Lihat ke Halaman Asli

Kyoto dan Jalan Kaki yang Menyenangkan

Diperbarui: 17 Maret 2019   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu jembatan yang memalang di sungai kamo | dokpri

Sudah sepuluh hari saya di Jepang, tepatnya di Kyoto. Selama di sini saya banyak merasa takjub. Maklum, perjalanan ke Kyoto ini adalah pertama kalinya saya pergi ke luar negeri. Saya ketiban rezeki besar.

Senior saya yang saat ini sedang di Melbourne, di sore yang melelahkan tiba-tiba WA, "Anggi, apa mau ke Kyoto Uni studi pustaka 2 minggu? Dibiayai semua."

Jelas tanpa ragu saya jawab mau. Rezeki masa ditolak.

Dan akhirnya, selama 10 hari ini saya berkesempatan untuk studi literatur dan kemudian memperesentasikan hasilnya di seminar kecil yang dihelat oleh Laboratory of Forest Resources and Society, Graduate School of Agriculture, Kyoto University.

Saya diundang ke sini oleh dua orang sensei, Sensei Mizuno dari Center of Southest Asian Studies (CSEAS) dan Sensei Kanzaki Laboratory of Forest Resources and Society. Selama di Kyoto saya lebih banyak berkutat di CSEAS. Tugas saya di sini baca dan menulis, mengikuti forum diskusi, dan diskusi dengan Sensei. Waktu yang sesungguhnya sangat sedikit.

Saya tak hendak bercerita tentang aktivitas studi tetapi lebih ingin menyampaikan soal nyamannya berjalan kaki di Kyoto.

Ya, jalan kaki. Di sini saya berjalan, terus berjalan ke mana-mana. Bukan tak ingin naik transportasi publik. Transportasi publiknya sangatlah keren. Itu jelas. Tapi berjalan kaki begitulah nikmat. Hotel tempat saya menginap dengan kampus jika merujuk pada google maps itu sekitar 3 KM, ditempuh dengan berjalan kaki selama 24 menit. Itu kata Google Maps. Dan memang relatif presisi.

Di sini saya memang lebih akrab dengan Google Maps. Meskipun tetap seringkali harus berputar-putar. Nyasar. Tapi tak ada rugi nyasar di sini. Ada saja yang bisa dilihat. Rumah-rumah yang rapi, sampah yang hampir tak ada, pedestrian lebar yang ramah pejalan kaki, dan kesunyian. Ya memang sunyi, khususnya perjalanan saya ke kampus.

Kyoto Gyoen National Garden | dokpri

Pertama kali datang minggu lalu, saya gunakan Google Maps. Saya diarahkan lewat jalan kecil. Saya ikuti. Dan sampai. Dan saya langsung takjub. Ya, lagi-lagi takjub. Saya melewati Kyoto Gyoen National Garden. Kok bagus banget ya. Di Tengah kota ada taman, ah ini besar banget, hutan kali. Di sini juga ada Istana Kekaisaran Kyoto.

Dan akhirnya kadang, jika pagi berangkat ke kampus, saya lewat sini. Menghirup udara segar sepuasnya, memandangi pohon hijau yang bagus. Atau sesekali duduk untuk menikmati pemandangan.

Tak jarang saya berkeliling mencari jalur lain, menyelusuri jalan-jalan yang belum saya singgahi. Hanya untuk tahu ada apa di sekeliling perjalanan. Jauh? Iya. Jika rute normal saja, pulang pergi hotel kampus itu 6 KM. Maka jika saya berkeliling ditambah nyasar maka sehari saya bisa berjalan lebih dari 6 KM. Daebak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline