Kau boleh berbangga dengan apa yang kau punya. Berbanggalah, dengan semua kepintaranmu, keahlian yang kau miliki, kemampuan finansial yang sudah menghinggapimu dari lahir sampai hari ini, dan orang tua lengkap yang tidak pernah dibayangkan orang-orang layaknya aku.
Aku sudah sendiri semenjak lahir, hidup diantara himpitan kemiskinan, tidak memiliki keahlian kecuali meminta iba untuk bertemu orang lain, ataupun pintar dalam sebuah hal. Aku hanyalah anak terpinggir oleh orang-orang yang memberikanku serupiah dua rupiah. Seperti kasihan.
Justru orang-orang yang memberiku yang harusnya dikasihani. Siapa yang sebenarnya meminta, siapa yang sebenarnya berusaha, dan siapa yang sebenarnya terpinggirkan. Hanya beberapa orang saja yang peduli dengan nasib orang sepertiku saat ini. Akankah ini berlanjut?
Aku paham aku tidak menganyam pendidikan, aku paham aku tidak belajar tata krama. Tapi aku juga paham bagaiamana setiap manusia yang berpendidikan berbohong bahwa mereka telah paham dengan permasalahan masyarakat seperti diriku sekarang. Mereka selalu berbohong dengan membuat beberapa proyek untuk membuncitkan perut mereka. Sedangkan mereka yang hidup dalam kesederhanaan menerima yang mereka miliki sekarang. Bukankah kita menyadarinya?
Jadi siapa yang harus bangga, aku atau kalian?