Lihat ke Halaman Asli

Angger DwiLukito

Mahasiswa Aktif Institut Teknologi PLN

Keunikan dan Tantangan dalam Pemanfaatan Energi Surya (PLTS)

Diperbarui: 26 Februari 2022   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), merupakan jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yaitu surya sebagai energi primer untuk menghasilkan listrik. 

Beberapa tahun kebelakang, jenis pembangkit ini sedang gencar pemanfaatan dan perkembangannya. Karena jenis pembangkit ini bisa dibilang cukup sederhana dalam proses pengkonversian energi. Dibilang cukup sederhana, karena komponen utamanya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu kompleks dalam pemanfaatan komponennya.

Komponen utama PLTS terdiri dari modul surya, inverter/power conditioner unit (PCU), solar charge controller (SCC)/battery charge controller (BCC) dan storage system (Battery). Modul surya digunakan untuk menangkap energi dari sinar matahari, yang nantinya akan diubah menjadi tenaga listrik. Inverter/power conditioner unit digunakan untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik. 

Solar charge controller/battery charge controller digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke battery dan diambil dari baterai ke beban. Storage system digunakan untuk menyimpan listrik yang dihasilkan dari panel surya. Sehingga listrik bisa digunakan pada waktu yang diperlukan.

Bisa dilihat komponen utama PLTS dan fungsi dari setiap komponen cukup sederhana. Jika melihat komponen utamanya PLTS bisa dibilang salah satu pembangkit listrik yang berbeda dengan pembangkit listrik lainnya. Karena pada PLTS tidak menggunakan mesin dinamis atau komponen yang berputar dalam proses pengkonversian energi seperti pembangkit listrik pada umumnya yang menggunankan mesin dinamis dalam proses pengkonversian energi.

Namun pada pemanfaatan PLTS ini ada tantangan tersendiri dalam proses pemanfaatannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan PLTS, seperti lokasi pemasangan, orientasi panel surya, luas area pada atap (jika jenis PLTS atap), temperatur udara dan kecepatan angin, dan jenis panel surya.

Lokasi pemasangan memengaruhi kinerja panel surya itu sendiri. Karena setiap lokasi memiliki radiasi matahari yang berbeda-beda. Makin besar intensitas radiasi suatu lokasi, maka akan makin baik kinerja panel surya. Hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan lokasi pemasangan adalah pada lokasi pemasangan diharapkan tidak terhalang oleh objek disekitarnya. Hal ini akan menyebabkan shading dan kinerja panel surya tidak optimal. Dan jika panel surya terkena shading maka akan timbul hotspot pada panel surya.

Hotspot adalah titik panas yang muncul pada modul surya yang disebabkan bayangan parsial (shading) yang menutup sebagian area modul surya. Penyebab hotspot adalah karena sebagian area panel surya menghasilkan energi yang lebih rendah dari area lain atau bisa dikatakan ketika suatu wilayah di panel surya menerima beban yang lebih besar dari beban lainnya. Ada cara untuk menanggulangi hotspot, yaitu dengan menggunakan bypass diode dan micro inverter.

Orientasi panel surya perlu diperhatikan dalam pemasangan PLTS. Orientasi di sini merupakan arah hadap panel surya. Ada cara dalam menentukan orientasi panel surya untuk mendapatkan orientasi yang baik. Panel surya lebih baik dihadapkan ke arah garis khatulistiwa. Misal, jika akan memasang PLTS yang berada pada pulau Jawa dianjurkan menghadap utara atau selatan. 

Namun jika tidak memungkinkan untuk dipasang menghadap utara atau selatan, bisa dipasang dan bekerja dengan arah hadap lain. Tetapi kemampuan efisiensi panel surya akan berbeda dengan panel surya yang arah hadapnya ke utara atau selatan khususnya di pulau Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline