Sekolah adalah rumah kedua, mungkin pendapat ini tidak asing lagi ditelinga kita terutama bagi anak-anak yang duduk di bangku SD, SMP,dan SMA. Tetapi sebenarnya waktu berada disekolah lebih kurang 7-8 jam sehari. Namun apa yang terjadi jika waktu belajar ditambah hingga 10-11 jam sehari ?.
Ya, inilah rencana Full Day School (FDS) yang digagas Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (MENDIKBUD) Republik Indonesia Muhadjir Effendy. Muhadjir menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo melontarkan pesan untuk kondisi pendidikan yang ideal bagi Indonesia yaitu terpenuhnya peserta didik di jenjang SD untuk bisa mendapat pendidikan karakter sebesar 80 persen dan untuk pengetahuan umumnya 20 persen. Selanjutnya, untuk jenjang SMP, pendidikan karakter 60 persen dan 40 persen untuk pengetahuan umumnya.
Dikutip dari news.detik.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menggagas program sekolah sehari penuh.Gagasan ini sudah disampaikan Muhadjir ke Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
"Saya sudah konsultasi ke Beliau (Wapres JK) dan Beliau menyarankan ada semacam pilot project dulu untuk ngetes pasar dulu," ujar Muhadjir di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2016).
Istilah full day school berasal dari kata day school (bahasa Inggris) yang artinya hari sekolah. Pengertian hari sekolah adalah hari yang digunakan sebuah institusi untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak (atau usia sekolah). Dengan menambahkan istilah full pada day school maka pendidikan dijalankan sehari penuh mulai dari pagi hari hingga menjelang sore.
Full day school berawal pada awal sekitar tahun 1980-an di Amerika Serikat pada jenjang sekolah Taman Kanak-kanak kemudian meluas pada jenjang yang lebih tinggi sampai dengan sekolah menengah atas. Latar belakang munculnya Full Day Schooll adalah: semakin banyaknya kaum ibu yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun dan juga bekerja di luar rumah serta berkembangnya kemajuan di segala aspek kehidupan, maka banyak orang tua berharap nilai akademik anak-anak mereka meningkat sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, juga dapat mengatasi masalah-masalah kemajuan zaman.
Namun dalam penerapannya terjadi gejolak di dalam masyarakat, banyak yang setuju dengan gagasan full day school ini karena dianggap dapat meningkatkat pengetahuan anak guna mempersiakan diri untuk masa depan mereka. Tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang menolak gagasan ini karena dianggap dapat membebani anak baik secara fisik maupun mental.
Di Indonesia sebenarnya full day school bukanlah hal baru tetapi yang menggunakan metode ini biasanya adalah sekolah yang berbasis agama atau internasional. Sekolah dengan basis agama memiliki kurikulum yang sama dengan sekolah lain, namun mereka memiliki kurikulum local tambahan sehingga dapat lebih mematangkan para siswa.
"Sekarang kan anaknya pulang jam 1 sementara orangtuanya pulang jam 5. Antara jam 1 sampai jam 5 anaknya malah kita enggak tahu siapa yang bertanggung jawab karena sekolah juga sudah melepas sementara keluarga juga belum ada. Justru ini yang saya duga terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja celah ini ketika tidak ada satu pun orang yang bertanggung jawab ini, karena orangtuanya masih bekerja sekolah sudah melepas dia," ujar Muhadjir.
Tujuan dari mendikbud sebenarnya adalah meningkatkan pendidikan karakter pada anak. oleh karena itu digagaslah full day school ini dengan harapan agar anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan hal – hal positif. Bila program ini dijalankan maka siswa akan mendapat dua hari libur yaitu sabtu dan minggu
Tetapi bila program ini benar – benar di terapkan, apakah akan dapat diterima oleh masyarakat ?, karena untuk menerapkan program ini, anak – anak membutuhkan kesiapan fisik dan terutama mental, karena anak – anak yang terbiasa dengan sekolah setengah hari mereka harus merubah kebiasaan keadaan tersebut. Lalu tidak semua orang tua pulang kerja jam 5 sore, bagai mana dengan mereka yang orang tuanya yang juga hanya bekerja setengah hari ?, tentu ini akan mengurangi waktu anak untuk berkumpul dengan keluarga. Kemudian tidak semua sekolah memili sarana dan prasarana yang memadai untuk menerapkan program full day school ini. Lalu apakah tenaga pengajar siap menemani murid – murud hingga sore hari ?, karena pada kenyataannya masih banyak guru – guru yang seharusnya mengajarkan tentang pelajaran tetapi malah berkeluyuran di pasar.