Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo Setelah Pilpres

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam masa suasana kampanye pilpres sekarang ini, seharusnya yang dilakukan oleh kedua capres adalah fokus penyampaian program untuk strategi bagaimana untuk mengimplementasikanvisi misinya kelak kalau menjadi presiden, akan tetapi masyarakat ternyata belum dipertontonkan adu program dan konsep yang konstruktif untuk kepentingan bangsa dan negara 5 tahun kedepan, malah suasana menjelang pilpres sekarang sudah mulai mengkhawatirkan dimana diindikasikan sudah ada pihak pihak yang mulai melancarkan pernyataan pernyataan yang mengarah ke hal negatif, unsur menghasut, menfitnah dll, seperti pernyataan yang pernah diucapkan oleh seorang tokoh nasional, yaitu bahwa pilpres sekarang ibarat seperti sedang perang badar, perang antara pandawa dan kurawa, padahal bagi khalayak masyarakat pada umumnya banyak yang menilai bahwa dengan adanya pernyataan tersebut mengandung makna pilpres sekarang ini seakan akan sedang ada peperangan antara muslim dengan kafir, antara kebaikan dengan keburukan, antara yang dzolim dengan yang teraniaya, rakyat benar benar tidak diberi contoh pendidikan politik yang beretika, malah dipertontokan pernyataan pernyataan yang menjurus ke isu SARA, pernyataan yang berisi penghinaan status seseorang, ada juga pihak yang mulai mengangkat isu militer seakan akan tidak netral lagi dengan adanya berita babinsa yang mendatangi rumah warga, bahkan baru baru ini di facebook (FB) ada yang mengatakan kesalah satu capres tertentu sebagai jelmaan Iblis atau Dajjal yang menyamar jadi manusia, perkembangan terakhir sekarang ini juga dihebohkan dugaan transkrip yang diragukan kebenarannya tentang percakapan yang diduga antara Megawati dengan Jaksa Agung Basrief Arief mengenai pembicaraan tentang intervensi Megawati terkait kasus Trans Jakarta, hal hal tersebut sudah dianggap melebihi batas sehingga dapat membahayakan pesta demokrasi, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yang perlu dikhawatirkan adalah dikarenakan kedua capres tersebut mempunyai kader kader yang militan dimana kalau pimpinannya dihina, dicemooh dan direndahkan mereka pasti tidak terima, dan secara otomatis akan melakukan pembelaan dan pembalasan versi masing masing. Jadi yang harus benar benar dicermati secara jernih oleh kedua belah pihak baik kubu Jokowi dan kubu Prabowo adalah tidak menutup kemungkinan ada pihak ketiga yang sengaja memperuncing dan memanaskan suasana dengan sengaja untuk mengadu domba, dikarenakan tidak dipungkiri bahwa banyak intelijen asing beroperasi di Indonesia dengan misi untuk menciptakan konflik yang salah satunya dengan cara menghembuskan isu isu provokatif melalui media sosial supaya Indonesia bergejolak secara politik yang menurut mereka diperkirakan akan dapat berimbas ke sektor keuangan, sehingga harapan mereka adalah terjadinya pelarian modal seperti tahun 1998, dimana sebagian asset para konglomerat diduga telah dibawa kabur salah satunya ke negeri Singapura. Dan telah menjadi rahasia umum bahwa Singapura besar karena Indonesia, fakta menyebutkan bahwa sepertiga orang kaya Singapura adalah orang Indonesia yang mendapatkan resident permanent, tanah galian untuk pengerukan reklamasi pantai Singapura diduga hasil selundupan yang berasal dari kepulauan di Indonesia, semakin Indonesia rentan dan lemah, negara tetangga akan semakin senang, dan sebaliknya jika Indonesia masyarakatnya sejahtera, adil, aman dan semakin kuatnya Alustsista TNI, maka dipastikan negara tetangga akan resah dan gentar. Apalagi dilihat dari visi misi kedua capres, baik Jokowi dan Prabowo, keduanya sebetulnya ingin Indonesia berdaulat disegala bidang,khususnya di bidang pangan, energy, dan keuangan ditunjukan dengan program program yang sangat pro kapada rakyat, Jokowi sudah terbukti baik pada saat menjadi Walikota Solo kebijakannya tidak pro Kapitalis, tapi pro rakyat dengan mengangkat perekonomian masyarakat salah satunya pembangunan pasar pasar tradisional, membatasi perijinan pembangunan mall baru, begitu juga pada saat menjabat Gubernur Jakarta sekarang ini, program programnya terbukti pro rakyat, seperti Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar, sedangkan program dari Prabowo sendiri, sebagian besar masyarakat sudah mengetahui sejak awal mendirikan partai Gerindra yaitu mempunyai program untuk menyelamatkan asset kekayaan negara yang selama ini hanya dinikmati oleh asing dengan dibantu oleh komprador komprador yang disebut londo ireng, dimana prabowo juga dalam visinya akan berusaha menutup lubang kebocoran keuangan negara. Dari program kedua capres tersebut baik Jokowi dan Prabowo Subianto, siapapun yang akan menjadi presiden kelak harus didukung oleh masyarakat Indonesia sepanjang benar benar mereka akan mengimplementasikan dan merealisasikan program tersebut, bukan hanya sebatas slogan dan retorika, apalagi kalau kedua program capres tersebut dapat disatukan dan di implementasikan oleh siapapun presidennya kelak, insya Allah akan mempercepat kebangkitan Indonesia.

Untuk itu menjadi penting dan sangat strategis apabila pertemuan silaturahmi antara Jokowi dan Prabowo tersebut dapat dilaksanakan setelah keluar hasil perolehan suara, dimana hasil analisanya dapat segera diketahui dengan menggunakan metode quick count setelah kurang lebih 3 jam setelah penutupan TPS, meskipun hasil versi quick count tersebut bukan final dikarenakan masih menunggu hasil resmi KPU, akan tetapi pertemuan antara Jokowi dan Prabowo tersebut akan menjadi sangat strategis untuk kepentingan bangsa Indonesia, karena yang diharapkan setelah hasil perolehan suara versi quick count keluar bisa tercipta suasana nyaman aman dan tenteram, semoga tidak terjadi gejolak, huru hara, ketidak puasan dikarenakan salah satu pihak tidak terima yang diindikasi dapat membahayakan

Saya berharap besar kepada Jokowi maupun Prabowo, jadilah figur seorang pemimpin dan negarawan, bukan menuruti hawa nafsu untuk menjadi penguasa, ajang pilpres menjadi ajang kompetesi kemampuan, integritas, loyalitas pengabdian kepada bangsa dan negara, tidak saling serang menghujat dan merendahkan, siapapun yang kalah diharapkan ikhlas legowo dan menghormati yang menang, siapapun yang menang diharapkan akan menghargai yang kalah, dan yang kalah maupun yang menang setelah pilpres sepakat akan bersama sama lagi dalam membangun bangsa ini kedepan, janganlah mengikuti langkah Megawati, setelah kalah dalam pemilihan presiden 2004 tidak mau bertemu dengan SBY, sehingga banyak yang beranggapan bahwa tidak ada rasa legowo dan ikhlas menerima kekalahan, ditunjukan dengan tidak pernah hadirnya di istana negara dalam rangka peringatan hari kemerdekaan semenjak kekalahannya tahun 2004 sampai sekarang, padahal dalam suatu pertemuan dia tidak mau disebut sebagai mantan presiden, dia maunya kalau disebut sebagai presiden RI ke 5, semoga untuk tahun 2014 ini, Megawati mau menghadiri upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, atau mungkin akan hadir apabila Jokowi yang berhasil memenangkan pilpres 9 juli nanti, akan tetapi kalau tetap tidak hadir, akan menjadi beban sendiri apabila Jokowi yang kelak menjadi presiden, seluruh rakyat akan menyaksikan apakah dia tetap tidak mau hadir atau mau hadir. Kalau jokowi yang menjadi presiden dan Megawati hadir, akan terjawab bahwa ketidak hadirannya selama ini karena akibat kekalahannya pada tahun 2004 lalu.

Bangsa Indonesia sekarang ini miskin negarawan, seorang negarawan adalah pemimpin yang berjuang untuk kepentingan rakyatnya, bukan berjuang untuk kepentingan pribadi, partai ataupun kelompoknya, dan negarawan bukan karena hanya membawa nama besar bapaknya, pemimpin bisa lahir dari bawah, dari kalangan rakyat biasa, Sukarno bisa menjadi presiden pertama di Indonesia bukan karena bapaknya, keluarganya atau karena trah keturunannya, tapi karena Sukarno memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme tinggi, yang terbukti berkorban demi bangsa dan negaranya, untuk itu semoga kedepan baik yang menang maupun pihak yang kalah bisa menjadi seorang negarawan, menjadi seorang pemimpin yang bersedia membuka tali silaturahmi. Presiden kedepan diharapkan bukan penguasa tapi seorang pemimpin yang dapat memberi contoh suri teladan bagi rakyat yang dipimpinnya, dengan memberikan panutan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkan cita cita nasional, yaitu menjadi bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.

BELA BANGSA…. BELA NEGARA….. NKRI HARGA MATI…!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline