Stres adalah keadaan di mana seseorang mengalami tekanan yang begitu berat baik secara mental maupun emosional. Orang-orang yang mengalami stres memiliki cara yang berbeda-beda dalam melampiaskan tekanannya agar tidak terasa menyesakkan, padahal jika tidak segera diatasi dengan benar dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, bahkan memicu depresi.
Wah, berarti membutuhkan penanganan, ya.
Nah, dalam mengatasi stres sendiri, kita pasti perlu tahu dulu, apa yang menyebabkan kita stres? Apa yang membuat kita merasa begitu tertekan dan terpuruk dengan perasaan negatif yang mengelilingi kita? Apa ya yang kira-kira dapat meredakan stres kita? Maka, penting untuk mengetahui kebiasaan kita ketika stres atau yang biasa disebut dengan stress language.
Apa sih stress language itu?
Jika love language yang pertama kali diciptakan dalam buku terlaris Dr. Gary Chapman yang diterbitkan tahun 1992 adalah bahasa cinta yang mengacu pada lima cara umum seseorang untuk mengekspresikan rasa cinta, yaitu act of service, words of affirmation, receiving gifts, physical touch, dan quality time, stress language sendiri merupakan bahasa yang kita gunakan dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, dan respons ketika kita menghadapi stres. Biasanya, orang-orang akan mengeluh dan mengungkapkan ketidakberdayaannya karena stress language ini adalah cara kita mereaksikan atau mengomunikasikan perasaan, pikiran, dan respons saat merasa tertekan oleh suatu hal.
Lantas, apa saja bentuk stress language ini?
Fight
Situasi yang mengancam dan tidak mengenakkan bisa dianggap sebagai kesempatan untuk melawan rasa takut dengan kemarahan dan agresi oleh sebagian besar orang. Orang dengan bahasa stres ini cenderung lebih spontan dalam memberikan respons secara langsung terhadap hal yang membuat mereka stres, yaitu dengan melawannya. Di beberapa situasi, bahasa ini bisa bermanfaat. Akan tetapi, lebih banyak situasi buruk yang tercipta karena respons ini sebab orang yang melakukan perlawanan tidak berpikir secara mendalam dan mengambil langkah yang tergesa-gesa tanpa memikirkan dampaknya. Orang dengan bahasa stres ini lebih mudah tersinggung, marah, mengamuk, hingga menangis. Maka, pengendalian emosi yang buruk dan pengambilan keputusan dalam keadaan yang tidak baik-baik saja bisa membahayakan mereka.
Flight
Berlawanan dengan fight, flight adalah stress language ketika seseorang melarikan diri dari masalah dan berusaha untuk pergi sejauh-jauhnya dari masalah yang ada. Orang yang melarikan diri dari masalah ini takut untuk menghadapi sesuatu yang membuatnya merasa tertekan dan akhirnya memilih untuk menghilang dari dunia, menyendiri, mengalihkan stres dengan kegiatan lain yang membuatnya "lupa" dengan masalah yang ada kemudian akhirnya menunda penyelesaian dari masalah tersebut.
Kebiasaan ini sangat tidak sehat karena sejatinya sebuah masalah atau tekanan seharusnya diselesaikan dan dicari jalan keluarnya, bukan ditinggalkan dibiarkan terjadi dan menghantui. Namun, ketika seseorang yang melarikan diri ini hanya ingin memiliki space untuk menenangkan diri, menjernihkan pikiran, dan memperbaiki semuanya dengan kepala dingin, maka flight adalah metode yang tepat untuk mengekspresikan stresmu.
Freez
Yang ketiga adalah membeku. Ya! Membeku. Membeku saat menghadapi hal yang dapat menyebabkan stres adalah sesuatu yang umum yang dirasakan oleh sebagian besar orang. Terkadang, kita memang tidak tahu harus merespons seperti apa atau melakukan apa ketika dihadapkan pada hal yang tidak kita sukai atau yang membuat kita terhimpit dan tertekan. Akhirnya, kita hanya diam dalam kebingungan yang dalam. Orang dengan bahasa stres ini tidak ingin melawan ataupun melarikan diri, tetapi justru menjadi murung, pendiam, ingin menyerah, dan kesulitan mengambil keputusan saking bingungnya dan mempertimbangkan banyak hal dengan cara yang mendalam. Orang-orang seperti ini takut mengambil resiko yang merugikan dirinya maupun orang lain.
Sebenarnya, bahasa stres ini juga dapat menjadi pilihan yang tepat bagi seseorang untuk berpikir matang-matang dalam pengambilan keputusan. Namun ya seperti tadi, terlalu bingung dapat menjadi penghambat terbesar untuk keluar dari stres.
Fawn
Terakhir, fawn. Sebagian orang akan menanggapi ancaman dengan senang. Bisa jadi berusaha menyanjung atau menyenangkan orang yang mengancam mereka agar suasana menjadi lebih hangat dan ringan. Orang-orang yang memiliki bahasa ini tidak bisa melawan, melarikan diri, maupun diam saja. Terkadang bahkan, mereka akan menjadikan kedamaian sebagai jalan keluar hingga berpikir seburuk apapun perlakuan orang lain terhadap mereka, menyenangkan orang lain agar masalah tidak meluber ke mana-mana adalah hal yang tepat sehingga sering tanpa disadari mereka menjadi people pleaser yang mengiyakan semua hal, meminta maaf bahkan ketika itu bukan kesalahannya, serta takut ditinggalkan.
Lantas, adakah stress language yang paling baik? Ataukah semuanya buruk? Kamu bisa melihatnya sendiri, mana yang baik dan mana yang buruk dan dapat merugikan orang lain. Pastikan bahwa stress language-mu tidak akan merugikan dirimu dengan melakukan hal lain yang dapat mengurangi tekanan mental dan emosionalmu tanpa meninggalkan penyelesaiian masalah yang merupakan hal penting. Selamatkan dirimu dari situasi yang tidak menyenangkan bagimu, salah satunya dengan melakukan coping stress.
Baca juga : Mengenal Coping Stress
Itu dia apa itu stress language dan macamnya yang bisa membuatmu lebih memahami caramu dalam menghadapi tekanan. Di mana bila kamu memahaminya, kamu bisa saja memanfaatkannya untuk mengelola dan mengolah emosi dengan baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H