Lihat ke Halaman Asli

Program Keaksaraan Sebagai Upaya Peningkatan SDM Masa Kini

Diperbarui: 17 Desember 2021   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah anda berhitung dalam satu bulan ada berapa buku yang telah anda baca? Membaca buku merupakan hobi sebagian orang. Namun, membaca juga bisa menjadi kegiatan yang membosankan jika anda tidak menggemarinya. Tahukah anda, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara dengan minat baca terendah, pada tahun 2019 berdasarkan survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Selain itu, UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Itu berarti, hanya 1 orang yang gemar membaca dari 1000 orang di Indonesia.

Tahukah kamu, program yang penting untuk meningkatkan minat baca? Salah satunya adalah program keaksaraan. Program ini dirancang sebagai salah satu layanan pendidikan nonformal bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat buta aksara. Dalam pendidikan keaksaraan dibagi menjadi dua, yaitu Pendidikan Keaksaraan Dasar (PKD) dan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan (PKL). Pada program keaksaraan dasar, masyarakat diajarkan untuk membaca, menulis, dan berhitung yang bertujuan untuk memberantas masyarakat buta aksara. Sedangkan, pada pendidikan keaksaraan lanjutan masyarakat dilatih untuk mengembangkan bacaannya sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan keaksaraan lanjutan juga dirancang untuk memelihara penduduk yang telah melek aksara agar tidak buta aksara kembali.

Metode yang digunakan pada program keaksaraan ini dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran dibuat asyik dan menyenangkan, agar peserta didik tidak bosan dalam belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik. Meskipun begitu, program ini dilaksanaan secara sistematis dengan menggunakan modul agar peserta didik lebih terarah dalam pembelajaran. Penggunaan modul bertujuan untuk menetapkan kompetensi dasar, pokok bahasan, indikator, dan lainnya.

Pada penyelenggaraannya, program ini dilaksanakan untuk mencapai target percepatan penuntasan buta aksara. Agar mereka dapat membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia serta pengetahuan dasar kepada peserta didik dengan tujuan sebagai berikut :

Sebagai upaya pemberantasan buta aksara pada masyarakat penyandang buta aksara.

Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui dengan memanfaatkan keterampilan menulis dan berhitung.

Meningkatkan kecakapan linguistik masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari.

Keberadaan orang dewasa yang tidak bisa baca tulis menjadi bumerang tersendiri, tidak cuma bagi kemajuan negeri ini, tapi utamanya bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itulah pendidikan keaksaraan ini penting untuk kita terapkan dan aplikasikan pada semua orang di sekitar kita. Jadi, sasaran dari pendidikan keaksaraan ini adalah mereka yang tentunya tidak bisa baca, tulis, dan hitung yang diantaranya bagi mereka yang tidak lulus sekolah dasar serta yang merupakan masyarakat dengan perekonomian lemah.

Pendidikan keaksaraan ini membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam pelaksanaannya. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia seperti Korea, Cina dan Jepang, negara Indonesia masih tertinggal. Rasio perbandingan penduduk dengan jumlah buku di Indonesia hanya 0,09 per tahun, yang berarti satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun. Sedangkan, UNESCO menetapkan bahwa minimal 3 bahan bacaan baru bagi setiap orang per tahunnya dan Cina sudah mencapai angka rata-rata 20 bacaan baru bagi setiap orang di setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa dukungan pemerintah dalam setiap daerah sangat diperlukan sebagai penyedia bahan bacaan bagi masyarakat.

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami kemerosotan di bidang ekonomi, yang mengakibatkan penurunan penjualan buku karena masyarakat lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok dibandingkan untuk membeli buku. Hal tersebut berkaitan dengan ketersediaan jumlah bacaan bagi masyarakat.  Selain itu, penurunan penjualan ini juga membuktikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Namun, permasalahan tersebut tidak bisa dijadikan alasan penurunan minat baca bagi masyarakat. Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk mencari bahan bacaan.

Seperti yang anda ketahui, Indonesia merupakan negara berkembang. Namun sekitar 60 juta penduduk Indonesia sudah memiliki gadget. Indonesia juga menempati urutan ke lima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Selain itu, berdasarkan data dari wearesocial per januari 2017 mengungkapkan bahwa orang Indonesia dapat menatap layar gadget selama 9 jam dalam sehari. Dengan demikian, seharusnya masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan gadget untuk mencari bahan bacaan dan tidak ada alasan untuk tidak membaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline