Lihat ke Halaman Asli

Investasi, Antara Kepercayaan Diri dan Martabat Bangsa

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam era globalisasi yang makin kompleks, dunia dihadapkan pada beberapa masalah dan tantangan. Arus barang, jasa, faktor produksi dan budaya antar negara yang tak terbatas membuat berbagai macam integrasi bangsa menjadi suatu keniscayaan. Dalam hal ini posisi Indonesia sangat krusial. Menjadi hal yang sangat penting untuk bisa memanfaatkan berbagai integrasi bangsa dimana Indonesia berpartisipasi di dalamnya, agar dapat memberi keuntungan bagi bangsa kita.

Dalam era globalisasi ini, adalah naif jika kita menutup diri dari dunia luar. Globalisasi telah merasuk dalam segala aspek kehidupan kita, termasuk dalam aspek investasi. Bukan saatnya lagi untuk meratapi nasib, namun sudah saatnya kita memanfaatkan momentum ini agar memberi keuntungan bagi bangsa kita.

Berbicara tentang investasi di era globalisasi ini, kita juga akan berbicara tentang kepercayaan diri dan martabat sebuah bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang telah lebih dari 65 tahun merdeka, bangsa yang punya potensi pasar lebih dari 220 juta jiwa. Bangsa dengan kekayaan alam yang melimpah, terbesar kedua didunia. Bangsa yang punya semua syarat untuk menjadi bangsa yang sejahtera. Namun sayangnya, selama ini semua potensi yangdimiliki bangsa ini kurang dimaksimalkan. Kita kurang percaya diri dengan semua yang kita punyai.

Sesuatu yang aneh ketika kita mengetahui Pemerintah hilir mudik mencari investor asing, sedangkan masih banyak modal pengusaha kita yang berada diluar negeri. Pemerintah kita kurang memberi ruang yang luas bagi para pemodal lokal untuk turut serta membangun bangsanya sendiri. Pemerintah cenderung berorientasi asing, bahkan dalam segala aspek. Hal ini juga didukung dengan rendahnya rasa nasionalisme para pengusaha, sehingga mereka lebih gemar menempatkan modal mereka di luar negeri dimana mereka mendapat keuntungan lebih besar, daripada menempatkan modal mereka di dalam negeri dimana mungkin keuntungannya lebih kecil.

Dengan besarnya modal asing yang masuk di Indonesia, juga akan mempengaruhi posisi bangsa kita sebagai bangsa yang berdaulat. Kita cenderung dipengaruhi kekuatan – kekuatan asing ketika kita dalam keadaan akan mengambil keputusan tentang suatu masalah yang strategis. Dengan begitu, kedaulatan kita sebagai bangsa merdeka sedikit demi sedikit direnggut lagi secarahalus dan elegan. Kondisi yang membuat kita kembali terjajah secara ekonomi. Ditambah lagi, kita juga masih bergantung pada asing dalam masalah kebutuhan pangan.

Masalah pertentangan modal asing dan modal lokal ini mestinya bisa segera diselesaikan jika Pemerintah memainkan perannya sebagai regulator dengan baik. Kita tidak bisa menolak sama sekali modal asing masuk ke Indonesia, karena itu bisa membuat Indonesia menjadi bangsa yang terpinggirkan dalam pergaulan internasional antar bangsa – bangsa. Yang harus kita lakukan adalah membatasi arus investasi asing dan lebih mengutamakan modal dalam negeri untuk sektor – sektor yang strategis. Namun Pemerintah juga tidak boleh sembarangan dalam memilih investor lokal. Harus dipilih investor yang benar – benar berkomitmen dalam membangun bangsa, bukan yang hanya berorientasi pada keuntungan. Sedangkan modal asing kita butuhkan sebagai stimulan bagi pemodal dalam negeri. Ketika kesejahteraan masyarakat makin meningkat, maka masyarakat dapat berperan besar dalam membangun bangsa diwaktu selanjutnya. Peran modal asing bisa semakin diminimalisisasi.

Kita harus sadar bahwa investasi asing bukan hanya sekedar aliran modal semata. Dalam konteks kebangsaan, investasi asing akan mempengaruhi posisi kita sebagai bangsa merdeka yang berdaulat. Karena secara substansial, investasi asing adalah bentuk halus dari Neokolonialisme dan Neoimperialisme (Nekolim). Maka dari itu, kita harus sesegera mungkin mengakhiri cengkraman kekuatan asing di bumi pertiwi ini. Kita harus percaya pada potensi kita sebagai bangsa yang besar. Sekarang, nasib kita ada di tangan kita sendiri. Ketika semua telah terlambat, kita akan terus berada dalam cengkraman tangan kekuatan – kekuatan Nekolim dibawah payung kemerdekaan dan kedaulatan semu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline