Kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah dalam masa pandemi ini. Bahkan sebelum pandemi muncul jurang yang diciptakan telah sedemikian besar. Gini rasio yang menggambarkan ketimpangan pengeluaran penduduk juga belum beranjak dari kisaran angka 0,38 per September 2019. Dari Angka tersebut jika dijabarkan distribusi pengeluaran untuk kelompok 40% terendah adalah 17,71% dari total pengeluaran seluruh penduduknya dan sisanya dinikmati oleh lapisan kelompok pengeluaran menengah ke atas.
Kemudian pandemi muncul dan sebagian masyarakat terpaksa berhenti dari pekerjaannya yang dikarenakan tidak sedikit perusahaan yang harus gulung tikar atau sekedar menyelamatkan operasional perusahaannya. Kemudian masalah sosial mulai muncul mulai dari munculnya kecemasan untuk beraktifitas hingga meningkatnya angka kejahatan.
Efek Pandemi sangat dirasakan oleh UMKM. Pembatasan sosial membuat para pelaku usaha kecil dan menengah berfikir untuk dapat bertahan. Sebagian mengalami penurunan penjualan yang luar biasa namun ada juga yang bisa merespon dengan baik. UMKM menengah ke atas dan di daerah yang institusi digitalnya tinggi mungkin masih bisa mencari alternatif.
Namun UMKM yang tidak bisa melalui pemasaran secara online atau dibutuhkan kehadiran secara fisik seperti Cuci Mobil hingga Pedagang-pedagang kecil yang membutuhkan pertemuan antara penjual dan pembeli akan sangat terasa dampak dari pandemi. Jika scenario ini terjadi maka kesenjangan akan semakin melebar
Efek sosial akibat pandemic lebih menyeramkan lagi. Tingkat kejahatan meningkat bahan hingga ke cyber crime. Penipuan melalui media sosial, hacker yang beraksi melalui software daring seperti Zoom bermunculan setelah pandemi.
Alasannya munculnya cyber crime antara lain adalah pelaku kehilangan pekerjaan, dan kesempatan yang tersedia untuk menghidupi keluarganya saat itu adalah melalui jalan yang tidak halal tersebut. Pun demikian dengan sang korban cyber crime, yang biasanya diiming-imingi bonus berlipat-lipat. Mungkin saja korban dalam keadaan terdesak sehingga kesempatan yang muncul saat itu melewati batas nalarnya dan tidak menganggap ini sebagai penipuan
Kesempatan seperti menjadi suatu hal yang mahal di negara ini. Ranking kemajuan sosial indonesia menunjukkan bahwa kesempatan yang dibuat belum cukup untuk dibandingkan dengan negara lain. Ranking kemajuan sosial indonesia menurut Social Progress Index sebelum pandemi berada di Peringkat 84 dari 163 Negara. Poin yang menjadikan Indonesia diurutan menengah adalah pada bagian kesempatan sosial.
Indonesia memperoleh nilai kecil dari unsur kesempatan dimana hanya memperoleh poin 59.92 dari 100. Poin kecil ini didapat dari penilaian yang rendah atas beberapa kondisi sosial yaitu, Diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas, tenaga kerja rentan penghasilan serta korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa gejala sosial di Indonesia masih tertinggal dari negara lain dan belum mendukung iklim ekonomi yang sehat.
Namun hasil survei tersebut bukannya tanpa sisi positif. Indonesia mendapatkan nomor urut satu dari penggunaan mobile phone. Jika dilihat kondisi sosial dari Masyarakat Indonesia memang kebutuhan akan telepon selular sangat tinggi, bahkan pertumbuhan e-commerce sangat pesat didukung dengan munculnya platform digital yang memanjakan masyarakat Indonesia sebagai Konsumen.
Selain itu kesempatan untuk masuk perguruan tinggi berkualitas di Indonesia juga tergolong bagus dengan menduduki peringkat 22, namun tidak diiringi dengan kualitas penelitian dimana Indonesia hanya memperoleh peringkat 104. Human Capital menjadi salah satu perhatian dalam memancing inovasi-inovasi baru.
Social capital dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan kausalitas dan timbal balik. Pertumbuhan ekonomi dapat mendorong kemajuan sosial di daerah dengan menciptakan perbaikan struktur ekonomi daerah sedangkan kemajuan sosial di suatu daerah daapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya instiusi yang aman dan terpercaya. Hal ini berarti perbaikan kondisi sosial di suatu daerah dapat menyempitkan jurang kesenjangan dengan perbaikan ekonomi daerah.