Lihat ke Halaman Asli

Problematika Sampah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang Tak Usai-usai

Diperbarui: 6 November 2024   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto langsung dilapangan (Dokpri)

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, atau Monju, berdiri megah di kawasan Dipati Ukur, Bandung, sebagai simbol perjuangan dan semangat kemerdekaan rakyat Jawa Barat. Monumen ini bukan hanya menjadi landmark bersejarah, tetapi juga salah satu tujuan wisata edukatif yang menarik berbagai kalangan, mulai dari wisatawan lokal hingga pelajar yang ingin belajar sejarah. Meski Monju memiliki nilai sejarah yang tinggi, kawasan ini menghadapi tantangan serius dalam hal kebersihan, terutama di area selokan dan jalan di sekitar monumen yang sering dipenuhi sampah.

foto langsung dilapangan (Dokpri)

Pemandangan sampah yang berserakan di sepanjang selokan dan jalan sekitar Monju menciptakan kontras dengan nilai perjuangan yang diusungnya. Sampah plastik, sisa makanan, dan kertas menjadi pemandangan umum, terutama pada akhir pekan atau hari libur ketika banyak pengunjung dan pedagang kaki lima (PKL) memadati area Monju. Banyak pengunjung dan pedagang kaki lima kurang peduli terhadap kebersihan, sering membuang sampah sembarangan atau meninggalkan sisa makanan dan kemasan plastik di sekitar tempat duduk dan berjualan mereka. Hal ini menyebabkan tumpukan sampah yang tidak hanya merusak estetika monumen, tetapi juga mengganggu kenyamanan pengunjung yang datang untuk menikmati tempat bersejarah ini.

Salah satu pengunjung, Rina, yang juga merupakan mahasiswa di Bandung, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi kebersihan Monju.

"Saya sering mengunjungi Monju karena tempatnya nyaman untuk belajar atau sekadar bersantai. Tapi sayangnya, pemandangan sampah yang berserakan, terutama di selokan, sangat mengganggu," ujar Rina.

Komentar Rina ini mencerminkan perasaan banyak pengunjung lain yang berharap Monju bisa menjadi tempat yang lebih bersih dan nyaman. Pemandangan sampah yang bertebaran tidak hanya mengurangi daya tarik Monju sebagai destinasi sejarah, tetapi juga menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan di area publik.

Petugas keamanan Monju pun mengakui bahwa pengawasan terkait kebersihan masih sangat terbatas. Dalam wawancara, seorang petugas mengungkapkan bahwa jumlah personel yang bertugas tidak cukup untuk melakukan pengawasan penuh.

"Kami kekurangan petugas untuk melakukan pengawasan penuh," katanya, ini menunjukkan bahwa tidak ada personel khusus yang bertugas untuk mengawasi atau menegur pengunjung dan pedagang kaki lima yang membuang sampah sembarangan. Ketiadaan pengawasan ini membuat pengunjung dan pedagang kaki lima sering merasa bebas membuang sampah tanpa takut mendapat teguran.

Selain itu, fasilitas tempat sampah yang tersedia di area Monju sangat terbatas. Tempat sampah hanya tersedia di beberapa titik tertentu, sehingga pengunjung dan pedagang kaki lima harus berjalan cukup jauh hanya untuk menemukan tempat sampah. Akibatnya, banyak pengunjung dan pedagang kaki lima yang memilih untuk membuang sampah sembarangan atau meninggalkan sampah di sekitar tempat duduk dan berjualan mereka. Dengan semakin padatnya pengunjung dan pedagang kaki lima yang berjualan, tempat sampah yang tersedia tidak mampu menampung seluruh sampah yang dihasilkan setiap harinya, menyebabkan sampah meluap dan mengotori area sekitar monumen.

Keberadaan sampah yang menumpuk di selokan Monju tidak hanya berdampak pada estetika, tetapi juga pada lingkungan sekitar. Selokan yang tersumbat oleh sampah berpotensi menyebabkan genangan air dan banjir, terutama saat musim hujan. Selain itu, kondisi ini menciptakan kesan kumuh di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat bersejarah dan representatif bagi masyarakat Jawa Barat. Beberapa penduduk sekitar juga merasa terganggu oleh kondisi ini, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat kawasan monumen.

Meski berbagai masalah kebersihan di Monju terus menjadi perhatian, upaya untuk mengatasi masalah ini tidaklah mudah. Meskipun terdapat aturan yang melarang pengunjung membuang sampah sembarangan, kurangnya pengawasan membuat aturan tersebut jarang ditegakkan. Hal ini membuat pengunjung dan pedagang kaki lima tidak merasa terdorong untuk membuang sampah pada tempatnya, menciptakan budaya yang kurang peduli terhadap kebersihan di area publik seperti Monju. Tanpa adanya penegakan aturan yang lebih ketat, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di Monju akan sulit untuk dibangun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline