Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi sosok paling banyak disinggung dengan peristiwa kericuhan di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo.
Saya pribadi tidak kaget dengan situasi ini. Ganjar adalah politikus paling bersinar saat ini, program-programnya langsung menyentuh rakyat, jadi memang sudah sepatutnya ia diserang dan dihabisi oleh kubu-kubu yang bersebrangan.
Awal mula kehadiran polisi di Wadas sebetulnya adalah untuk menetralisir konflik internal antara warga yang pro lahannya dijadikan quarry pembangunan Bendungan Bener, dengan yang kontra.
Kondisi ini berlangsung hingga saat pengukuran lahan yang dilakukan oleh petugas BPN, Dinas Pertanian, Tim Apraisal (penentu nilai jual lahan), pemilik tanah serta saksi.
Saat pengukuran, mereka banyak menemui hambatan karena dihalang-halangi oleh masyarakat yang kontra. Padahal pengukuran sebetulnya dilakukan hanya pada tanah warga yang telah setuju dan sudah diserahkan SPPT-nya.
Karena situasi makin memanas, polisi kemudian mendampingi proses itu sampai akhirnya menangkap orang-orang yang dianggap sebagai provokator.
Tapi kondisi inilah yang memang diharapkan oleh kubu-kubu lawan politik untuk menjatuhkan Ganjar Pranowo. Mereka serempak menyebar narasi mencekam yang dialamatkan ke Ganjar Pranowo.
Muncullah tagar #WadasMelawan dengan nama Ganjar Pranowo yang paling banyak dicuitkan di Twitter.
Bukti bahwa peristiwa Wadas sudah tak netral dan jorok, adalah sebuah cuitan dari akun @apadenwkwk, dia bilang begini: "Pulang dari koordinasi dengan beberapa elemen. Kita sepakat isu wadas jadi momentum untuk gempur si rambut putih songong. Mari teman-teman satukan barisan, konsolidasi sudah dirapikan sejak kemarin, semua siap jatuhkan genjer-genjer."
Jadi dari awal, mereka, orang-orang ini memang hanya punya satu tujuan; menghabisi Ganjar.
Alhasil, beberapa fakta soal Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener pun seakan-akan lenyap dari jangkauan publik. Hanya serangan dan hasutan yang terus digaungkan.