Akhir-akhir ini lini masa media sosial saya dipenuhi dengan postingan anak-anak muda usia belasan tahun mengenakan baju kebaya dan berdandan menor ala pengantin.
Dengan caption "Happy Graduation" mereka mengunggah hasil berpose mereka di laman sosial media layaknya pengantin sungguhan. Jangan kaget dulu, mereka memang bukan pengantin sungghan, melainkan sebenarnya mereka hanyalah siswa-siswi sekolah yang sedang merayakan kelulusan.
Seperti pada umumnya di akhir tahun pelajaran, sekolah-sekolah di Indonsesia biasanya mengadakan acara perpisahan atau pelepasan siswa-siswi kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA yang telah menyelesaikan masa studinya. Dalam istilah bahasa sunda acara perpisahan ini sering disebut acara "paturay tineung" yang didalamnya memiliki beberapa rangkaian acara, salah satunya adalah prosesi Mapag pengantin yang di lakukan oleh Aki lengser.
Sebenarnya apa sih Mapag Pengantin Itu?
Mapag pengantin adalah sebuah tradisi yang berkembang di tanah sunda. Istilah Mapag pengantin ini memiliki arti sangat sederhana yaitu Menjemput pengantin. Dalam acara ini ada salah satu tokoh sentral yang sangat mempengaruhi jalannnya acara, tokoh itu bernama Aki lengser.
Aki lengser adalah seorang kakek yang berperawakan bungkuk dengan memakai baju adat serba hitam. Dengan sarung yang di ikat di pinggang dan ikat kepala khas sunda serta di tambah beberapa aksesoris seperti batu cincin dan tas koja itulah ciri khas Aki lenngser. Selain itu, aki lengser harus mempunyai tingkah lucu dan unik.
Tugas utama ki lengser adalah menjemput atau mengantarkan pengantin ke pelaminan. Biasanya dalam acara pelepasan sekolah yang menjadi pengantin adalah siswa-siswi yang menjadi lulusan terbaik pada tahun itu.
Dalam praktiknya ki lengser di temani asistennya dan juga beberapa penari yang akan melakukan tarian sesuai irama musik, biasanya musik khas sunda.
Tokoh ki lengser pada acara pelepasan di MTS 4 Pandeglang kemarin di perankan oleh siswa kelas 7 yang bernama Ibnu. Acara berjalan dengan lancar, Ibnu berhasil memerankan lakon aki lengser dengan baik, hanya saja ada sedikit kekurangan dalam pembawaan mimik wajah dan lakuan, banyak lakuan yang kurang sinkron anatara pendubbing suara dengan lakon yang di peraankan oleh Ibnu. Tetapi dalam keseluruhann lakon aki lengser yang diperankan oleh Ibnu berhasil menghibur para tamu undangan.
Sebenarnya yang paling mengganjal dalam hati saya bukanlah tentang unsur pementasannya melainkan adalah praktik "nyawer" atau "Saweran" yang dilakukan oleh wali murid dalam acara tersebut. Menurut saya, itu sangat mengganggu dan tak elok dipandang mata. Selain itu parktik saweran juga sangat menghambat proses jalannya pementasan, aplaagi ketika para penari memasuki lapangan, bayangkan saja jika penari itu ada lima orang, sudah pasti lima orang wali murid tersbut masuk ke lapangan untuk nyawer, belum lagi sanak famili yang ikut-ikutan nimbrung, semakin membuat ruang gerak para penari semakin terbatas.