Lihat ke Halaman Asli

Angga AdiSaputra

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Dampak Krisis Ekonomi Amerika Serikat Pada Pasar Keuangan Internasional

Diperbarui: 26 Juni 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

 

 

 

  • PEMBAHASAN

       Kebijakan moneter dan fiskal yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi. Misalnya, suku bunga yang terlalu rendah dalam jangka panjang dapat memicu gelembung aset, sementara kebijakan fiskal yang terlalu longgar bisa meningkatkan defisit anggaran. 

Federal Reserve, sebagai bank sentral Amerika Serikat, memainkan peran penting dalam menetapkan kebijakan moneter. Keputusan mengenai suku bunga dapat berdampak besar pada ekonomi. Suku bunga yang terlalu rendah dapat mendorong pinjaman yang berlebihan, sedangkan suku bunga yang terlalu tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah federal juga mempengaruhi ekonomi secara signifikan.

       Ketidakpastian politik, seperti kebijakan yang tidak konsisten atau perubahan pemerintahan yang drastis, dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Contohnya, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menciptakan ketidakpastian di pasar global. Perang dagang yang dimulai pada 2018 antara Amerika Serikat dan China menunjukkan bagaimana ketidakstabilan politik dapat berdampak pada ekonomi global. 

Tarif dan pembatasan perdagangan yang dikenakan pada barang impor menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan yang bergantung pada rantai pasokan global. Sistem perbankan yang lemah atau kebijakan pinjaman yang berisiko dapat menyebabkan krisis keuangan. Krisis hipotek subprima tahun 2008 adalah contoh di mana pinjaman berisiko tinggi menyebabkan keruntuhan lembaga keuangan besar. Ketika bank besar mengalami masalah likuiditas atau solvabilitas, dampaknya dapat menyebar ke seluruh sistem keuangan global.

         Pinjaman "Ekonomi kami memerlukan tindakan yang berani dan segera," kata Barack Obama pada hari pengangkatannya menjadi Presiden AS di bulan Februari 2009. Dengan menguapnya aset badan keuangan AS, karena dikhawatirkan terlalu bergantung kepada pinjaman busuk, Lehman Brothers sebenarnya bukanlah satu-satunya lembaga peminjaman yang menghadapi kesulitan.

Pemerintah mengambil alih Fannie Mae dan Freddie Mac, menyelamatkan AIG lewat pengucuran dana US$182 miliar atau Rp2.685 triliun dan Kongres menyediakan US$700 miliar atau Rp10.368 triliun untuk menyelamatkan bank-bank bermasalah. Henry Paulson, menteri keuangan saat itu, dijuluki 'Mr Bailout' atau si penyelamat. 

Bank sentral mulai membeli obligasi untuk memompa dana ke ekonomi - menghimpun dana sebesar US$4,5 triliun atau Rp66 juta triliun dalam enam tahun. Tidak lama setelah berkuasa, Obama menandatangani Recovery Act, di mana lebih dari US$800 miliar atau Rp11.850 triliun digunakan untuk membiayai program bantuan dan ditanamkan pada prasarana umum, pendidikan, kesehatan dan energi terbarukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline