Perceraian bisa menjadi mimpi buruk bagi setiap anak. Perceraian merupakan beban tersendiri bagi anak sehingga tak sedikit anak yang terluka Psikisnya. Terkadang, bercerai adalah jalan satu-satunya yang di ambil orangtua setelah mengalami berbagai macam konflik . tapi, tak sedikit anak yang menjadi korban keegoisan mereka.
Pada anak usia yang sudah mengerti apa itu Perceraian, sedikit banyak yang mengalami perubahan sikap. Dalam kasus ini, saya sebagai penulis mendapat penglihatan dari sudut pandang saya terhadap teman yang menjadi korban perceraian orantuanya.
Semenjak perpisahan orangtuanya, dia menjadi lebih pendiam dan sering menjauh dari perkumpulan. Lebih cenderung tidak lagi memperdulikan sekitarnya. Padahal, sebelum perceraian terjadi, teman saya termaasuk anak yang aktif.
Saya dan teman yang dekat dan sedikit banyak tau tentang masal;ahnya, selalu memberikan pengarahan yang tepat untuknya ke depan.
Menurut Beritatagar.id, ketika anak-anak tumbuh melihat pernikahan gagal, mereka mengembangkan keraguan tentang cinta dan harmoni dalam suatu hubungan. Mereka memiliki masalah kepercayaan dan merasa sulit untuk menyelesaikan konflik dalam suatu hubungan. Saat dewasa, si anak akan memulai hubungan apapun dengan pola fikir negatif.
Bahkan, resiko lain pada anak ialah penggunaan narkoba dan aktivitas seksual dini. Di Amerika Serikat, remaja dengan orangtua bercerai mulai minum alkhohol, merokok, dan penggunaan narkoba lebih tinggi.
Remaja yang orangtuanya bercerai ketika ia berusi lima tahun atau lebih muda memiliki resiko sangat tinggi untuk menjadi aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Namun, tidak semua anak dengan orangtua bercerai akan mengalami semua dampak tersebut. Pada dasarnya,dampak Psikologis pada anak bisa berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H