Lihat ke Halaman Asli

sewindu

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mengagumimu dari kejauhan membuat berbagai rasa yang bercampur menjadi satu. Rasa itu seperti rasa senang, sedih, bahagia, terharu yang berubah menjadi rasa sayang yang begitu besar terhadap dirimu. Mengagumi juga membuat diriku tau betapa indahnya kamu untuk dilihat. Ingin rasanya, aku berada di dekatmu untuk hanya sekedar ingin tau “Apa kabar kah kamu hari ini?”. Setiap hari, aku menunggu di depan pintu menyiapkan senyum terbaikku dan aku berharap harimu akan selalu cerah ditemani dengan senyum yang aku berikan walaupun kau tidak mengetahuinnya. Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis disetiap pagimu, siangmu, malammu.

Saat ada yang lain yang juga memandangmu dari kejauhan dan memberikan kamu harapan bualan kasih sayang untukmu, seketika itu pula kau menghilang bagai debu yang tertiup angin tanpa bekas, dan tanpa jejak. Sejak saat itu aku seperti orang yang kehilangan senyuman terindah yang pernah aku lihat. Aku selalu menunggumu, menunggu senyum itu datang kembali walaupun aku tau kau memberikan senyum itu untuk yang lain. Dan aku menyadari tak adalagi senyuman itu disaat pagi aku melihatmu dan aku menyadari bahwa harimu cerah tanpa senyum dariku.

Namun, saat aku melihat kau berdiam disana aku melihat kesunyian dan kesedihan yang kau rasakan, aku seakan merasakan kesunyian itu, aku juga merasakan kesediahan itu. Aku memberanikan diriku untuk mendekat dan memberanikan diriku menanyakan “Apa kabarkah kamu hari ini?”. Aku senang kau membalas pertanyaanku. Sebenarnya pertannyaan aku bukan hanya itu, berjuta – juta pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu, tapi saat aku melihat senyum yang indah darimu jutaan  pertanyaan itu seakan langsung hilang dan hatiku begitu senang dan bahagia melihat senyum itu kembali.

Sudah sewindu aku didekatmu ada di setiap pagi disepanjang harimu. Aku mengetahui bahwa betapa cerah harimu, betapa senangnya hatimu saat ini. Aku akan menemani kebahagiaanmu hingga saat aku pergi sejenak untuk melupakan senyumanmu, tawamu, bahagiamu, bahkan sedihmu. Walau berat rasa hati ini, mungkin ini yang terbaik bagiku melihat akhir senyummu, akhir tawamu hingga saat sedih itu datang hanya sebentar ketika kau mengantarkanku untuk menyebrangi senyummu yang akan aku rindukan selalu. Aku akan selalu mengingat senyummu yang kau berikan tidak hanya untukku tetapi juga untuk adikku dan kakakku.

Tidak terasa sudah sewindu juga aku tidak melihat senyummu, namun aku merasakan senyummu untukku walaupun kau jauh dariku. Senyummu akan selalu aku rasakan saat aku merindukanmu, saat aku rindu akan sentuhan halus yang aku dapatkan dari indahnya jari – jarimu. Mama betapa aku rindu akan senyumanmu disetiap hariku. Kini aku hanya merasakannya melalui hal yang tidak nyata namun dapat membuat semuanya menjadi nyata.

Mama senyummu, tawamu, sedihmu tetap aku rasakan disini walaupun aku jauh, walaupun aku tidak ada disampingmu. Tapi, percayalah setiap pagi aku selalu memberikan senyum terbaikku hanya untukmu yang akan aku percayai sebagai penyemangat haruku dan harimu. Tetaplah bersamaku jadi teman dihidupku, berdua kita hadapi dunia. Mama milikku dan aku akan selalu menjadi milik mama. Kau jiwa yang selalu aku puja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline