Lihat ke Halaman Asli

Ayo Naik Transportasi Publik

Diperbarui: 28 Mei 2019   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Penunggu Bus di Pintu Masuk Tol Bekasi Timur (dok.pribadi)

Semenjak meninggalkan dunia per-commuterline-nan rasanya hidup tak lagi terburu-buru. Banyak waktu jeda, lebih sabar menunggu, dan yang jelas badan tak perlu terlalu berkeringat karena berdesakan di kereta. Bagi yang sehari-hari naik commuter line tentu tahu betapa padatnya situasi keseharian di transportasi publik andalan masyarakat jabodetabek ini. Berlari, berdesakan, berebut tempat, dorong-dorongan. Pokoknya perlu fisik dan mental yang tangguh.

Berbeda dengan naik bus Transjabodetabek. Jika naik bus pagi ataupun sore selalu duduk. Bus Transjabodetabek sepengamatan saya beberapa bulan ini seringkali sepi berbanding terbalik dengan jalanan yang padat oleh mobil-mobil, macet.

Ada banyak bus yang melintas sari Pintu Tol Bekasi Timur menuju Komdak. Dan tarifnya pun variatif. Jika ingin hemat naiklah Transjakarta yang melintas setiap halte transjakarta. Tarifnya hanya 3500. Siap-siap padat dan seringkali berdiri. Transjabodetabeknya pun berbeda-beda tarifnya mulai dari 12.000, 13.000, 15.ooo sampai 20.000 (ini dugaan saya). Yang paling mahal adalah Royal Trans. Busnya kecil. Dan penumpang pasti duduk. Nyaman sekali.

Saya sendiri suka sekali naik bus PPD 801 rute Bekasi Timur-Monas. Mengapa? Karena busnya selalu bersih, kondektur dan supirnya rapi dan sopan. Busnya selalu kosong. Juga tidak ngebut-ngebutan. 

Jika naik dari tol Bekasi timur hanya belasan penumpang yang ikut. Bus ini kemudian penuh oleh penumpang ketika di Jati Asih. Itu pun hampir semua orang bisa duduk. Jika tidak kebagian duduk, ada tempat duduk tambahan dan bahkan karpet. 

Intinya setiap orang bisa duduk. Ada juga yang tarifnya 10.000, bus Mayasari Bakti. Biasanya penuh sekali. Saya beberapa kali harus berdiri. Atau duduk di bangku paling belakang, di atas tempat barang, duduk bersama barang-barang (karena biasanya bersamaan dengan barang-barang yang di beli dari Tanah Abang.

Meskipun memang waktu tempuh naik kereta lebih presisi. Naik bus, kadang cepat sekali dan lebih seringnya lambat, karena macet. Tahu sendiri bagaimana kondisi tol beberapa tahun ini. Ada banyak pembangunan infrastruktur. 

Macetnya seringkali tidak terduga. Padahal jarak Bekasi-Jakarta tidak jauh-jauh banget. Jika sedang lancar, 20-30 menit sudah sampai. Jika macet parah, bisa 2-4 jam. Apalagi jika ada kecelakaan. Bisa lebih dari itu.

Bus PPD yang Kosong Sebelum Melewati Jati Asih (dok. pribadi)

Enaknya naik bus adalah bisa tidur dan nyenyak. Jika masker di kereta diperlukan agar tak terserang rebak aroma aneka wewangian tubuh manusia, di bus masker diperlukan untuk tidur, agar tak malu jika mulut menganga karena begitu pulasnya. 

Namun, entah mengapa naik bus sering membuat saya mual. Mungkin karena laju bus tidak konsisten sedang kereta relatif konstan. Ada beberapa jenis bus yang ngebut sekali. Selip sana sini. Agak tegang juga kadang. Namun ya tidak ugal-ugalan seperti bus-bus di masa lalu.

Dan anehnya, di kereta justru saya bisa membaca apapun, kadang buku. Meskipun dalam kondisi terhimpit dan terdesak. Sedang di bus, baru duduk saja kantuk sudah menyerang. Buku yang dibawa hanya mendekam manis di tas. Bayangkan (namanya juga membayangkan) jika aktif membaca atau menulis di bus. Produktif sekali pasti. Tapi karena hanya bayangan, jadi ya tidak dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline