Tehnik Menulis Findings yang Bagus dalam Result
Transkrip video Prof.Irwan Abdullah dengan link:
https://www.youtube.com/live/P_YaLlDfmGw?si=cQyQ2EsPmqwtwuRh
Kita harus bisa berbahasa pada tingkat yang berbeda. Penulis harus menyadari ketika dia menulis, apakah berada pada posisi berbahasa secara teori, konsep, variabel ataukah indikator. Apabila peneliti berbahasa dalam level teori, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa dan konsep yang besar.
Namun apabila menulis dalam tataran variabel, tidak diperlukan bahasa dan konsep yang besar. Misalnya, terdapat pertanyaan seperti ini, "Apakah Bapak termasuk orang miskin?". Hal tersebut tidak perlu ditanyakan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, "apakah Bapak memiliki rumah?." Dengan kata lain, "kepemilikan rumah ini, apakah kepemilikan sendiri, kontrakan atau milik mertua?."
Apabila bertanya pada level indikator, maka yang menjadi pertanyaan adalah "berapa luas meter persegi rumah dari bapak?." Coba bapak ibu bisa membedakan hal tersebut karena hal ini dinilai sangat penting dalam menulis.
Waktu menulis ada kalimat sebagai berikut, "Pak Ahmad adalah seorang yang miskin di desa." Apakah Pak Ahmad adalah seorang yang miskin? Atau lebih memilih menulis, Pak Ahmad tinggal di rumah kontrakan. Coba bapak ibu rasakan bahwa level kepenulisannya terasa berbeda.
"Pak Ahmad merupakan salah satu penduduk miskin di Desa Banjarsari." Kalimat tersebut apabila diturunkan posisinya, menjadi demikian, "Pak Ahmad tinggal di rumah kontrakan di Desa Banjarsari." Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Pak Ahmad tidak memiliki rumah. Hal ini menunjukkan adanya salah satu variabel kemiskinan yaitu tidak memiliki rumah. Kemudian ada peneliti lain menulis, "Pak Ahmad tinggal di rumah dengan luas 4x5 meter persegi." Bisa pula dikatakan "Pak Ahmad tinggal di rumah dengan tipe 36." Inilah yang dinamakan tingkat analisis dengan menggunakan proses deduksi logika. Dari teori kemiskinan, dalam hal ini yang digunakan adalah teori kemiskinan dengan perspektif modernisasi. Maka salah satu konsepnya adalah kepemilikan rumah. Apabila diturunkan dalam level variabel, pertanyaannya sebagai berikut "Apakah Bapak memiliki rumah atau apakah Bapak memiliki tabungan?". Apabila digali dari sisi indikator, maka yang ditanyakan adalah berapa luas tanah/rumah yang dimiliki oleh Bapak. Ketika saya berbicara ternyata luas rumah Pak Ahmad 24 M2. Hal ini merupakan "findings."
Tetapi bila dikatakan Pak Ahmad merupakan salah satu orang miskin di desa. Hal ini bukan salah satu bercerita penelitian yang bagus. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan ada buktinya. Bisa saja peneliti dianggap salah tafsir. Bisa saja Pak Ahmad bergaya orang miskin tetapi memiliki tabungan yang miliaran rupiah. Sering ditemui ada orang setelah meninggal ditemukan di dapurnya ada uang 2 miliar. Tetapi sepanjang hidupnya dia sederhana. Namun apabila peneliti memiliki indikator dalam penelitiannya (luas kepemilikan, luas rumah, jenis dinding dan atap rumah, dan sebagainya), hal-hal tersebutlah yang ditulis. Dengan demikian tulisan yang bagus (findings yang bagus dalam result), harus dituliskan indikator dan minimal adanya variabel. Indikatorlah yang langsung berbicara mengenai data penelitian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H