Lihat ke Halaman Asli

anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Pendidikan Islam Transformatif dalam Kegiatan Halal Bihalal

Diperbarui: 9 Mei 2022   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Setelah perayaan Idul Fitri tahun 2022 selesai, maka umat Islam Indonesia disambut dengan momentum keiatan halal bi halal. 

Ini tidak saja peristiwa kekeluargaan global yang bersifat artifisial yakni hanya sekedar ajang maaf memaafkan namun esensi utamanya adalah membangun kembali rajut kekeluargaan yang selama ini jauh di mata dan di hati atau merasa hubungan yang merengang kemudian dikuatkan kembali dalam momentum yang penuh kedamaian ini.

Dalam pandangan dosen MPI (Manajemen Pendidikan Islam) FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Angga Teguh Prastyo, M.Pd, setidaknya ada tiga hikmah besar yang bisa direfleksikan dari kegiatan halal bi halal.

Pertama, meskipun kegiatan halal bi halal dikemas dalam berbagai macam format namun sejatinya menunjukkan karakter masyarakat Indonesia yang lebih Islami dalam memahami ajaran  dan nilai-nilai Islam. Ini penting dilakukan agar selalu terjadi rekonsiliasi sosial setiap saat pada masyarakat yang majemuk dan memutus mata rantai kebencian antar manusia dengan yang lain.

Kedua, halal bihalal sebagai tradisi masyarakat Indonesia memiliki tujuan sosial keagamaan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan baik di internal umat Islam maupun antar umat beragama yang lain.

 Dalam kegiatan halal bi halal setiap orang dengan jiwa yang besar mampu saling memaafkan satu dengan yang lain. Kualitas silaturahmi pada momentum halal bihalal ini meningkat dan bersifat transformatif artinya mampu mengubah kekuatan dan karakter seseorang yang tadinya sebagai seorang yang agresif, mudah marah, gampang tersinggung berubah seketika menjadi seseorang yang pemaaf dan berjiwa yang lapang.

Dokpri

Ketiga dalam kegiatan halal bi halal ada ruang edukasi yang bisa diwariskan kepada generasi muda. Ruang edukasi tersebut berupa praktik pendidikan yang berbasis pada karakter pemaaf sebagai bagian dari core values (nilai inti) untuk ditanamkan pada setiap generasi muda saat ini.

Kegiatan halal bi halal biasanya diselenggarakan seminggu setelah cuti bersama. Bisa juga dilakukan ketika pada setiap hari pertama, ketika orang untuk pertama kalinya bekerja di kantor setelah libur panjang lebaran. Namun secara kultural, kegiatan halal bihalal merupakan serangkaian lanjutan dari fase perayaan lebaran idulfitri. 

Tidak harus di kantor namun bisa saja di kegiatan-kegiatan nonformal dan informal. Pada intinya halal bi halal diorientasikan untuk menyatukan rasa dan ikatan emosi yang selama ini dirasa hilang dan menguap untuk direkatkan kembali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline