Lihat ke Halaman Asli

Anggi Sukma Fauziah

Mahasiswa Universitas Airlangga

Tantangan Demam Berdarah di Indonesia dan Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Mengatasinya

Diperbarui: 16 September 2024   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Pada tahun 2022 jumlah kasus DBD di Indonesia mencapai 143.000 kasus, dengan angka kejadian terbanyak berada pada Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Angka kematian akibat DBD mencapai 1.236 dengan 58% berasal dari tiga provinsi tersebut. Penyakit ini diakibatkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, tantangan yang dihadapi dalam penyakit ini masih sangat besar. 

Salah satu tantangan utama adalah kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk, terutama di wilayah dengan sanitasi yang buruk, serta kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Nyamuk Aedes aegypti sangat mudah berkembangbiak di genangan air yang sering ditemukan di sekitar rumah. Kondisi tersebut sangat memerlukan peran tenaga Kesehatan Masyarakat untuk mengedukasi masyarkat, melakukan pencegahan, dan mengendalikan penyebaran DBD. 

Salah satu tantangan besar lainnya dalam penanganan DBD adalah keterbatasan fasilitas kesehatan, terutamanya pada daerah terpencil. Pada musim penghujan, kasus DBD biasanya akan meningkat, banyak rumah sakit dan puskesmas akan mengalami kekurangan kapasitas untuk menangani lonjakan pasien. Pada beberapa wilayah, fasilitas kesehatan yang tersedia tidak memadai untuk memberikan penanganan intensif bagi pasien yang memiliki gejala berat, yang membutuhkan penanganan lebih rumit. Hal ini semakin memperkeruh situasi yang di mana fasilitas kesehatan memiliki sumber daya yang terbatas, baik dalam tenaga medis, peralatan, maupun obat-obatan. Hal ini membutuhkan peran aktif para tenaga Kesehatan Masyarakat untuk turut terlibat dalam pencegahan agar jumlah kasus dapat dikurangi. 

Peran tenaga Kesehatan Masyarakat sangat penting dalam upaya menanggulangi kasus DBD. Sebagai garda terdepan, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Program-program seperti 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) merupakan salah satu program yang harus terus disosialisasikan oleh tenaga Kesehatan Masyarakat. Edukasi mengenai pentingnya menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, juga mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air yang dapat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk menjadi langkah pencegahan yang efektif. Tenaga Kesehatan Masyarakat juga berperan dalam mengajak masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin di lingkungan tempat tinggal mereka. Program pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan secara rutin diharapkan dapat meminimalisir populasi nyamuk penyebab demam berdarah, sehingga risiko penularan penyakit demam berdarah dapat ditekan. 

Di sisi lain, peran tenaga Kesehatan Masyarakat tidak hanya sebatas pada upaya pencegahan. Tenaga Kesehatan Masyarakat juga memiliki peran dan tanggung jawab dalam memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai gejala-gejala DBD dan kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan medis. 

Selain itu, tenaga Kesehatan Masyarakat juga memiliki peranan penting dalam mendukung program imunisasi dan pemberian vaksin dengue di wilayah-wilayah yang menjadi endemik penyakit ini. Meskipun vaksin dengue seperti Dengvaxia telah dikembangkan, namun penggunaannya masih sangat terbatas dan membutuhkan pemahaman yang baik dari masyarakat mengenai manfaat dan resikonya. Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat berperan sebagai fasilitator dalam memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai vaksin ini, sekaligus juga mendorong masyarakat yang berada pada kelompok rentan untuk mengikuti program vaksinasi bila tersedia. 

Dalam menghadapi tantangan DBD, kolaborasi antara tenaga Kesehatan Masyarakat, pemerintah, serta masyarakat sendiri sangat penting. Tenaga Kesehatan Masyarakat berperan sebagai penghubung antara kebijakan kesehatan publik dan pelaksanaannya di masyarakat. Tenaga Kesehatan Masyarakat berinteraksi secara langsung dengan masyarakat, sehingga memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat yang mungkin mempengaruhi efektivitas program-program pencegahan DBD. Dengan demikian, peran mereka tidak hanya sebatas sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat mendorong perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Yoana Agnesia, Nopianto, Sabtria Winda Sari, Dyah Wulan Ramadhani. (2023). Demam Berdarah Dengue (DBD) Determinan & Pencegahan. Pekalongan: Penerbit NEM.

Frida N. (2020). Mengenal Demam Berdarah Dengue. Semarang: ALPRIN.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI. (2023). Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue. https://p2p.kemenkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf. [online]. (diakses tanggal 16 September 2024)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline