Jari jemari tuanya tetap setia mengetikan huruf secara acak dan mengorek orek isi mesin ketik, meski rasanya saat ini tak terpikirkan melihat pekerjaan reparasi mesin tik di era yang semuanya serba digital, namun nyatanya itulah yang setiap hari Pak Aswan/Daros (71 tahun) lakukan sebagai mata pencaharianya.

Pria kelahiran asli Betawi ini sejak dulu memang sudah menempati wilayah tersebut dari tahun 1947 yang merupakan tahun kelahiranya. Ia mengaku sebelum ia terjun sebagai tukang servis mesin ketik ia pernah melakoni kerjaan apa saja yang orang lain tidak pernah terpikirkan untuk di kerjakan, "dulu saya pernah usaha warung makan de, penjual ACU keliling yang di setrum make kabel listrik, terus dagang bensin eceran, sales kue tambang juga dek harganya 50 perak dulu" ujarnya.

Dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul terhadap semua masyarakat, ramah, alim dan pekerja keras pak Aswan dipercaya oleh warga sekitar menjadi ketua RT sejak tahun 1965-2015, yang berarti ia pernah menjabat ketua RT selama 50 tahun.

"Saya orang betawi asli bisa begaul dengan suku siapa saja, semua orang tahu saya pak Aswan Icang" sebutnya, ia juga sering mendapat penghargaan dari pemerintah setempat selama menjabat sebagai ketua RT.

Modal dasar yang ia gunakan untuk medirikan sebuah usaha servis mesin ketik sejak tahun 1990 sebesar dua sampai tiga jutaan, Hinggga sampai sekarang ini, buah dari hasil kerja kerasnya sebagai tukang servis mesin ketik berhasil menafkahi seorang istri dan tiga orang anak laki lakinya yang kini sudah sukses bekerja, ada yang bekerja di luar negeri, dan juga ada yang menjadi guru agama islam.

Dok. Pribadi

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, melihat fenomena tukang servis mensin tik menjadi suatu pemandangan unik sekaligus antik. Penghasilan ia selama sebulan mendapat "satu juta saja sudah bagus" ujarnya.

Ia menambahkan "dulu pekerjaan ini sangat menguntungkan de, namun diatas tahun 2000an setelah ada elektronik china itu masuk laptop namanya ya, ya udah kebawa arus, sekarang mau dikatakan mati enggak hidup juga enggak"

Ketika para pesaing bisnis tukang servis mesin ketik sudah memakai online sabagai strategi marketingnya pak aswan tetap bersih kukuh mantap dengan cara konvensional. "Bisa saja saya pakai online, anak saya bisa bantu, saya ingin alami saja Bismillah saja kalau orang pakai online" ujarnya.

Dahulu ketika zaman pak Suharto berkuasa, ia sempat berpikir, bahwa mesin tik ini jaya, namun suatu saat akan hilang, kendati demikian yang membuat ia bertahan menekuni profesinya ia menjawab dengan 3 alasan "yang pertama bingung mau lari kemana saya sudah tua, kedua saya orangnya ga suka nganggur, ketiga yang sudah ada jangan di lepas" sebutnya menjawab pertanyaan diatas.

Diakhir wawancara saya degan beliau, ia menyampaikan pesan moral yang sangat mendalam dan penuh makna, ia berpesan "Kalau Mau kenal orang harus saling mendukung, jangan suka mencibir nanti bisa dicibir balik, kalau anda orang kaya, anda harus mampu menempatkan diri, bergurau bergurau tapi harus tahu batasannya".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline