Lihat ke Halaman Asli

Mencoba Bernostalgia (1)

Diperbarui: 25 Oktober 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mulai ku tulis kembali sepercik ingatan yang mulai samar-samar, ku ingat lebih dalam lagi adegan paling awal yang masih terbayang. dengan sedikit perenungan, semua yang samar-samar mulai terlihat jelas, seakan-akan kenangan masa lalu adalah adegan film yang terlintas di fikiran, terlihat adegan kesedihan, kesenduan, kegembiraan maupun kebahagiaan. semua ini bukan ilusi, ini semua adalah kenangan yang selalu teringat dan terekam di memori diri, tak ingin sedikitpun ku lupakan semua adegan ini, namun aku sadar, ketika aku sudah senja, mungkin hanya sedikit yang mampu ku ingat, sehingga mulai ku tulis semua adegan yang terlintas di fikiran ataupun hati ini.

Masa kecil adalah masa yang penuh kebahagiaan dan keceriaan, biasanya aku dan teman-temanku bermain tanpa henti, seakan tak ada fikiran lain selain dari belajar dan bermain. Terlahir di daerah perkampungan yang jauh dari perkotaan, sehingga yang kami tahu hanyalah permainan tradisional, biasanya ketika bel sekolah berbunyi, kami akan berlarian keluar kelas untuk bermain kelereng, siswi perempuan lebih memilih bermain lompat tali atau kasti.

Ketika pulang sekolah, kami akan buru-buru untuk pulang dan segera mengganti baju, selanjutnya yang kami lakukan adalah bermain, terkadang kami bermain di sawah, di sungai dan juga hutan. kami menganggap alam adalah sahabat. karena hanya keindahan alam pedesaan lah yang kami miliki. tak jarang ketika pesawat sesekali melintas, kami akan berhamburan keluar rumah untuk menyaksikannya, sebagai anak kampung, fenomena menyaksikan pesawat adalah hal yang sangat langka.

Permainan yang sangat kami gemari adalah bermain gangsing, kami membuat gangsing sendiri dari kayu, setelah di ukir membentuk kerucut, selanjutnya kami ikatkan dengan tali dan kami lempar, sehingga gangsing itu akan berputar dengan kencang, apalagi ketika ada teman kami yang beradu gangsing, kami akan mengerubungi untuk melihat gangsing siapa yang akan menang, aturannya sangat mudah, gangsing siapa yang berputar paling lama dialah yang menang.

Selain itu, kami sering mencari sisa ban sepeda motor, lalu kami gelindingkan ban tersebut sambil berlari, bahkan kami sering berlomba satu sama lain, bagi kami lomba ini sangat bergengsi, walau tanpa piala, tetapi kebahagiaan dan kebersamaan yang kami peroleh terasa begitu berarti. satu lagi kesukaan kami adalah mencari kumbang di hutan, tak jarang kami masuk kehutan yang berduri hanya untuk mencari kumbang bertanduk, kumbang-kumbang tersebut kami adu satu sama lain, tak jarang beberapa kumbang yang di adu sering mati.

Permainan di sawah juga sangat menyenangkan, biasanya sawah yang dekat dengan sungai adalah tempat bermain yang paling asik, karena setelah bermain puas di sawah kami akan berenang dan mandi disungai. disawah biasanya kami memancing belut, terkadang kami bermain lempar-lemparan tanah liat di sawah, sehingga tak heran banyak dari kawan-kawan kami seluruh badannya dipenuhi dengan lumpur ataupun tanah liat.

Jika hari menjelang sore, tempat bermain yang paling kami sukai adalah lapangan, disana kami menerbangkan layangan hasil buatan sendiri dengan bentuk yang beraneka ragam, tak jarang ketika ada layangan yang putus, kami akan berlarian untuk mengejarnya, selalu ada kebanggaan bagi yang pertama kali mendapatkan layangan yang putus itu.

Kalau hari menjelang maghrib, kami akan pulang kerumah, dan selanjutnya pergi mengaji. tak jarang para guru ngaji memberikan kami nasihat ataupun bercerita tentang sejarah nabi-nabi, kamipun biasanya sangat antusias mendengarkan cerita tersebut. selepas pengajian, kami akan pulang kerumah, di rumah suasana tidaklah terang benderang, hanya di terangi oleh cahaya lampu minyak, tak jarang orang tua kami meminta kami untuk belajar..

 

(Bersambung)

Mengingat masa-masa lalu, terutama masa kecil yang mulai samar-samar membuat diri kita tersenyum sendiri, apalagi fenomena seperti itu sangat sulit di temui di masa kini.

 

 

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline