Lihat ke Halaman Asli

Anggi Marsella Astri Maulina

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Menikmati Wedangan Kekinian di Kota Solo!

Diperbarui: 10 Oktober 2024   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wedangan dan Kota Solo merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan apalagi dengan khas teh solo dan nasi bandeng yang sekarang sudang cukup popular di semua kalangan. 

Banyak wedangan yang bisa kita temui saat berada di Kota Solo, mulai dari wedangan yang sederhana sampai dengan wedangan yang dikonsep kekinian. 

Wedangan di Solo yang kerap disebut dengan Hik ini sudah banyak dan bervariasi. Salah satu wedangan yang cukup terkenal sampai sekarang yaitu wedangan D'Jembuk.

 Bapak Sugeng Purnomo yang sekarang mengelola tempat wedangan milik ayahandanya yang Bernama Bapak Wahono. Kita tilik Sejarah nya dahulu nih mengenai awal mula Sejarah pada wedangan ini.

 Awal mula terciptanya nama wedangan D'jembuk ini karena suka lewat makanan gembuk an, jadi mbuk mbuk akhirnya terciptalah nama D'jembuk, dan sampai sekarang kerap disapa dengan bapak D'jembuk. Sekarang bapak D'jembuk sudah usia sudah paruh baya maka dari itu wedangan ini di teruskan oleh anak anaknya.

Awal mula didirikannya wedangan ini pada tahun 1985, terdengar legend bukan karena berdirinya wedangan ini sudah cukup lama. Pertama kali berdirinya usaha wedangan ini karena iseng iseng, banyak orang yang menongkrong, maka dari itu usaha wedangan ini dilanjutkan sampai sekarang.

 Wedangan ini yang awal mulanya hanya menyediakan nasi bandeng seperti wedangan pada umumnya saja. 

Nasi bandeng ditemani dengan gorengan tahu dan tempe, serta minuman teh angetnya yang masih menggunakan arang. Bapak D'jembuk ini awal mulanya berjualan dengan almarhumah istri tercinta yang bertepatan di samping rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. 

Dari bertambahnya tahun wedangan ini bukan menjadi iseng iseng saja tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan yang dilakukan sehari hari dan menjadi mata pencaharian.

Pada tahun 1990-an anak dari bapak D'jembuk juga ikut terjun kedalam usaha tersebut, membantu orang tua untuk berjualan dan akhirnya meneruskan usaha ayahnya. 

Pada tahun 2009 Bapak Sugeng Purnomo ditemani oleh istri tercinta Ibu Sutini untuk melanjutkan usaha sampai sekarang ini. Lalu pada tahun 2017 terdapat penggusuran, yang tidak boleh berjualan di tepi jalan dekat PKU. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline