Lihat ke Halaman Asli

Soal Membesarkan Anak

Diperbarui: 23 Juli 2018   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(grid.id)

Ada orangtua yang menyiapkan peta jalan bagi anak-anaknya dengan seksama. Di mana sekolahnya, belajar tambahannya, hobi apa yang mesti digeluti sang anak, siapa temannya, apa yang harus dipelajari, dipersiapkan secara seksama dan presisi.

Anak kemudian diminta untuk mengikuti peta jalan tersebut, tanpa pertanyaan tanpa diskusi. Entah itu sesuai dengan aspirasi sang anak atau tidak. Semua harus steril. Anaknya tak boleh melewati jalan berliku. Hidup, ya kalau mau mudah, ikuti jalan yang sudah dirintis oleh kedua orangtuanya. Mereka selalu dilindungi, dengan proteksi kuat.

Di kutub lain, ada orangtua yang memberi keleluasaan bagi sang anak. Mereka diberi ruang yang lebih lapang untuk mengaktualisasikan setiap imajinya. Merekapun dihadapkan dengan persoalan kehidupan atau dibiasakan menyelesaikannya sendiri setiap masalah yang menghadang.

Namun, tetap ada mekanisme kontrol terhadap setiap kegiatan anak, meskipun relatif longgar. Ada percaya yang kokoh di situ. Orangtua jenis ini pun cenderung terus menerus membiasakan sang anak berdialog. Mau bercerita segala hal kepada orangtuanya.

Dua pola tersebut tentu bukan pola baku. Dan bisa berhasil dan mungkin juga gagal. Orangtua pasti memiliki kekhawatiran mengenai anak-anak mereka. Bagaimana masa depannya, kehidupannya di masa depan. Sebagai orangtua dengan jam terbang minim, saya pun sering deg-degan. Sebab, tidak ada cetak biru tentang mendidik anak. Saya dan istri sering bertanya-tanya. Benarkah cara kami membesarkan putra kami? Apakah cukup yang kami berikan? Tepatkah kami?

Membesarkan anak tidak semudah membaca buku teori pendidikan atau psikologi perkembangan. Atau buku para motivator yang cenderung memudahkan hidup itu tanpa berpijak pada realitas. Membesarkan anak, tak cukup dengan membaca buku. Meskipun, tanpa membaca tentu akan lebih sulit lagi.

Teori tentu tak akan pernah cukup. Perlu kecermatan, konsistensi, kesabaran tak bertepi, cinta yang penuh agar mampu menjadi orangtua yang keren. Yang jelas, anak dengan ragam polah tingkahnya, adalah anugerah terindah yang tak boleh disiasiakan. Mereka adalah titipan terbaik yang mesti diperlakukan dengan sentuhan terbaik, apapun caranya. Pelukan penuh cinta, sapaan sayang, omelan mesra, doa tak henti, adalah upaya terbaik kita untuk menjaga anak-anak yang baik-baik ini. Mereka mungkin berbeda, tetapi tidak untuk dibeda-bedakan.

Jika ada orangtua yang mampu membesarkan anak sebaik-baiknya sehingga anak-anak itu di kala dewasa tak menyusahkan orang sekitar, menebar kebaikan, dan hidup bahagia (meskipun ini juga relatif) tentu orangtua itu keren sekali.

Hormat setinggi-tingginya untuk mereka yang mampu membesarkan anak dengan penuh kasih dan perhatian penuh. Bolehlah berbagi dengan kami yang masih minim pengalaman.

Selamat hari anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline