Lihat ke Halaman Asli

Sobar Harahap

Kebenaran harus disampaikan

Uswatun dan Sekolah Virtual

Diperbarui: 1 Maret 2022   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah virtual, sumber foto: Gatra

Hari sudah sore ketika Uswatun Khasanah menutup toko tempatnya bekerja di Depok. Setelah berkemas, ia buru-buru pulang ke rumah kontrakan karena malam ini ia teringat ada jadwal sekolah.

Memang Uswatun sendiri tak membayangkan bisa melanjutkan sekolah, apalagi dengan jadwal fleksibel seperti ini, tak berbenturan dengan pekerjaanya.

Uswatun berasal dari Desa Jagalampeni, Kecamatan Wanasari, Brebes. Ia hanya lulus Madrasah Tsanawiyah (Mts) Wahid Hasyim.

Saat itu, keinginan Uswatun melanjutkan sekolah sebenarnya cukup besar. Namun kondisi ekonomi keluarganya tak memungkinkan. Bapaknya hanya seorang kuli kasar, kadang menjadi buruh tani. Sementara ibunya berjualan jajanan di rumah untuk membantu pemasukan keluarga.

Kondisi ini membuat Uswatun akhirnya kursus menjahit, sampai kemudian memutuskan merantau ke Depok Jawa Barar untuk bekerja sebagai karyawan toko.

Selama bekerja, impian Uswatun untuk melanjutkan sekolah ternyata tidak pernah surut. Ia masih berusaha mengumpulkan uang agar suatu saat bisa melanjutkan sekolah. Tapi kadang uang itu harus ia kirimkan ke rumah untuk menbantu orangtuanya.

Ia juga rajin mencari informasi barangkali ada sekolah yang bisa memungkinkan sambil bekerja, tentu saja dengan biaya murah. Namun tidak pernah ada.

Barulah setelah tiga tahun bekerja di Depok, mantan gurunya di MTs tiba-tiba memberi kabar program Sekolah Virtual yang digagas Gubernur Ganjar Pranowo. Uswatun pun sumringah tak karuan. Ia merasa doanya terkabul.

Tak menunggu waktu lama, ia langsung mengumpulkan berkas persyaratan yang dibutuhkan, dari ijasah, Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, akta kelahiran sampai kartu keluarga.

Setelah dinyatakan memenuhi syarat, Uswatun kemudian mendapat handphone (HP), kuota internet 15 giga dan buku-buku pelajaran. Fasilitas ini membuat semangat Uswatun makin menyala.

Uswatun pun resmi mengikuti sekolah virtual bersama 35 siswa lainnya. Yang mengejutkan, teman-teman Uswarun juga warga Jateng yang kini merantau, bahkan ada yang bekerja di Malaysia sebagai karyawan pabrik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline