Lihat ke Halaman Asli

anggiasarisiregar

Politeknik Statistika STIS

Skrining Kesehatan Gratis 2025 : Deteksi Dini, Kurangi Risiko Kematian

Diperbarui: 3 Februari 2025   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indikator kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024, kondisi kesehatan masyarakat Indonesia menurun ditandai dengan persentase penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir meningkat sebesar 4,07 persen dibandingkan tahun 2023. Kondisi ini mencerminkan situasi kesehatan masyarakat Indonesia yang cukup memprihatinkan.

Salah satu target pencapaian indikator kesehatan dalam SDGs adalah mengurangi sepertiga kematian dini akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan, pengobatan, serta peningkatan kesehatan mental dan kesejahteraan pada tahun 2030. Penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian global, menyumbang hampir sepertiga dari total kematian di dunia (IHME, Global Burden of Disease 2024).

Dilansir dari laman www.kemkes.go.id, Pada tahun 2023, penyakit jantung merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia dan secara signifikan memengaruhi kelompok usia produktif. Kondisi ini tidak hanya meningkatkan beban kesehatan tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar bagi masyarakat. Dengan ancaman yang meluas, pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular menjadi prioritas untuk mengurangi angka kematian dini secara global maupun nasional.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, penyakit jantung koroner terjadi akibat sumbatan pada pembuluh koroner yang disebabkan oleh deposit kolesterol atau peradangan (inflamasi). Penelitian menunjukkan bahwa pola hidup tidak sehat, termasuk konsumsi makanan cepat saji tinggi karbohidrat, lemak tidak sehat, serta gula dan garam tambahan, memiliki hubungan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Konsumsi minuman ringan dan minuman manis bahkan dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung sebesar 22 persen.

Beberapa kondisi kesehatan yang diperkirakan berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit jantung diantaranya hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas. Hipertensi sebagai "silent killer" juga menjadi faktor risiko utama penyakit jantung yang menyebabkan komplikasi serius dan kematian tanpa gejala yang jelas sebelumnya. Selain faktor fisiologis, depresi merupakan faktor risiko lain yang signifikan terhadap penyakit jantung. Oleh karena itu, penanganan depresi yang efektif menjadi bagian penting dari strategi pencegahan dan pengobatan penyakit jantung untuk meningkatkan kesehatan jangka panjang.

Dalam layanan kesehatan, BPS mencatat peningkatan signifikan dalam permintaan layanan kesehatan pada tahun 2024. Persentase penduduk yang melakukan pengobatan rawat jalan dalam sebulan terakhir naik 10,07 persen, sedangkan persentase penduduk rawat inap dalam setahun terakhir meningkat 13,68 persen. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan terhadap layanan kesehatan di Indonesia. Meski lebih dari 90 persen penduduk telah tercakup dalam asuransi kesehatan, pengeluaran pribadi masih mendominasi, dengan 76 persen dialokasikan untuk layanan rumah sakit. Pengeluaran untuk rumah sakit swasta (48,03 persen) bahkan hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan rumah sakit pemerintah (28,12 persen).

Sebagai upaya meningkatkan layanan kesehatan, Kementerian Kesehatan RI akan meluncurkan program skrining kesehatan gratis mulai tahun 2025, bertepatan dengan hari ulang tahun setiap warga negara. Program ini difokuskan pada deteksi dini dan pencegahan penyakit berdasarkan kategori usia. Berbeda dengan skrining Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup 14 jenis penyakit, program ini dirancang untuk mendeteksi berbagai penyakit sesuai golongan usia. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas deteksi dini guna meminimalkan risiko kematian dan kecacatan.

Sumber : Badan Pusat Statistik, Kementrian Kesehatan RI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline