Lihat ke Halaman Asli

Nopo Ora Gowo Payung?

Diperbarui: 19 November 2015   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bulan Oktober lalu, cuaca di kota Yogyakarta beberapa kali pernah mencapai 40˚C. Kondisi yang sama pun mungkin terjadi di kota-kota lain. Hal hasil, saya selalu pakai payung ketika berjalan kaki di siang hari. Bahkan matahari lebih cepat muncul di kota gudeg ini, bahkan rasanya pukul 6 pagi sudah terang. Namun uniknya, jarang sekali saya temui orang menggunakan payung untuk sekedar mengurangi konfeksi panas matahari yang bukan main terik menggigit kulit. Ketika berjalan dari Kota Baru mengarah ke Malioboro, saya lihat hanya saya yang memakai payung, padahal ada orang-orang lain yang juga berjalan kaki di area itu.

Karena penasaran, saya bertanya kepada beberapa penduduk kota Yogyakarta yang saya jumpai sepanjang perjalanan dari Malioboro ke Ring Road Utara, tentang alasan mereka tidak pakai payung di musim kemarau. Dua orang pertama, saya jumpai di bus-stop Malioboro, jawabannya singkat saja, “Sudah biasa mbak.” Yang lain, “Repot juga bawa payung.” Berikutnya, ketika di dalam TransJogja. Alasan orang ke-tiga lebih singkat lagi, “malas mbak.” Belum saya puas dengan jawaban yang saya dapat, masa iya? saya bertanya di hari lain ke teman-teman saya yang sudah lama tinggal di Yogyakarta.

Saya mendapatkan dua informasi menarik: pertama, “aku ndak takut hitam, biasa aja ndak pakai payung.” Jawaban kedua, “ah, nanti dikira gaya.” Mendengar itu, spontan saya tertawa memikirkan kemungkinan saya mendapat opini yang sama dari orang yang melihat saya, walau tidak mendengarnya langsung. Sekarang, sudah masuk musim penghujan, ayo siap payung selalu :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline