Dodol Betawi adalah kue legendaris khas Betawi, membuat Dodol membutuhkan kerja sama sekaligus tenaga extra yang dikeluarkan, semakin lama mengaduk akan semakin berat karena adonan dodol semakin mengental. Dodol terbuat dari tepung beras, ketan, kelapa, gula merah, dan gula pasir. Untuk memasak Dodol, membutuhkan kuali yang ukurannya besar dan diletakan di atas kayu bakar, membuat dodol memerlukan pengapian yang banyak dengan waktu yang sangat lama, jadi bila menggunakan kompor gas maupun kompor minyak akan mengeluarkan banyak biaya. pengaduknya terbuat dari sebilah kayu menyerupai dayung sampan (perahu),
Proses membuat Dodol ini, biasanya para wanita menyiapkan bahan -- bahan seperti gula merah dan tepung beras, sedangkan laki -- lakinya menyiapkan peralatan untuk memasak seperti menyiapkan tungku dan kuali serta mencari kayu bakar, pembuatannya harus bergantian dengan cara di aduk selama kurang lebih 12 jam, rasa Dodol tak perlu diragukan lagi, manis dan autentik berpadu dengan kekenyalannya,
Di daerah ku tepatnya di kampung pondok melati tradisi membuat Dodol ini sudah jarang dilakukan atau perlahan mulai punah. Dahulu, di pondok melati membuat dodol dilakukan setiap menjelang datangnya hari raya Idul Fitri (Lebaran), membuat Dodol juga bisa sebagai salah satu cara mempererat silaturahmi masyarakat di pondok melati, biasanya acara membuat Dodol ini mengundang kerabat atau tetangga. Orang -- orang membuat dodol biasanya dengan cara patungan, bagi mereka yang kaya atau mampu hanya mengundang acara membuat dodol tanpa patungan dan berbagi.
Sekarang tradisi ini sudah jarang terlihat, mungkin karena alasan ekonomi tradisi itu lama kelamaan menghilang, harga bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat dodol semakin hari semakin mahal, mirisnya ada alasan terlalu sibuk, bahkan malas untuk bersilaturahmi terdengar sampai telingaku, sekarang orang di daerah ku (pondok melati) lebih suka membeli snack atau cemilan lebaran yang murah dan mudah dibeli di toko online, dari pada mebuat dodol bersama keluarga, kerabat maupun tetangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H