Salah satu tantangan terbesar untuk mentradisikan menulis artikel jurnal bereputasi adalah bagaimana memulainya. Ini merupakan fase yang paling menentukan agar kita memiliki semangat dan bertahan dalam kesabaran saat menulis. Tentu tidak mudah apalagi yang belum terbiasa.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini, saya ingin berbagi bagaimana kita membangun suatu semangat dan suasana hati yang bisa membangkitkan keinginan untuk terus menulis.
Meskipun ada berbagai macam situasi dan kondisi yang menghambat hal itu. Sisi yang terpenting adalah tetap memelihara spirit menulis itu agar tetap semangat dan terus belajar untuk mengembangkan teknik menulis yang lebih efektif dan optimal sehingga menulis menjadi tradisi dalam kehidupan keseharian kita.
Sebagaimana dijelaskan oleh Prof Irwan Abdullah salah satu guru besar UGM Yogyakarta mengatakan bahwa starting point dalam menulis artikel sebenarnya terletak pada dua aspek: Pertama, menulis adalah usaha mengkomunikasikan sesuatu yang belum diketahui dan yang Kedua adalah menulis sebagai upaya menunjukkan adanya sesuatu yang baru dari suatu fenomena.
Secara garis besar bahwa dalam uraian Prof Irwan Abdullah dapat disimpulkan ada dua hal yang perlu menjadi catatan utama yaitu starting point menulis dimulai dari sesuatu yang belum diketahui atau menulis menunjukkan sesuatu yang baru. Lalu bagaimana kita bisa mengembangkan tulisan dari dua aspek itu?
Kelemahan mendasar saat menulis adalah seringkali kita tidak memiliki konsep maupun pemikiran yang terstruktur dari tulisan kita. Ibaratnya ketika ingin membangun rumah, kita tidak memiliki desain atau arsitektur mengenai konsep rumah yang akan dibangun. Inilah mengapa seringkali kita merasa mandeg atau mengalami kelambatan dalam memulai menulis.
Bahkan, yang lebih fatal lagi adalah ketika akhirnya menyerah dengan keadaan dan tidak mau melanjutkan tulisan yang sudah dibuat. Ini tentu sebuah situasi yang tidak diinginkan.
Memulai menulis hendaknya dari sesuatu yang biasa kita temui dan kuasai. Jangan menulis dari sesuatu yang kita secara lisan pun menjelaskannya kelabakan.
Memulai menulis dari sesuatu yang bisa dijelaskan dengan sederhana dan dirasakan sebagai pengalaman yang tidak pernah habis untuk dibagikan kepada siapa saja. Menulis dari bahan-bahan yang kalau diceritakan seakan-akan tidak ada habisnya.
Menulislah dari sesuatu yang kita kuasai. Hal itu akan menjadi sebuah energi yang besar untuk memelihara jiwa kita konsisten dalam menulis. Sebab apabila kita menguasai masalah secara lisan lalu berlatih sedikit semi sedikit untuk menulis, maka scara bertahap kemampuan menulis akan terasah.