Lihat ke Halaman Asli

Konsep Manfaat Riset untuk Kemajuan Sebuah Bangsa

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1365914273839276743

[caption id="attachment_254613" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (kompas.com)"][/caption]

Sebenarnya pemikiran ini sudah lama terngiang di kepala saya sejak saya masih di Korea selatan bekerja menjadi researcher alias peneliti di suatu institut yang berfokus di penemuan obat dan basic science untuk penyakit menular (infectious diseases). Well, kali ini saya ga pengen share tentang keilmuan saya. Saya cuma pengen share tentang suatu konsep berpikir tentang pentingnya riset untuk kemajuan suatu bangsa. Suatu konsep yang berdasarkan pengamatan saya selama kehidupan saya sebagai peneliti di negeri ginseng itu dan lagi2 suatu hal yang entah benar atau salah.. so correct me if I'm wrong...

Hal itu bermula dari suatu ketika saya sebagai satu2nya peneliti aktif yang tersisa di grup saya. Grup saya cuma berisikan 3 orang (1 grup leader, 1 postdoc yang juga seorang istri dari si grup leader, dan saya) sebelum saya memutuskan pergi ke Jerman untuk mengambil gelar PhD saya. Grup saya cukup kecil dikarenakan sebagian besar peneliti berada grup lain yang lebih fokus kearah drug discovery sementara grup saya disisakan untuk lebih ke arah basic science. Sebagai satu-satunya orang yang langsung bersentuhan dengan sebagian besar experiment yang dikerjakan, saya menjadi orang yang diharuskan memastikan semua supply consumable dan reagent2 lab tersedia untuk melakukan eksperimen. Hal ini membuat saya familiar dengan pesan memesan barang alias shopping (ihiiiyy....!!).

Hal yang saya takjub adalah ketika saya melihat seberapa besar dana yang tersedia bahkan hanya untuk grup ukuran mini ini. Dalam setahun, institut ini mengalokasikan anggaran kurang lebih 50.000USD untuk grup mini ini hanya untuk bereksperimen (alias bermain2 dengan riset dari sudut pandang saya) dengan 2 projek saja. Jumlah uang itu tentunya sudah di luar gaji para peneliti dan consumable plastik2 seperti tissue culture flask, pipet tip, dll. Bahkan untuk alat2 dan tools (seperti PCR, confocal microskop, FACS machine, dll) sudah tersedia lengkap di institute tanpa perlu mengeluarkan biaya lagi. Jadi lain kata, 50.000USD itu pure silahkan dihabiskan untuk membeli reagen2 yang dibutuhkan untuk bereksperimentasi sebebas mungkin dengan projek2 saya untuk bisa menghasilkan publikasi ilmiah atau arahan riset yang berkualitas. Janganlah kaget, walaupun terdengar jumlah uang tersebut besar, akan tetapi di dunia riset biomedis jumlah uang tersebut tidaklah besar.

Hal pertama yang terngiang di kepala saya adalah: kok bisa yah dana sebesar ini dihambur2kan untuk riset basic science yang belum tentu akan bisa balik modal atau yang memiliki peranan langsung? Mungkin ini juga pertanyaan umum bagi orang awam ketika melihat orang2 yang bergerak di bidang penelitian, terutama di Indonesia. Sekedar informasi, institut tersebut didanai secara ekslusif oleh pemerintah Korea Selatan. Konon katanya ketika pertama kali didirikan pada tahun 2004, pemerintah Korea ingin membangun pusat penelitian bertaraf internasional. Untuk mencapai mimpi itu, mereka rela jor2an untuk mengeluarkan dana demi menarik perhatian para peneliti besar dunia sehingga mereka sudi datang dan bekerja di Institut tersebut.

Jadi uang yang digunakan dalam melakukan penelitian di dalam institute adalah uang dari pemerintah yang notabene adalah uang hasil dari pajak rakyat. Balik lagi ke pertanyaan saya, apa sih untungnya menginvestasikan uang sedemikian besarnya untuk riset bahkan riset basic science yang belum tentu ada gunanya dan juga belum tentu akan bisa menguntungkan? Well, dulu ketika saya awam saya juga heran. Tapi setelah mengamati beberapa lama dan melihat dari sudut pandang lain, ternyata pola pikir saya itu salah. Ternyata keuntungan yang didapatkan dari uang jor2an ditumpahkan untuk riset itu menguntungkan sekali bagi Negara, terutama bagi banyak orang.
Jadi begini, layaknya suatu perusahaan, Negara juga harus memiliki cash flow. Ketika uang tidak berputar di suatu perusahaan maka perusahaan itu akan mati. Negara menerima banyak income dari pajak rakyat. Salah satu cara yang digunakan pemerintah Korsel adalah dengan memutar uang itu di bidang riset. Dengan memberikan banyak dana untuk penelitian, maka universitas dapat memacu penelitian mereka untuk menghasilkan karya sebanyak2nya dan memberikan sumbangsih makin besar bagi dunia ilmu pengetahuan.

Berbagai institusi penelitian berkelas dengan orang2 berkualitas dapat didirikan dan menghasilkan berbagai penelitian yang entah langsung atau kelak dirasakan manfaatnya. Akan tetapi manfaat utama dari langkah ini selain hal2 di atas dan kadang luput dari pengamatan mata orang adalah efek samping dari tumbuhnya research environment, di mana tumbuhnya industri2 kecil yang memanfaatkan peluang munculnya berbagai demand dari dunia penelitian yang semakin cepat dan membutuhkan berbagai kepraktisan. Contoh dari bidang saya adalah misalnya sel kultur. Ketika para peneliti jaman dulu meracik sendiri bahan untuk media sel kultur mereka, atau mensterilisasi kultur flash sendiri setiap kali mereka akan melakukan eksperimen, atau memproduksi reagen2 dasar mereka sendiri, hal ini tentunya semakin tidak praktis ketika jaman memasuki riset yang semakin menuntut kajian semakin mendalam dan kompleks dengan durasi yang sesingkat mungkin karena faktor persaingan. Sehingga untuk hal2 yang masuk kategori minor seperti penyediaan media sel kultur, dll, para peneliti lebih prefer untuk membeli yang sudah siap pakai sehingga mempermudah eksperimen dan dapat membantu para peneliti untuk lebih fokus dengan penelitian utama yang lebih penting.

Seiring dengan bertumbuhnya iklim penelitian makan jenis industri2 penyokong penelitian semakin banyak dan bervariasi. Kemudian seiring bertumbuhnya demand kepraktisan yang semakin kompleks, maka berbagai jenis penelitian untuk pengembangan industri research support pun makin bertumbuh sebagai efek dari feed back loop. Sebagai catatan, ketika saya membeli berbagai reagen dasar untuk eksperimen, sudah banyak sekali berbagai reagen yang made in Korea sendiri yang kadang kualitasnya setara dengan reagen2 dari perusahaan research support biomolecular kelas dunia seperti Sigma-Aldrich, Invitrogen, dll. Tentunya harga yang mereka tawarkan lebih miring dan kadang durasi pengiriman lebih cepat karena produksi lokal.

Tumbuhnya berbagai perusahaan dan industri baru tentunya memiliki manfaat langsung bagi masyarakat secara umum karena semakin banyaknya lapangan kerja yang dilahirkan. Peran berbagai lembaga pendidikan pun semakin dirasakan karena tuntutan untuk melahirkan semakin banyak SDM berkualitaspun semakin tinggi. Tentunya ketika semakin banyak orang yang bisa bekerja, semakin besar pula negara mendapatkan penghasilan berupa tax income dari orang2 tersebut. Para perusahaan pun diharuskan membayar pajak kembali ke negara. Perlu diketahui pula, banyak dari perusahaan2 asal Korsel di bidang biomolecular yang sudah mulai meng-Global, seperti Macrogen (provider jasa sequencing DNA), Bioneer (Produsen oligonucleotide), dll, yang tidak hanya memiliki pasar di dalam negeri saja. Hal ini tentunya meningkatkan pendapatan devisa ekspor negara. Jadi sejumlah uang yang digelontorkan pemerintah Korsel ke bidang riset bisa dikatakan kembali lagi ke saku pemerintah, bahkan dengan jumlah yang bisa lebih besar dari yang mereka gelontorkan.

Di lain sisi, dengan berkembangnya riset basic life science di Korsel, membuat negara ini semakin terpandang di kalangan para peneliti dunia di bidang tersebut dari sisi ilmiah. Korsel termasuk salah satu negara yang mengalami perkembangan signifikan dari jumlah publikasi ilmiah yang dipublikasi di jurnal2 besar. Ketika negara semakin terpandang dari sisi ilmiah maka ia semakin terpercaya dalam hal kualitas dan dunia pun semakin mengakui teknologi atau penemuan2an dari negara tersebut. Benar nggak? Contoh, betapa banyak orang yang percaya dengan produk asal Jepang, Jerman, atau US. Selain itu dari sisi penerapan langsung manfaat ke masyarakat, berbagai produk utama penerapan hasil riset bisa menghasilkan nilai ekonomi sendiri yang tentunya bermanfaat bagi ekspor negara, seperti produk obat2an, kosmetik, teknologi kesehatan, dll. Siapa sih wanita Indonesia yang nggak kenal dengan kosmetik Laneige, Etude, Face shop? Bahkan perusahaan kongsian Jepang-Korea Yakult membuat produk yakult versi diet yang menyertai suatu senyawa dari temu kunci asal Indonesia yang kemudian bisa menaikkan nilai jual produk mereka. Jadi bisa juga dikatakan Korsel panen 2 kali atau sekali mendayung 2 pulau terlampau.

Tentunya tulisan saya ini hanya membahas dari satu sini, yaitu bidang saya saja, di mana bidang saya itu bukan fokus utama dari riset Korsel yang terkenal dengan pesatnya perkembangan teknologi di bidang engineering, elektronik, dan IT-nya. Bisa dibayangkan sendiri berapa banyak panen hasil yang Korsel bisa lakukan dari uang yang mereka gelontorkan ke berbagai jenis dunia riset. Perlu kita ingat, negara ini pernah lebih miskin daripada Indonesia dan tanpa SDA yang memadai hingga akhirnya bangkit dan mulai menguasai dunia saat ini lewat berbagai produk2nya membuat negara ini menjadi negara maju dengan GDP mencapai 32.000USD perkapita. Well jadi kata siapa riset itu hanya sekedar menghambur2kan uang. Korsel sudah membuktikan itu semua. Semua itu akan balik bermanfaat bahkan menstimulus ekonomi negara dan banyak orang jika bisa di-Govern dengan baik terutama dari sisi pemanfaatan dan pengawasan uang pajak rakyat. Apakah Indonesia bisa seperti ini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline