Lihat ke Halaman Asli

Film "Mantan Manten": Tentang Mengikhlaskan Apa yang Sudah-sudah

Diperbarui: 10 April 2019   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Menikah adalah salah satu impian bagi setiap orang, menikah menjadi tahap awal  menuju kebahagiaan  selanjutnya ketika kita sudah dewasa,  apalagi jika keduanya sudah saling mencintai sejak lama  namun bagaimana jika impian itu gagal di tengah jalan? Rasanya pasti nyesek banget kan? 

Film Mantan Manten bercerita mengenai  Yasnina (Atiqah Hasiholan)  Sebagai manajer investasi terkenal, yang punya segalanya. Kehidupan glamor, kekayaan dan Surya (Arifin Putra), tunangan yang sangat mencintainya. Namun ketenangan hidup Yasnina harus berakhir ketika ia dikhianati oleh Iskandar (Tyo Pakusadewo) dalam sebuah kasus di perusahaannya.. Dalam sekejap harta Yasnina habis tak bersisa. 

Tak hanya itu, rencana pernikahannya dengan Surya juga di ujung tanduk. Ardy (Marthino Lio), asisten Yasnina mengingatkan bahwa ia masih memiliki sebuah villa di Tawangmangu yang tidak disita karena belum pindah nama. Villa itu kini menjadi harapan satu-satunya Yasnina untuk bangkit lagi.  Namun Ketika di Tawangmangu pun Yasnina harus berjuang lagi,  ia harus menjadi Dukun Manten karena  Maryati (Tutie Kirana) tidak ingin meninggalkan rumahnya.

BUDAYA JAWA YANG KENTAL

Sebagai Dukun Manten, Yasnina harus belajar dengan Bude Maryati yang berprofesi sebagai Dukun Manten,  Yasnina ikut ke pasar untuk membeli bunga untuk kebutuhan paes lalu ikut membantu memaes setelahnya. 

Dalam Film Mantan Manten kita di suguhkan tentang Budaya Jawa mengenai rias manten yaitu Paes, Paes adalah riasan berupa lekukan-lekukan di dahi wanita yang biasanya berwarna hitam, namun pada pengantin adat solo basahan berwarna hijau. Ini terbuat dari pidih, yang merupakan campuran malam (sejenis lilin) yang bersifat nggak kering namun juga nggak meleleh.    

SUDUT PANDANG PEREMPUAN MODERN

Skenario yang ditulis oleh Jenny Jusuf ini, memang disiapkan untuk merasuk emosi penonton.  Meski di awal film sempat datar dan melompat, emosi yang di bangun semakin membaik, Yasnina adalah kunci bagaimana ia pandai memikat penonton untuk masuk kedalam ceritanya, penonton seolah menjadi Yasnina.

Di awal film, kita harus melihat ketika Yasnina harus kehilangan karirnya karena Ayah dari Tunangannya sendiri, Surya, lalu setelah itu masalah yang lagi terjadi sesudahnya.  Yasnina adalah contoh untuk kita belajar lebih kuat lagi terutama Perempuan,  ia menjadi sudut pandang seorang wanita modern yang memiliki watak kemauan keras dalam hidupnya, Puncaknya, ia harus berhadapan dengan kenyataan jika ia harus gagal menikah lagi dengan tunangannya. 

MENGIKHLASKAN APA YANG SUDAH-SUDAH 

Film Mantan Manten mengajarkan kita menjadi lebih ikhlas lagi dalam hal apapun terutama saat kita gagal dalam pernikahan, Saat kita bisa menjadi pribadi yang ikhlas, atau setidaknya penuh penerimaan, dipastikan hal ini akan membuat kita senantiasa merasa bahagia seperti Yasnina,  perasaan yang ikhlas juga akan menggiring kita kepada segala hal yang membuat senyum simpul di sudut bibir akan senantiasa merekah manis setiap harinya. Percaya saja, semakin kamu berusaha mengikhlaskan, semakin kamu akan merasa tenang dan nyaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline