Lihat ke Halaman Asli

Irfan Hanif

Stay healthy

Saran Bersifat Konstruktif Diperlukan pada Sebuah Buku

Diperbarui: 2 September 2018   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: maxmanroe.com

Ketika kita sedang menulis sebuah  buku entah itu novel, buku fiksi/non-fiksi, dan membuat karya ilmiah sekalipun seperti skripsi tentu dibagian kata pengantar terdapat kata-kata 'saran yang bersifat konstruktif diperlukan untuk penulis agar bisa menciptakan sebuah karya yang lebih baik lagi'. 

Hal itu memang sudah sangat lumrah sekali dilakukan pada saat penulisan sebuah karya tulis. Karena dengan menciptakan sebuah tulisan tersebut siapa tahu para pembaca akan ada yang meresponnya melalui kontak si penulis yang diberikan.

Tetapi mungkin kalian juga bertanya-tanya, apakah hal tersebut benar-benar harus diperlukan pada bagian kata pengantar, atau hanya sebatas formalitas saja untuk mengikuti penulis-penulis lainnya? 

Bila ditelaah lebih lanjut mungkin tidak sebagai formalitas, karena yang namanya seorang penulis dalam menciptakan tulisan pada sebuah buku pasti menyadari akan adanya kekurangan yang tak sesuai di hati pembacanya. Walaupun ia sudah belajar banyak tentang segala hal yang ingin ditulisnya, namun pada kenyataannya masih jauh dari sempurna. 

Tidak heran bila banyak penulis buku yang ingin tulisannya itu di respon oleh pembaca, jangan hanya sekedar pajangan saja di rak buku. Beli iya, bacapun tidak :D. Sesekali cobalah kita untuk menghargai betul karya si penulis, bacalah buku ciptaannya serta bila ia menyertakan kontak di bagian biodata penulis, hubungi dia entah itu lewat email ataupun sosmed nya. 

Tak masalah jika kalian ingin basa-basi dan curhat dengannya, justru ini cara kita sebagai pembaca agar lebih dekat dengan penulis dan bisa mengganggapnya sebagai teman jikala sudah akrab. 

Bukankah kita cukup senang bila bisa berkenalan dan berteman dengan seorang penulis ternama? Selain basa-basi, tanyakanlah bagaimana caranya ia menciptakan sebuah tulisan yang cukup membuat kita terpana akan bacaannya, bagaimana pula prosesnya, pemikirannya, dan mengapa bisa sampai laku keras di toko buku. Pasti ada triknya yang menyebabkan ia menjadi sesukses itu hanya dengan sebuah tulisan. 

Dari hasil tulisan yang ia peroleh pasti juga menemukan banyak sekali yang harus dipelajari, sebab yang namanya penulis buku pasti perlu banyak belajar dan wawasannya harus cukup luas. 

Maka itu sebuah buku tidak luput dari yang namanya daftar pustaka. Ya, daftar pustaka inilah yang digunakan oleh penulis sebagai penunjang tulisannya. Misalkan membutuhkan definisi, contoh-contoh, teori-teori, dan sebagainya. Dari ia membaca buku penunjang tersebut, disitulah ia belajar dan memahami terhadap materi yang disampaikan.

Karena memang tidak ada penulis yang 100% pure menuliskan apa yang ada diotaknya melalui sebuah buku. Jika memang ada, mungkin itu hanya buku-buku non-fiksi, karena menggunakan imajinasi yang tinggi sehingga memungkinkan penulis tidak butuh buku penunjang yang banyak. 

Setelah tulisannya selesai, pastilah dikoreksi terlebih dahulu sebelum diterbitkan. Yang namanya penerbit pasti ada bagian editornya juga, apakah konten tersebut layak untuk dipasarkan atau tidak. Jika memang iya, maka si penerbit biasanya akan menghubungi si penulis untuk segera diterbitkan dan dipasarkan di toko buku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline