Lihat ke Halaman Asli

Irfan Hanif

Stay healthy

Mengantre, Kebiasaan atau Kekesalan?

Diperbarui: 23 Agustus 2018   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cahayailmu.sch.id

Rasanya jika antrian yang begitu panjang terlihat mata kita menjadi malas untuk melihatnya serta diri pun juga menjadi tak bersemangat untuk megantri mendapatkan sesuatu yang diinginkan. 

Semisal jika berjalan-jalan ke suatu tempat kita melihat banyak sekali orang yang mengincar jajanan enak dan tren jaman sekarang, misalkan ayam geprek atau banana nugget. Tentu makanan yang sedang hits saat ini sudah tidak asing lagi di telinga para pemuda maupun orang-orang dewasa yang kekinian pastinya.

Jika kita ingin mendapatkan itu tentu saja memang harus membelinya dan bila tempat tersebut ramai maka terjadilah budaya antri. Belum lagi makanan yang sedang hits tersebut banyak sekali peminatnya dan tidak heran jika banyak orang juga ingin membeli dan mencobanya. Maka itu disaat kita ingin membelinya tempat tersebut terlihat sangat ramai penuh antrian para pembeli. Itu terbukti bahwa makanan hits itu memang laku keras dan enak sekali. 

Gejolak di dalam hati rasanya menjadi sedikit kesal karena antriannya yang begitu panjang, menyebabkan kita menjadi tidak nafsu untuk membelinya. Memutuskan untuk menunda saja? Nanti keburu habis, bisa jadi saat sedang mengantri makanan yang disediakan habis. Karena tidak tahu kapan akan habis stoknya, karena laku keras. 

Dengan kondisi seperti itu maka keinginan kita untuk membeli makanan hits itu tidak jadi. Tentu kesal, karena antriannya panjang. Tetapi mau bagaimana? Mengantri memang menjadi keharusan dimana seseorang akan mendapatkan gilirannya. Jadi harus dibiasakan mengantri agar kondisi menjadi tertib dan tidak serobot sana sini. 

Contohnya saja di luar negeri entah di negara mana, yang jelas saya pernah dengar bahwa disana begitu tertib dan tidak ada kerusuhan dalam mengantri. Karena memang mereka ingin bersabar dan menunggu giliran. Semuanya pasti akan mendapat giliran kok, jadi tidak usah kesal dan emosian jika melihat antrian yang begitu panjangnya. Ini adalah salah satu cara untuk melatih kesabaran kita juga. 

Kebiasaan dalam mengantri juga perlu diterapkan untuk semua kalangan, mulai dari anak kecil hingga lansia. Namun perbedaannya, bila di dalam antrian tersebut kita melihat seorang lansia maka dahulukanlah beliau. 

Sebab yang lebih tua harus didahulukan, mengingat kondisinya yang mungkin sudah tidak segar bugar lagi seperti orang-orang yang masih muda (mungkin ya mungkin....). Selain itu yang namanya mengantri pasti kaki merasa lelah, karena berdiri terus. Jika duduk nanti akan diserobot oleh yang lain. 

Nah, untuk mengatasi kebosanan dan rasa kesal dalam mengantri bisa dicoba cara saya ini. Kalian usahakan jangan melihat antriannya yang panjang pada saat berada didalam antrian. 

Tetapi biarkanlah menunggu gilirannya, sembari kalian bermain handphone dengan game kesukaan kalian, kemudian kalian juga bisa mengobrol dengan orang yang ada didepan atau belakang kalian. Basa - basi saja, tidak usah mengobrol serius dan penting.

Bila sudah lumayan akrab, kalian bisa mengajaknya bercanda, tertawa bersama, dan sebagainya. Dengan begitu kan, lama-lama antrian semakin berkurang dan tak terasa kalianlah yang akan mendapatkan gilirannya. Jadi intinya tidak usah dibawa kesal, nikmati saja budaya antri tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline